67 Kelam

8.3K 1.2K 57
                                    

"Paman, aku bukan anak kecil. Aku bisa memakannya sendiri."

Giri terdiam. Kata-kata yang diucapkan Rein sama dengan yang diucapkan putranya bila dia ingin menyuapinya makan.

Tatapan mata Giri sedikit berembun.

"Nak, apa aku boleh menyuapi mu untuk kali ini saja? Aku tidak akan meminta yang kedua kalinya."

Rein mengerutkan kening. Dia menoleh ke belakang, lalu melihat tatapan mata Giri di penuhi kerinduan serta kasih sayang yang sangat dalam.

"Baiklah."

Mata Giri menyipit, bibirnya melengkung membentuk senyuman. Lalu tangannya dengan telaten menyuapi Rein makan daging ikan.

Mata Rein berbinar. Ikan yang di masak para dark elf sangat enak, bahkan lebih enak dari ikan bakar buatan Moku.

"Ini enak, sangat enak."

Para dark elf yang mendengar pujian dari Rein tentang masakan mereka, tersenyum bahagia. Sudah lama mereka tidak merasakan keharmonisan melihat anak-anak yang makan dengan bahagia.

Kehadiran anak-anak yang berada di tempat mereka, membuat rasa kesepian yang para dark elf miliki sedikit terobati.

"Ini lebih enak dari ikan bakar Moku."

Myuu?

Moku menjatuhkan ikan yang berada di dalam mulutnya. Ikan yang masak para dark elf memang terasa lebih enak, dan melihat Rein yang makan dengan lahap.

Moku menatap ikan yang berada di dalam wadah. Sepertinya dia perlu mencari tahu resep masakan para dark elf.

Tap.

Rein melihat batu cahaya dengan ukiran cristal yang diberikan Lais untuknya.

"Aku sudah berjanji akan memberikan ini padamu dan yang lain bila kita selamat, jadi ambillah."

"Terima kasih Paman."

Mey memberikan tatapan tidak suka melihat Lais memberi senjata buatan dark elf pada Rein di saat waktu makan.

"Lais, kau bisa memberikan benda itu nanti 'kan!"

Lais menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu tertawa canggung. "Ha ha ha, aku hanya khawatir lupa memberinya."

Dara memutar matanya jengah.

Rein menyentuh batu cahaya, dan cahaya pada batu tersebut sedikit meredup.

[ Master, sepertinya anda tidak bisa memegang benda yang terbuat dari magis karena cincin yang diberikan oleh Moya. ]

Perkataan Croft ada benarnya.

Rein menatap ke arah Yuda yang baru selesai mengaktifkan batu cahaya menggunakan darahnya.

"Oi kesatria, tangkap."

Yuda menoleh. Lalu menangkap benda yang di lempar ke arahnya.

"Untukmu. Kau pengguna dua senjata, jadi kau membutuhkan itu."

Yuda mengangguk. Dia menatap barang pemberian dari Rein, lalu meneteskan sedikit darah pada batu cahaya untuk mengaktifkannya.

Kinara memiliki ekspresi aneh melihat Yuda yang kembali melukai tangannya untuk mengaktifkan batu cahaya.

Dia menatap kedua tangannya, lalu melirik batu cahaya yang diberikan Lais untuknya.

Kinara memutuskan untuk mengaktifkan batu cahaya itu nanti saja saat berada di istana. Jadi, dia menyimpan barang itu ke dalam kantung penyimpanan.

~ "Huhuhu."

Croft melihat Joy memiliki ekspresi sedih setelah mengobrol dengan beberapa tanaman magis yang berada di sana.

[ Ada apa? ]

~ "Ternyata tempat ini memiliki kenangan kelam."

Moya menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Croft.

Mereka mendengar kisah tragis yang berada di tempat ini dari tanaman magis yang dia ajak untuk bercerita.

Bangunan berbentuk kotak di buat agar saat runtuh dapat di bangun ulang dalam waktu singkat. Karena untuk membangun rumah luas dan mewah membutuhkan waktu yang cukup lama, sementara prediksi kedatangan monster tidak lah pasti.

Banyak nyawa dark elf yang hilang begitu monster menghampiri tempat mereka, bahkan dark elf yang masih anak-anak pun menjadi korban. Hingga satu anak dark elf yang tersisa pada saat tragedi tersebut.

Croft terdiam, mendengar informasi yang Moya berikan. Dia menatap ke arah Joy yang memiliki mata berkaca-kaca.

[ Sudah sudah, itu sudah berlalu. Kau tidak perlu sedih. ]

Croft menepuk-nepuk kepala Joy dan memberikan kata untuk menenangkannya.

~ "Huhuhu."

Joy membenamkan wajahnya pada dada bidang milik Croft. Dia tidak menyangka kalau para makhluk hitam memiliki kehidupan yang sulit, tidak seperti manusia yang dia temui.

Tunggu sebentar, bagaimana kalau para makhluk hitam tinggal bersama dengan manusia?

Joy melepaskan pelukannya. Dia menghapus air matanya, lalu melayang menghampiri Rein.

~ "Cutie pie, bagaimana kalau kita mengajak para makhluk hitam untuk tinggal di rumah kita?"

~ "Joy yakin, manusia merah akan mengizinkannya."

Rein mengedipkan matanya beberapa kali. Dia memang sempat mendengar obrolan mereka bertiga, tapi mengajak para dark elf untuk tinggal di rumah mereka, mungkin tidak.

Tapi kalau para dark elf ingin tinggal di wilayah timur laut bersama dengan bangsa ork, mungkin Curran akan mengizinkannya.

Sebelum itu, Rein perlu membicarakan hal ini terlebih dahulu kepada para dark elf. Apa mereka ingin meninggalkan tempat ini atau tidak?

Rein mengangguk kecil.

Joy tersenyum cerah. Moya juga tersenyum melihat Rein yang setuju. Croft sempat merasa aneh dengan pemikiran Rein, namun dia segera mengangguk setuju.

"Paman, Bibi, mengapa kalian tinggal di bawah tanah?"

Para dark elf seketika terdiam mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Rein. Mereka saling lirik satu sama lain.

Dark elf pria bernama Tora menghela napas.

"Itu cukup panjang ceritanya."

"Aku akan mendengarkan."

Tora melihat tatapan antusias dari anak kecil yang duduk di hadapannya. Anak-anak yang lain pun memasang sikap tenang untuk mendengarkan sebuah cerita.

Hal itu juga di lakukan oleh para dark elf.

Mey menyentuh tangan Tora untuk memberinya semangat.

"Baiklah, Paman akan menceritakan asal usul mengapa kita tinggal di bawah tanah."

Tora menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan secara perlahan.

"Jadi, lima ratus tahun yang lalu-"

Neng neng neng.

Ctak.

"Abang beli bakso!!"

Seorang gadis berlari keluar dari kamarnya meninggalkan catatan yang belum selesai.

Suddenly Became A ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang