84 Ikuti Aku

5.2K 890 28
                                    

"TANGKAP MEREKA, MEREKA TELAH MELUKAI TUAN DUKE."

"Suaranya jelek." Rein menutupi telinganya mendengar teriakkan dari sekertaris milik Duke Rexxon.

[ Berapa banyak harta mereka yang harus saya ambil? ]

'20% saja.'

[ Huh ...! ]

Croft mengeluh secara internal. Dia sanggup mengambil seluruh kekayaan dari pria tua itu, jadi mengapa hanya 20% saja?

'Jangan serakah.'

Croft mendecakkan lidahnya. Tubuhnya secara perlahan menghilang untuk mengambil 20% kekayaan Duke Rexxon seperti yang Rein minta.

Farenzo mengeluarkan pedangnya. Dia melindungi anak-anak yang berada di belakangnya, lalu mengarahkan pedang pada kesatria dari keluarganya sendiri.

"Ada apa ini?"

Seorang pria tinggi berpakaian rapih mendatangi tempat itu dengan membawa beberapa lembar berkas di tangannya.

Xavier Rexxon, seorang pria berusia 21 tahun. Putra pertama dari keluarga Rexxon. Ahli pedang sihir dan berada di level bintang lima.

"Kak Xavier, anak sial itu telah melukai ayah," teriak Zeil dengan menunjuk ke arah Farenzo berada.

Xavier melirik ke arah Zryan yang tergeletak di lantai bawah. "Tuan Solen, bawa ayah ke kamarnya lalu panggil tabib," titah Xavier dengan suara datar.

"Sesuai perintah anda." Solen membungkuk hormat pada Xavier, lalu membawa tubuh Duke Rexxon untuk di obati oleh tabib.

Xavier memberikan tatapan tajam pada Zeil yang tubuhnya terlihat kurus setelah di kurung tanpa di beri makan. "Makan atau mati?" ucap Xavier dingin.

Tubuh Zeil menegang. Dia menundukkan kepalanya. "A-aku akan makan," ucap Zeil gugup. Dia takut melihat tatapan mata kakaknya yang terlihat lebih seram di banding ayahnya.

Zeil memberikan tatapan sinis pada Farenzo, lalu pergi meninggalkan tempat itu seperti yang di minta Xavier.

Xavier melihat ke arah adik bungsunya yang berdiri tegak untuk melindungi anak-anak di belakangnya. Sudut mulut Xavier berkedut melihat tatapan mata Farenzo yang terlihat tegas, berbeda dengan tatapan yang dia lihat saat kecil.

'Kau sudah besar ya,' batin Xavier. Anak kecil yang selalu menangis dan gemetar saat bertemu, kini berdiri tegak dengan rasa percaya diri.

'Sepertinya tempat baru telah memberimu banyak perubahan, dan aku merasa senang akan hal itu,' batinnya.

Xavier melirik ke arah Beta, pelayan pribadinya yang dia perintahkan untuk memberi makan Farenzo agar dia bisa bertahan hidup.

Xavier tersenyum di dalam hatinya. Farenzo sudah tidak membutuhkan dirinya lagi, karena adiknya sudah bisa berdiri sendiri tanpa bantuannya.

Xavier menatap dengan ekspresi dingin. "Untuk apa kau datang kemari?" tanya Xavier datar.

Farenzo mengepalkan tangannya erat. Dia sudah menduga ini, tidak ada yang mengharapkan kehadirannya di tempat ini.

Mengapa dia harus kembali ke tempat ini? Apa sebenarnya yang dia harapkan di tempat ini?

'Oh ... aku ingat,' batin Farenzo.

Di kehidupan sebelumnya, Xavier meninggal akibat penyakit yang di derita. Awalnya Farenzo menelan mentah-mentah informasi seperti itu, tapi saat berada di samping Curran yang mengetahui tentang pengobatan.

Farenzo akhirnya mengetahui bahwa kakaknya meninggal bukan karena sakit melainkan di racun, dan yang meracuninya adalah ayah.

Zryan tidak ingin Xavier melampaui dirinya, untuk itu dia memberikan racun pada Xavier agar dia tetap berada di bawahnya namun tetap berguna untuknya.

Ini mungkin sedikit egois, tapi setelah mengetahui bahwa Farenzo berhasil menyelamatkan Zeil agar tidak ikut dalam festival perburuan. Farenzo sedikit memiliki rasa percaya diri bahwa dia juga bisa menyelamatkan Xavier.

Mungkin mereka tidak memiliki sebuah kedekatan, tapi Farenzo tahu betul bahwa mereka memiliki penderitaan yang sama. Dan itu disebabkan oleh satu orang.

Di kehidupan ini, Farenzo telah memiliki banyak orang yang menerima kehadirannya. Dan mengisi ruang kosong di hatinya dengan kebahagiaan. Untuk itu, Farenzo ingin kedua kakaknya juga merasakan hal yang sama.

Meski dia tidak tahu, apakah itu akan berhasil atau tidak. Tapi, Farenzo masih ingin mencoba untuk melakukannya. Dia akan mencari penawar dari racun itu.

"Aku ... hanya ingin berkunjung," jawab Farenzo.

Xavier memberi sedikit tekanan pada berkas yang dia pegang. Itu adalah berkas yang berisi perintah dari Duke Rexxon untuk Farenzo, apabila dia masih hidup.

"Cih, kau seharusnya tidak perlu datang kemari," ucap Xavier sedikit menekan.

Untuk apa dia datang ke tempat yang telah memberinya luka, di saat ada tempat baru yang telah memberinya kebahagiaan. 'Bodoh,' pikirnya.

Farenzo mengeratkan rahangnya. "Itu adalah pilihan ku! kau tidak berhak mengatur ku," desis Farenzo.

Xavier menyipitkan matanya, lalu menghela napas. "Ikuti aku." Xavier berbalik dan mengambil langkah maju.

Hutan mati adalah tempat tinggal monster ganas yang belum sempat di taklukkan. Meski sudah mengirim banyak orang untuk membunuh monster di sana, tapi para monster tetap saja masih banyak seolah-olah tiada habisnya.

Belum lagi ada pergerakan aneh yang muncul di hutan mati hingga membuat para monster yang tinggal di sana mulai keluar satu per satu, serta membuat kekacauan di tempat tinggal warga.

Sudah ada lebih dari sepuluh orang yang di tugaskan untuk menyelidiki hal itu, namun tak satu pun dari mereka yang kembali.

Dan tanpa sepengetahuan Xavier, Duke Rexxon telah mengirim surat ke wilayah timur laut kerajaan Xinlaire untuk memanggil Farenzo kemari.

'Sial!' umpat Xavier dalam hati. Xavier tidak tahu isi dari surat itu yang membuat Farenzo datang ke wilayah ini, apalagi dia membawa beberapa anak kecil di sampingnya.

Bagaimana pun juga Xavier harus melakukan sesuatu agar mereka bisa kembali dengan selamat, apapun yang terjadi.

Rein berjalan dengan memegangi bagian celana Farenzo. Dia menatap tangan kanannya yang di pakai untuk memukul sebelumnya, terlihat punggung tangannya sedikit memerah.

'Aku benar-benar lemah,' pikir Rein.

Padahal tangannya hanya memberikan beberapa pukulan tapi sudah memerah. Apa karena akhir-akhir ini dia sering membaca buku? Jadi kekuatannya sedikit melemah.

[ Master, saya sudah melakukan sesuai yang anda minta. ]

Croft muncul di dekat Rein, dan langsung memberikan laporan.

'Itu bagus.'

Rein menatap ke depan, dia melihat punggung dari seorang pria datang menghentikan para penjaga untuk menangkap mereka.

Dia tidak tahu tentang permasalahan yang terjadi di keluarga ini, tapi sedikit memiliki kesimpulan bahwa ada beberapa kesalahpahaman di antara mereka.

Rein tidak ingin ikut campur dalam urusan orang lain, tapi dia akan mengambil tindakan saat semuanya berada di luar kendali.

Tap.

Xavier duduk di atas meja, menatap ke arah Farenzo dan anak-anak yang berada di depannya. "Tuan Duke telah memberikan perintah untukmu, lihatlah." Xavier memberikan berkas yang berada di tangannya.

"Kau bisa pergi, dan biarkan mereka tinggal-"

"Aku akan ikut dengannya."

Xavier melirik ke arah anak kecil rambut pink yang baru saja memotong ucapannya. Di wilayah timur laut kerajaan Xinlaire adalah wilayah putra pertama dari Duke Crimson.

Menurut informasi, Curran mengangkat seorang anak kecil menjadi anaknya dan berhasil menjinakkan salah satu monster saat festival perburuan. Anak kecil rambut pink dan seekor rubah merah.

"Rein Crimson?" ucap Xavier sedikit ragu.

Rein menyeringai kecil. "Sepertinya aku sedikit populer."

* * *

Aw aw babang Xavier comebackƪ⁠(⁠˘⁠⌣⁠˘⁠)⁠ʃ

Suddenly Became A ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang