97 Surat

6K 954 61
                                    

Tuk tuk tuk.

Curran mengetuk jarinya beberapa kali ke meja. Tatapan matanya tertuju pada cristal komunikasi yang berada di samping.

Ini sudah empat hari berlalu semenjak keberangkatan kelompok Rein ke wilayah utara kerajaan Xinlaire, seharusnya perjalanan kesana hanya memakan waktu dua hari.

Tapi, kenapa sampai hari ini juga belum ada kabar dari mereka?! Lebih tepatnya, kenapa Rein tidak menghubunginya?

"Tsk." Curran mendecakkan lidahnya. Tangannya memegang selembar kertas, namun tatapan matanya masih tertuju pada cristal komunikasi.

'Mengapa Rein belum menghubungi ku?' batin Curran frustasi.

Mark yang berdiri di samping Curran tersenyum kecil. "Tuan Curran, bila anda merindukan tuan muda Rein, mengapa anda tidak menghubunginya saja? " ucap Mark memberi saran.

Curran memasang wajah tabah. "Mark, saat ini pasti Rein sedang bermain dengan yang lain. Aku tidak ingin mengganggunya," ujar Curran.

Sudut mulut Mark berkedut. "Kalau begitu, bisakah anda menyelesaikan bacaan anda, Tuan."

"Meskipun, saya tidak tahu apa yang sedang anda baca pada selembar kertas kosong di tangan anda," ucap Mark sedikit menggoda.

Curran tertegun. Dia menoleh dan melihat tangannya saat ini sedang memegang selembar kertas putih polos. Bukan berkas terkait pekerjaannya.

Curran langsung membakar kertas tersebut hingga menjadi abu. "Mark! Keluar dari ruangan ku," seru Curran mengusir paksa, terlihat telinganya sedikit memerah karena malu.

"Hahaha, Baik Tuan." Mark keluar dari ruang kerja pribadi milik Curran.

Curran menghela napas panjang. Dia menyisir rambutnya ke belakang, lalu mengambil cristal komunikasi dan berjalan menuju kursi panjang.

Menyandarkan punggungnya, Curran menyalurkan magis ke dalam cristal dan mencoba menghubungi Rein.

"... ?" Curran mengerutkan keningnya. Mengapa tidak ada yang menanggapi panggilan darinya?

Curran mencoba menghubunginya kembali, tapi tidak ada tanggapan dari pihak lainnya. "Tsk."

Kalau Rein tidak bisa menjawab panggilan darinya, setidaknya Farenzo bisa yang menjawab panggilannya. Tapi yang terjadi, tidak ada tanggapan dari keduanya.

Ekspresi wajah Curran terlihat suram. "Aku akan memotong gajinya," ujar Curran.

Tok tok tok.

Curran menaruh cristal komunikasi ke sudut kursi, lalu memasang ekspresi wajah datar. "Masuk," ucap Curran.

Curran melihat Mark masuk ke dalam dengan sebuah surat yang berada di tangannya. "Ada apa?" tanya Curran.

"Tuan Curran, anda memiliki surat dari wilayah utara," jawab Mark tersenyum.

Sudut mulut Curran berkedut, dengan sedikit sinar di matanya begitu mendengar jawaban dari Mark.

Mungkin saja, karena Rein tahu bahwa dia tidak bisa menghubungi lewat cristal komunikasi maka Rein mengirimkan surat untuknya.

'Putraku sangat pengertian,' batin Curran.

Curran mengambil surat dari Mark, lalu membuka surat itu dan langsung membacanya.

+
Putra mu telah mati.

TTD.
Duke Rexxon.
+

Tatapan mata Curran meredup, netra matanya dalam sekejap berubah menjadi merah, dan kertas tersebut langsung terbakar lalu berubah menjadi abu.

Suddenly Became A ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang