85 Bertahanlah

6K 986 61
                                    

"Rein Crimson?" ucap Xavier sedikit ragu.

Rein menyeringai kecil. "Sepertinya aku sedikit populer."

Sudut mulut Xavier berkedut mendengar ucapan dari anak kecil tersebut, tapi dia sedikit linglung melihat sekilas seringai kecil di wajah Rein.

'Apa aku salah lihat?' batin Xavier.

Setelah di pikir-pikir, mereka datang tanpa menggunakan portal teleportasi tapi penampilan mereka tetap rapih dan tidak terdapat luka sedikit pun.

Dan, untuk pertama kalinya dia melihat ayah tergeletak tak berdaya di lantai. Seperti seseorang baru saja mengalahkan dirinya.

Belum lagi, anak kecil rambut biru di sana seperti mengeluarkan aura membunuh yang membuat Xavier sedikit tertekan. Anak perempuan itu juga terlihat cukup kuat, dan ada monster rank S di dekat mereka.

'Haruskah aku khawatir?' pikir Xavier.

Xavier sedikit memiliki harapan bahwa mereka akan berhasil kembali dari hutan mati, tapi dia tidak ingin memberikan harapan yang besar pada mereka.

Karena ayahnya memiliki harapan kalau anak-anaknya akan menjadi sosok yang kuat dan tak terkalahkan, tapi hal itu justru membuat mereka bertiga sedikit tertekan dan menderita.

Xavier memilih untuk tetap khawatir meskipun kelompok mereka terlihat kuat. Dia menaruh empat gelang perak di atas meja, "Pakai gelang itu, aku akan tahu kalian masih hidup atau sudah mati," ucap Xavier datar.

"Rein, lebih baik-"

"Kak Farenzo."

Farenzo menggigit bibirnya melihat tatapan mata berkaca-kaca milik Rein yang memilih untuk tetap ikut dengannya. Dia menghela napas. "Baiklah, kalian boleh ikut."

Sudut mulut Xavier berkedut melihat adiknya yang kalah dalam rayuan seorang anak kecil. 'Imut,' batinnya.

Xavier melihat mereka telah memakai gelang pemberian darinya. Dia menatap ke arah adiknya. "Farenzo ...." Lidah Xavier terasa berat untuk mengatakan bahwa dia ingin Farenzo kembali dengan selamat.

"... Kembalilah untuk memberi laporan padaku," ucap Xavier. Dia langsung melakukan teleportasi pada mereka semua sebelum mendengar jawaban dari adiknya.

Ruangan itu telah kosong meninggalkan Xavier yang sedang duduk di atas meja sendirian. "Farenzo ... tetaplah hidup," ucap Xavier tersenyum kecil.

Tes.

Xavier melihat darah yang menetes ke tangannya, dia segera mengambil sapu tangan lalu mengusap hidungnya yang baru saja mengeluarkan darah.

* * *

Farenzo membuka matanya. Dia melihat kumpulan pohon rindang di hadapannya, tatapan matanya langsung melihat anak-anak, seekor kucing dan rubah yang berada di dekatnya.

Farenzo menghela napas bahwa mereka baik-baik saja. Lalu pikirannya mengingat perkataan Xavier sebelum mereka di teleportasi kan.

"... Kembalilah untuk memberi laporan padaku."

Farenzo sedikit merenung. Menurut informasi yang di berikan Luke tidak ada yang kembali setelah memasuki hutan mati.

'Mungkinkah ... mungkinkah.' Farenzo mengepalkan tangannya erat, dia akan kembali dengan penawar racun yang akan dia dapatkan di hutan mati.

'Kak Xavier, aku akan kembali. Tolong bertahanlah,' batin Farenzo.

"Rein."

Yuda dan Vira langsung menghampiri tempat Rein begitu mereka sampai di tempat ini. Rein menelisik ke arah sekitar, mereka telah berada di depan hutan mati.

~ "Cutie pie."

Joya dan Moku melihat ke arah Rein dengan tatapan berbinar-binar.

Rein mengeluarkan belati emas yang sudah lama tidak dia gunakan. "Ayo bermain," ucap Rein tersenyum tipis.

Mendengar kalimat yang sudah mereka tunggu membuat tatapan mata mereka sedikit liar melihat hutan di depan. Mereka telah berlatih selama beberapa hari terakhir, sudah waktunya untuk melihat hasil dari latihan.

"Anak-anak, bisakah aku minta tolong."

Rein melihat ke arah Farenzo, begitu juga dengan yang lain.

"Kalau kalian melihat jamur biru dengan bintik putih, tolong beritahu aku ya," pinta Farenzo.

Moya mengerutkan keningnya.

~ "Setahuku itu adalah tanaman langka yang memiliki manfaat dalam menetralisir setiap jenis racun. Mengapa manusia itu mencarinya?"

Rein baru membaca beberapa buku tentang jenis pengobatan dan penyakit dari dunia ini, dan semuanya berbau fantasi. Sangat berbeda dengan cara pengobatan dari dunia asalnya.

Tapi, sepertinya itu sangat penting. Mungkin, salah satu dari orang yang mereka temui terkena racun dan Farenzo ingin membantunya.

'Semoga saja bukan bajingan tua itu,' pikir Rein. Kalau Farenzo berniat membantu pria tua itu, mungkin akan lebih baik dia mencari tanaman racun mematikan untuknya.

"Aku mengerti," jawab Rein. Dia menoleh ke samping, "Vira, tetaplah bersama ku." Vira tidak akan cocok berpasangan dengan Yuda, karena Yuda akan melakukannya secara brutal.

Vira mengedipkan matanya beberapa kali, lalu mengangguk.

"Kalian berdua bisa menyebar."

Sudut mulut Yuda berkedut, dan ekor Moku bergoyang. Mereka sudah menantikan hal ini. Mereka bergerak masuk ke dalam hutan mati terlebih dahulu, lalu mengambil langkah yang berbeda.

Moya segera terbang mengikuti Yuda, dan Joy langsung menyusul Moku. Kombinasi kelompok mereka seperti biasanya.

Blue menatap kepergian Moku dengan tatapan rumit.

"Apa tidak apa-apa membiarkan mereka seperti itu?" tanya Farenzo khawatir.

"Tidak apa-apa, ayo kita masuk," ucap Rein santai. Dia mengambil langkah maju masuk ke dalam hutan mati. Suasana hutan mati sedikit mencekam begitu masuk ke dalamnya.

[ Master, saya mencium aroma emas. ]

Rein dan Croft menatap satu sama lain, lalu menyeringai.

'Ayo berburu harta karun.'

[ Muehehehehe. ]

* * *

Double up hehehe😁

Vala mau kasih beberapa info.

Cerita Scarlett bakal lanjut dan Dandelion akan Vala publish di wattpad.

🧨🧨🧨🎇🎆

Cerita fanfic juga bakal publish eps 2. Sorry agak lama, mumpung libur jadi waktu Vala banyak senggang nya.

See you🤗

Suddenly Became A ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang