15 Pilihan

17.4K 2.2K 54
                                    

Suasana tegang sedang terjadi di sebuah ruangan yang terdapat dua orang pria dewasa dan satu pria muda.

William Osmond, seorang pria dewasa yang berusia 50an sedang duduk di kursi ruang kerja miliknya.

Netra biru milik William menatap setiap kata yang tertulis di gulungan kertas dengan cermat.

Beberapa kali kening William berkerut, matanya menyipit dengan tajam, bibirnya menutup garis tipis, dan helaan nafas panjang keluar saat William selesai membacanya.

William menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu jarinya mengetuk meja beberapa kali. Menutup mata sejenak, kemudian membukanya lagi.

"Darimana kau mendapatkan informasi ini, Jasvier?"

Suaranya berat dan memiliki bobot, membuat Jasvier sedikit menegang saat mendengarnya. Namun dia tetap menjawab pertanyaan William.

"Mohon maaf Yang mulia, saya tidak bisa memberitahu informasi tentang orang itu."

Untuk keamanan Rein, Curran meminta padanya untuk tidak memberitahu tentang kemampuan Rein yang bisa berkomunikasi dengan pohon.

Jasvier pun menyetujui hal itu, karena bagaimanapun Rein masihlah anak-anak yang butuh perlindungan.

Tuk tuk tuk.

Suara ketukan jari William semakin terdengar keras, lalu berhenti seketika.

"Berapa harga yang kau bayar atas informasi ini?"

"10.000 koin emas Yang muli- Ah."

Tiba-tiba tubuh Jasvier jatuh dan berlutut, sebelum dia dapat menyelesaikan kalimatnya. Tekanan yang dia rasakan sangat menekan dirinya, bahkan tangan kanannya bergetar.

Jasvier mengeraskan rahangnya, dan berusaha untuk bertahan dari tekanan yang telah ayahnya berikan.

"Pangeran mahkota, apa menurutmu 10.000 koin emas setara dengan nyawa warga kerajaan Xinlaire?"

"Tidak Yang mulia."

"Kalau begitu, apa kau tahu seberapa berharganya informasi ini?"

"Saya minta maaf Yang mulia, saya telah melakukan kesalahan."

William menghela nafas, lalu menarik kembali tekanan yang telah dia berikan pada Jasvier.

William mencondongkan tubuhnya ke depan, lalu menatap Jasvier yang masih berlutut di hadapannya.

"Jasvier, aku akan memberimu sebuah pertanyaan. Kemudian, renungkan jawabannya sampai besok."

Jasvier mengerutkan keningnya. Dia merasa bingung pertanyaan apa yang membuat dirinya sampai harus merenungkan selama itu.

"Silahkan ajukan Yang mulia, saya akan mendengarkan."

William terdiam sejenak, sebelum mengajukan pertanyaan.

"Pilih di antara kedua hal ini. Mengorbankan satu nyawa untuk menyelamatkan banyak nyawa, atau mengorbankan banyak nyawa untuk menyelamatkan satu nyawa. Mana yang akan kau pilih?"

Jasvier tertegun di tempat, dia mengerti arah pembicaraan dari ayahnya. Ayahnya meminta dirinya untuk memilih antara nyawanya atau keselamatan rakyat kerajaan.

Jasvier menarik nafas dalam-dalam, lalu mulai berbicara;

"Saya minta maaf Yang mulia, tapi sepertinya saya bisa menjawab pertanyaan yang anda berikan saat ini juga."

"Apa jawaban mu?"

"Saya akan memilih keselamatan rakyat kerajaan."

"Jelaskan."

"Mohon maaf atas kelancangan saya Yang mulia, tapi anda masih memiliki seorang putri yang akan memimpin kerajaan Xinlaire."

Hening.

Terjadi keheningan saat Jasvier menyelesaikan ucapannya.

Jasvier sudah memutuskan bahwa dia akan mementingkan keberlangsungan hidup rakyatnya dibanding dirinya.

Tidak ada penyesalan atas kalimat yang telah dia ucapkan. Sebagai seorang putra mahkota, sudah menjadi kewajibannya untuk melindungi wilayah dan rakyatnya.

William menutup mata sejenak, lalu membukanya kembali.

"Kembalilah."

"Saya izin permisi Yang mulia."

Jasvier memberikan hormat pada William dan seorang pria dewasa yang berada di belakang ayahnya. Kemudian, dia pergi meninggalkan ruangan tersebut.

William menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Apa kau mendengarnya Andrew?"

Andrew Mallory, seorang pria berusia 40an yang menjadi perdana menteri kerajaan Xinlaire.

"Saya mendengarnya Yang mulia."

Andrew menjawab dengan suara tenang, setenang air.

"Putraku sudah dewasa."

"Anda benar Yang mulia, putra mahkota semakin bijaksana."

"Ini akan menjadi perang pertamanya, hm ... Haruskah aku menyebutnya sebagai perang?"

"Mohon maaf atas kelancangan saya Yang mulia, bukankah akan cukup berbahaya bagi putra mahkota untuk melawan penyihir itu?"

William mengarahkan pandangannya pada gulungan kertas yang berisi sebuah informasi, jarinya mengetuk kertas tersebut.

"Kau tau Andrew, anda yang lebih berbahaya dari sebilah pedang dan sihir."

"Saya mengerti Yang mulia."

William mengangguk, lalu memberikan perintah pada Andrew.

"Buat surat undangan untuk rapat besok, topik yang akan dibahas adalah hadiah festival perburuan."

"Sesuai perintah anda Yang mulia."

* * *

Halo halo, ketemu lagi sama Vala.

Oke, karena banyak dari kalian yang suka sama ceritaku dan banyak juga yang minta buat aku untuk tetap stay disini.

Maka, aku memutuskan untuk tetap menulis disini.

Yeyeyeye...🥳🥳🥳

Dan bentar lagi cerita ini bakal perang!! Ada yang mau liat Rein berdarah??

Rein: "...."

Hehehe.

Ekhemm, karena arc pertama sebentar lagi selesai.

Kalian mau buat QnA atau grup WA???

Komen ya😉

Sampai jumpa di eps selanjutnya 🤗

Suddenly Became A ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang