104 Tidak Gratis

6.3K 999 71
                                    

Yuda mengangkat satu alisnya. "Bagaimana kalau aku tidak mau?" tanya Yuda datar.

"Kau-"

PLAK.

Rein menampar bahu Yuda. "Menjauh dariku, kau bau keringat," ucap Rein dengan menutupi hidung kecilnya.

Yuda melirik ke arah Curran yang tersenyum tipis. Dia pun bergeser sedikit jauh dari tempat Rein dan duduk berdekatan dengan Vira.

Jasvier mengedipkan matanya beberapa kali. 'Apa Curran baru saja cemburu pada seorang anak kecil?' batin Jasvier bertanya-tanya.

Sudut mulut Curran berkedut. Dia mengelus kepala Rein lembut. "Yang mulia raja mengundang kita berdua untuk datang ke istana, apa kau mau ikut?"

[ AKU MAU IKUT! AKU MAU IKUT! ]

"Joy juga mau ikut!"

"Sepertinya menarik, sudah lama Moya tidak kesana."

Myuu Myuu!!

Pertanyaan yang Curran ajukan di jawab oleh sahutan-sahutan semangat dari para roh alam dan seekor rubah merah.

Curran memiliki ekspresi wajah datar. 'Aku bertanya pada Rein, mengapa mereka yang bersemangat?' batin Curran.

Rein merenungi pertanyaan dari Curran. Wilayah utara telah menghilang, alih-alih memberikan hukuman pada pelaku, raja justru mengundang mereka ke istana.

'Ini aneh,' batin Rein.

Croft tersenyum kecil, lalu menyahuti pikiran Rein.

[ Menurut saya, itu tidak aneh sama sekali. ]

[ Setiap penguasa selalu mendahulukan prioritas utama tentang wilayah kekuasaannya. Meskipun, kerajaan ini memiliki kekuatan militer yang masih kuat serta terdapat monster-monster di dalamnya. Tapi- ]

[ Membunuh Curran, itu seperti memotong kekuatan pertahanan untuk kerajaan Xinlaire. ]

'Benar,' batin Rein membenarkan. 'Dan aku membencinya.'

Bila Zryan berniat menjinakkan Curran dengan sihir atau cara kotor lainnya. Maka, William berniat menjinakkan Curran dengan cara halus menggunakan kekuatan tali tak kasat mata. Yaitu, sebuah ikatan.

Menciptakan sebuah ikatan kekeluargaan, persaudaraan atau persahabatan yang terjalin secara halus. Bila Curran memberontak dari tali tersebut, tentu saja William perlu menekannya dengan orang-orang di sekitarnya.

Rein melirik ke arah Jasvier sekilas. Mungkin Jasvier telah menyadari maksud dari William, ayahnya sendiri. Tapi Rein tidak tahu dia berada di pihak siapa.

Rein memang menyukai sebuah ikatan yang telah terjalin dengannya. Tapi dia membenci tali pengekangan.

'Sampai saat ini, aku tidak pernah mengusik istana. Tapi beraninya mereka mengusik diriku.'

Wajah Rein terlihat tenang di luar, berbeda dengan hatinya yang menyeringai lebar. Croft menutupi bagian mulutnya, agar tidak ada yang melihat seringai lebar di wajahnya.

'Mangsa menggiurkan telah terdeteksi.'

[ Mangsa menggiurkan telah terdeteksi. ]

Rein menelan makanannya. Dia menatap ke arah Curran dengan senyuman manis di wajahnya. "Ayah, aku mau ikut."

"Tentu." Curran tersenyum tipis. "Nanti kita pergi bersama-sama," ucap Curran mengelus kepala Rein. Lalu tatapan matanya tertuju pada Yuda.

"Rein akan pergi bersama dengan ku, jadi kau tidak perlu ikut," ujar Curran dengan suara datar.

Yuda hanya memutar matanya jengah. Dia kembali makan dengan tenang tanpa merespon perkataan dari Curran.

Myuu Myuu.

Moku mengetuk tangan Curran menggunakan kaki depannya.

"Tentu, kau juga ikut," ucap Curran.

Moku mengibaskan ekornya ke kanan dan ke kiri begitu mendengar persetujuan dari Curran.

Jasvier melihat interaksi mereka dengan perasaan tidak nyaman. Dia melihat ke arah Rein yang makan buah-buahan dengan riang.

'Bagaimana bisa ayah ingin memanfaatkan anak kecil sepolos Rein?' batin Jasvier. Dia memberikan tatapan simpati pada Rein.

* * *

Setelah piknik sebentar di dekat danau. Jasvier kembali pulang ke istana, dan Curran kembali mengurus beberapa pekerjaan yang belum di selesaikan. Sedangkan Rein dan Moku kembali ke kediaman untuk menemui Xavier.

Tok tok tok.

Zeil yang sedang mengupas buah untuk Xavier menghentikan pergerakan tangannya. Dia menatap wajah Xavier sebentar, lalu menaruh buah di atas wadah.

"Aku akan membukanya," ucap Zeil. Dia bangkit dari posisinya dan berjalan mendekati pintu, kemudian membukanya.

"Oh, Rein," seru Zeil begitu melihat seorang anak kecil rambut merah muda berdiri di depan pintu bersama seekor rubah merah.

"Halo Kak Zeil, aku datang untuk memeriksa kondisi kak Xavier," ucap Rein tersenyum kecil.

"Oh tentu, silahkan masuk." Zeil bergeser ke samping, dan membiarkan Rein dan Moku masuk ke dalam. Kemudian menutup pintunya.

Rein mengambil langkah maju memasuki ruangan milik Xavier tinggal setelah melakukan operasi. "Hai Kak Xavier, bagaimana kabarmu?"

Xavier tersenyum tipis. "Aku baik."

Rein mengangguk kecil. Dia naik ke atas kasur, lalu duduk di dekat Xavier. Kemudian meraih tangan besar Xavier untuk memeriksa denyut jantungnya.

"Apakah ada keluhan setelah Kakak sadar?" tanya Rein.

Xavier menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, aku merasa baik."

Zeil bersandar pada dinding kamar, seraya memperhatikan interaksi Rein yang sedang memeriksa kondisi kakaknya.

Xavier memperhatikan raut wajah Rein yang terlihat lebih dekat dengannya. Ini pertama kalinya mereka berdua berinteraksi sedekat ini.

Aroma susu yang manis tercium oleh indra penciumannya.

'Imutnya,' batin Xavier.

Xavier mengerutkan keningnya. Setelah di lihat-lihat dengan baik, wajah Rein terlihat familiar. Atau mungkin ini hanya perasaannya saja?

"Kak Xavier," panggil Rein.

"Hmm." Xavier kembali fokus menatap wajah Rein.

"Ini obat yang harus Kakak minum, ada obat yang perlu di minum setelah makan dan ada juga yang sebelum makan. Aku juga memberikan beberapa pil vitamin untuk kesehatan," ucap Rein seraya memberikan penjelasan pada obat yang perlu di minum oleh Xavier.

Rein sudah meminta Flint untuk membuatkan obat-obatan yang perlu dia berikan pada Xavier terlebih dahulu sebelum membuat obat untuk di jual.

Xavier melihat banyak botol yang berisi berbagai macam pil di dalamnya. "Aku tidak suka minum obat," gumamnya lirih.

Rein menghentikan penjelasannya, dia menatap ke arah Xavier. "Aku juga tidak suka minum obat."

"Huh?" Xavier menatap bingung.

Rein menghela napas. Dia menghilangkan obat-obatan yang baru saja di keluarkan, dan menyimpannya kembali di ruang inventori.

"Kalau begitu, Kak Xavier tidak perlu meminumnya," ucap Rein santai. Dia menyentuh dada bidang Xavier lalu menyalurkan kemampuan pemulihan padanya.

"Yang ini tidak gratis," ujar Rein tersenyum tipis.

Sudut mulut Xavier berkedut. Tangannya terulur mengelus kepala Rein, kemudian berbisik. "Aku tahu."

'Setidaknya aku tidak perlu minum obat,' batin Xavier.

Zeil memiliki ekspresi wajah tertekuk melihat interaksi mereka berdua.

'Apa yang mereka bicarakan? Dan kenapa mereka terlihat akrab?' batin Zeil bertanya-tanya.

* * *

See you🤗

Suddenly Became A ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang