110 Hukuman

5.3K 844 116
                                    

Tak.

William meletakkan secangkir teh hangat di atas meja. "Aku telah mengkonfirmasi informasi lebih lanjut terkait wilayah utara pada kalian," ucap William tenang.

"Apa yang dilakukan oleh Curran itu memang sebagai bentuk pembelaan diri." William menatap wajah mereka yang duduk berhadapan dengannya. "Tapi aku tetap tidak setuju saat memusnahkan seluruh wilayah dan membunuh banyak warga di sana."

"Banyak warga yang tidak bersalah harus mati," ucap William menundukkan pandangan. "Untuk itu, aku akan memberikan hukuman pada Curran."

Curran mengepalkan tangannya. Dia sudah siap menerima hukuman apa pun, karena itu juga memang salahnya. Tapi dia tidak akan setuju bila hukuman itu berkaitan dengan Rein.

"Yang mulia, anda membuat lelucon yang bagus," seru Rein tersenyum lebar. "Saya merasa terhibur."

Perkataan dari seorang anak kecil membuat seluruh tatapan langsung tertuju padanya. William mengerutkan keningnya. "Nak, ayah mu akan dihukum. Apakah itu sebuah lelucon bagimu?" tanya William.

Rein terkekeh kecil. "Justru karena anda memberikan hukuman pada ayah saya, itu terdengar seperti lelucon," sahut Rein.

Joy memiringkan kepalanya. "Katanya lelucon, mengapa mereka tidak tertawa?" tanya Joy bingung.

Croft memutar matanya jengah. Dia memunculkan permen di tangannya, lalu memasukkan permen tersebut ke dalam mulut Joy.

[ Duduk diam di sini. ]

Joy mengedipkan matanya beberapa kali, lalu menganggukkan kepalanya.

William tersenyum tipis. "Nak, Curran melakukan kesalahan untuk itu dia perlu di hukum," ujar William memberikan penjelasan.

"Yang mulia, anda bilang ayah saya melakukan itu sebagai bentuk pembelaan diri. Apakah melakukan pembelaan diri saat sedang terancam itu adalah sebuah kesalahan?" tanya Rein memiringkan kepalanya.

William memasang wajah tabah. "Nak, Curran telah membunuh warga biasa yang tidak bersalah, dia perlu di hukum."

"Tapi Yang mulia, bila ayah saya menjadi budak dari duke Rexxon. Bukankah akan lebih banyak warga biasa yang terbunuh," balas Rein.

Farenzo menundukkan kepalanya. 'Itu benar,' batinnya.

Sudut mulut William berkedut. "Kau benar. Tapi hukuman yang aku berikan juga sebagai bentuk perlindungan untuk Curran, bagaimana pun juga Curran adalah keponakan ku."

"Yang mulai, anda sangat bermurah hati." Rein tersenyum cerah. "Tapi, sayangnya ayah saya sudah besar. Dia bukan anak kecil yang membutuhkan perlindungan anda," ucap Rein tersenyum miring.

"Nak, meskipun seorang anak telah menjadi dewasa, anak itu akan tetap menjadi anak kecil di mata orang tuanya," sahut William tegas.

"Menurut saya itu tidak berlaku untuk anda, yang mulia," ucap Rein dengan ekspresi serius.

Zeil menelan ludah. 'Bukankah sebaiknya kita pulang?' pikir Zeil. Sebab yang terjadi di ruangan ini justru perdebatan antara Raja William dan tuan muda Rein. Sedangkan yang lainnya hanya diam menyaksikan.

"Buktinya anda mengirim ayah saya, yang mulia putra mahkota, dan tuan muda Farenzo masuk ke dalam hutan dimana festival perburuan berlangsung," lanjut Rein.

Rein melipat kedua tangannya di depan dada. "Bukankah seharusnya anda tahu, bahwa di sana terdapat musuh yang ingin merebut wilayah timur laut."

"Alih-alih mengirim pasukan perang, anda justru mengirimkan mereka untuk melawan musuh. Apakah sistem pertahanan kerajaan Xinlaire sangat lemah?" ujar Rein mengangkat satu alisnya.

Suddenly Became A ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang