83 TANGKAP MEREKA

6.5K 1K 119
                                    

"Selamat datang kembali di kediaman Rexxon, Tuan muda Farenzo."

Seorang wanita berusia 50 tahun yang memakai pakaian maid, menyambut kedatangan mereka.

"Senang bertemu denganmu, Beta. Aku datang atas panggilan tuan Duke," ujar Farenzo ramah.

Beta adalah pelayan yang selalu memberinya makan di saat pelayan lain mengabaikan kehadirannya.

"Saya merasa senang melihat anda baik-baik saja, Tuan muda Farenzo."

"Terima kasih, telah mengkhawatirkan diriku."

Luke menghampiri tempat rombongan Farenzo yang sedang mengobrol dengan Beta. "Permisi, semuanya."

"Ya, sir Luke."

Luke membungkuk sebentar. "Tuan muda Farenzo, saya hanya bisa mengantar kalian sampai sini saja." Luke melihat ke arah rekan-rekannya, lalu melanjutkan ucapannya.

"Saya harus melaporkan kejadian tadi pada unit kepala kesatria."

"Tentu, kau bisa melakukannya. Terima kasih telah menemani rombongan ku tadi," ucap Farenzo tersenyum ramah.

Luke tersenyum. Sikap Farenzo telah berubah drastis, awalnya dia seorang anak yang pemurung dan penakut. Kini telah menjadi optimis dan ramah.

Mungkin, hal itu di sebabkan tempat tinggalnya yang berbeda dengan wilayah ini. "Kalau begitu, saya izin permisi." Luke membungkuk hormat lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Tuan muda Farenzo, saya akan mengantarkan anda ke ruangan tuan Duke."

Farenzo mengambil napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia tersenyum kecil, lalu mengangguk.

"Tunjukkan jalannya padaku."

"Tentu."

Farenzo mengambil langkah maju, namun langkahnya harus terhenti saat netra matanya melihat sebuah pedang melayang ke arahnya.

Trang.

Farenzo menepis pedang tersebut menggunakan pedang miliknya. Matanya melihat dengan tajam sosok pria yang berdiri tak jauh darinya.

"Cih, untuk apa anak sial seperti mu datang kemari?"

Zeil Rexxon, seorang pria berusia 19 tahun. Kakak kedua Farenzo yang ahli dalam bertarung dua senjata pedang.

"Bukankah kau yang sial, karena kalah bertarung dengan ku," balas Farenzo dengan seringai kecil.

Zeil mengeratkan rahangnya. Dia memberikan tatapan tajam pada adik laki-lakinya. Sejak kalah dalam berduel pedang, dia di kurung oleh Duke tanpa ada pelayan yang memberinya makan.

Hal itu membuatnya marah dan semakin membenci Farenzo. Bagaimana bisa anak pengecut sepertinya berhasil mengalahkan dirinya dalam duel pedang?

"Kau-"

"Aku pikir kau sudah mati."

Suara dingin yang terdengar acuh tak acuh membuat baik Zeil mau pun Farenzo mematung di tempat.

Rein melihat seorang pria berjalan menuruni tangga dengan pria lainnya yang berjalan di belakang.

Zryan Rexxon, seorang pria berusia 52 tahun. Kepala keluarga Rexxon yang menguasai seni pedang sihir.

'Sepertinya pria tua itu yang mengirim surat pada Farenzo,' pikir Rein.

Sebab, Rein dapat merasakan tangan Farenzo yang mulai dingin dan hembusan napasnya yang mulai terdengar tidak beraturan.

Dia pun menyalurkan kekuatan pemulihan untuk menenangkan hati Farenzo yang mulai panik. Hal itu cukup berhasil karena suara napas Farenzo yang kembali stabil.

Suddenly Became A ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang