52 Curran menghilang

9.6K 1.4K 47
                                    

"Bagaimana menurutmu?"

"Yang mulia, obat yang diberikan oleh Tuan putri sangat bagus. Saya telah menelitinya, dan saya yakin kerajaan kita bisa terbebas dari wabah penyakit."

George mendengarkan perkataan tabib istana dengan seksama. Dia menatap ke arah putrinya yang sudah berhasil menemukan obat untuk mengobati warganya.

"Keluarkan pembendaharaan istana, gunakan untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat obat tersebut."

"Laksanakan Yang mulia."

Ellena memiliki senyuman lembut di wajahnya. Dia berharap kerajaannya segera terbebas dari wabah penyakit.

* * *

Satu tahun kemudian.

"Dengan ini aku menyatakan bahwa kerajaan Xinlaire telah terbebas dari wabah penyakit!!!"

"Hidup Yang mulia Raja."

"Hidup Yang mulia Raja."

"Hidup Yang mulia Raja."

Sorakan kemenangan dan kebahagiaan terlukis di wajah para warga karena telah berhasil melewati wabah penyakit yang menghantui kerajaan Xinlaire.

Udara dingin menusuk kulit Ellena. Dia berjalan menuju balkon istana.

Mizu melayang di dekat Ellena dengan buah merah yang berada di tangannya. Dia memakan buah tersebut secara perlahan.

Mizu merasa senang, akhirnya bisa makan buah dengan tenang setelah bekerja keras selama beberapa bulan terakhir untuk membuat ramuan.

Ellena memandang bulan purnama yang bersinar di langit malam. Ada tatapan kerinduan yang tersirat di matanya.

"Bu ... Kerajaan kita sekarang sudah terbebas dari wabah."

"Apa ibu bahagia di sana?"

Setetes air mata membasahi pipi Ellena.

Seandainya saja dia bisa lebih cepat bertemu dengan Mizu.

Seandainya saja dia bisa pulang lebih cepat saat itu.

Seandainya, hanya seandainya.

Ellena hanya bisa berandai-andai tanpa bisa melakukan apapun. Dia tidak bisa mengubah apapun, karena waktu tidak dapat diulang kembali.

Sret.

Ellena terkejut saat mendengar ada yang membuka tirai balkon, dia segera menghapus air matanya, lalu berbalik untuk melihatnya.

"Tuan Gilbert?"

Ellena melihat seorang pria rambut merah sepundak dengan netra hijau emerald yang teduh.

"Saya minta maaf. Saya tidak tahu bahwa anda berada di sini, Tuan putri."

Ellena memasang senyum bangsawan miliknya.

"Tidak apa-apa, Tuan Gilbert. Anda bisa menggunakan tempat ini, saya izin permisi."

"Silahkan, Tuan putri."

Gilbert melihat kepergian Ellena.

Dia mengambil langkah maju menuju balkon, lalu memandang langit malam dengan tatapan rumit.

"Ibu, ayah, semoga kau bahagia di sana."

* * *

Dua tahun kemudian.

"Ellena, apa kau mau menikah denganku?"

Ellena memandang wajah pria rambut merah yang berada di hadapannya dengan memegang sebuah cincin permata.

Suddenly Became A ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang