100💐💐💐 + QnA

6.5K 864 171
                                    

"Haaah."

Helaan napas panjang keluar dari mulut William. Netra matanya melirik tajam ke arah tumpukan berkas yang perlu dia kerjakan. 'Aku ingin membakar semua berkas ini!' batin William frustasi.

"Yang mulia, berhenti mengeluh dan cepat kerjakan semua tugas anda," ucap Andrew datar.

William tersentak. "Hi!! Andrew, apa kau bisa membaca pikiran ku?" seru William.

Andrew memberikan tatapan bingung. "Tidak, apa anda sedang memikirkan sesuatu?"

"Tidak!" William menggelengkan kepalanya. "Aku tidak sedang memikirkan apapun, sungguh!" ucap William meyakinkan.

Andrew tersenyum tipis. "Kalau begitu, bisakah anda selesaikan tugas ini dengan cepat. Karena saya ingin pulang."

"Bagaimana kalau aku memberikan sebagian berkas pada Jasvier?" ucap William memberi usulan.

"Tidak, anda sudah memberikan banyak pekerjaan pada yang mulia putra mahkota," jawab Andrew.

"Bagaimana dengan Kinara?" tanya William.

Andrew menghela napas. "Tuan putri sedang beristirahat setelah berlatih sihir seharian."

Andrew mencondongkan tubuhnya ke depan, dengan ekspresi wajah datar. "Sebaiknya anda selesaikan tugas anda sendiri," ucap Andrew dingin.

Tubuh William menegang. "Ah, aku mengerti."

"Semangat yang mulia," ucap Andrew tersenyum lebar, seperti bunga yang bermekaran.

William kembali mengerjakan tugasnya dengan wajah cemberut dan aura suram di sekitarnya.

Tapi hal itu langsung berubah begitu William merasakan energi magis yang mengarah ke ruangannya saat ini.

William segera menegakkan postur tubuhnya dengan ekspresi wajah serius dan tatapan datar melihat ke depan.

Tak lama kemudian, sesosok pria dewasa rambut merah panjang muncul tak jauh dari hadapannya.

'Gilbert?' pikir William.

Sangat jarang bagi Gilbert untuk mendatanginya di waktu malam. Itu berarti telah terjadi sesuatu yang serius atau hal itu berkaitan dengan anak-anaknya.

"Andrew, pergi ke dapur istana untuk menyiapkan teh hangat rendah gula dan camilan. Aku ingin kau yang membawanya," ujar William datar.

Andrew melirik, kemudian membungkuk hormat. "Sesuai keinginan anda, Yang mulia."

Andrew berjalan melewati tubuh Gilbert, keluar dari ruangan tersebut untuk melakukan perintah yang telah diberikan.

Gilbert melirik ke arah tumpukan berkas yang menumpuk di meja William. "Kau sama sekali tidak berubah," ucap Gilbert berkomentar.

"Aku tidak sepintar dirimu," balas William acuh.

Gilbert berjalan mendekati. "Kau masih saja merendah." Gilbert duduk di hadapan William, tangannya terulur mengambil berkas lalu mengerjakannya.

William menghela napas. "Ada masalah apa?" tanya William, dia mengambil berkas lalu mengerjakan tugasnya.

"Kota di wilayah utara telah menghilang, begitu juga dengan penduduknya," ucap Gilbert menatap berkas di tangannya.

Pergerakan tangan William terhenti. Informasi yang diberikan oleh Gilbert benar-benar membingungkan dirinya. "Apa hal semacam itu bisa terjadi?" tanya William.

"Putraku yang melakukannya," ucap Gilbert datar.

William tersentak. Dia memperhatikan ekspresi wajah Gilbert yang terlihat serius dan sedikit gelap, sepertinya informasi ini benar.

Suddenly Became A ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang