🍁 08. Lose

497 79 8
                                    

Akhir Oktober, 1615.

Suasana pagi di Hanyang begitu sibuk. Meskipun matahari tidak banyak muncul dan kabut banyak menutupi langit, itu tak menghalangi semangat orang-orang dalam beraktivitas. Mereka hilir mudik mempersiapkan diri untuk bekerja, anak-anak ada juga yang pergi sekolah, para ibu menyiapkan makanan pagi untuk anak dan suami mereka. Sebenarnya tidak banyak yang berubah. Pola kehidupan manusia pada dasarnya sama.

Begitupun Yoona yang jauh lebih bersemangat semenjak dirinya terdampar di Joseon. Bahkan Suncheon sendiri tampak heran sekaligus takjub karena gadis muda yang dikenalnya 2 minggu terakhir itu memiliki semangat yang tidak ada habisnya. Tak salah jika Suncheon memberikan pekerjaan menjahit ini.

Seperti halnya orang lain yang bersiap-siap untuk bekerja, itu juga yang dilakukan oleh Yoona sejak subuh tadi. Ia dengan suka rela membersihkan tempat usaha milik Song Suncheon, membereskan sisa-sisa kain bekas kemarin, dan merapikan barang-barang yang tergeletak sembarangan. Semuanya dilakukan sendiri oleh Yoona. Jadi ketika para pekerja datang, mereka tidak perlu membersihkannya lagi.

Suncheon sendiri tampak bersyukur dengan keberadaan gadis yang ia sangka Jiyoon itu. Berkat Yoona lah, semua pekerjaannya tampak lebih terstruktur dan terorganisir, seolah memang gadis muda itu sudah sering mengurus ini.

"Jiyoon-a, bisa kau sulam jeogori nya agar lebih menarik?" pinta Suncheon saat ia duduk di samping Yoona.

Yoona yang sedang mengarahkan penjahit lain menoleh pada Suncheon dan mengangguk. Ia mengambil alih jeogori dari tangan Suncheon.

"Samonim ingin aku menyulam apa disini?" kata Yoona sambil berjalan ke arah ujung ruangan, dimana peralatan menjahit ada disana. Suncheon mengikutinya dari belakang.

"Terserah kau saja, aku percaya dengan pilihanmu."

Yoona tersenyum lebar lalu mengangguk. Ia mulai mengambil jarum sulam, rangka kayu dan benang sutra. Berbeda dengan era modern yang sudah menggunakan teknologi komputerisasi untuk menyulam, di era joseon ini, alat untuk menyulam masih sangat sederhana dan berfokus pada teknik tangan. Untunglah saat di era modern Yoona cukup sering menggunakan teknik tangan untuk menggambar pola dan gambar di setiap desain yang ia buat. Jadi ketika Yoona diminta untuk menyulam lagi, ia tidak terlalu kesulitan.

Suncheon yang berada di samping Yoona memperhatikan gadis itu dengan seksama.

"Sepertinya kau sering menggunakan jarum sulam ya?" pertanyaan Suncheon membuat Yoona sedikit terdiam. Untuk menghalau kegugupan, ia pun tertawa.

"Tidak terlalu.." kata Yoona masih mencoba fokus pada kegiatannya.

"Tapi aku melihatmu tidak begitu. Kau pandai dalam hal menjahit dan segala hal tentang membuat busana." 

"Benarkah?" Yoona menatap Suncheon ragu.

Suncheon mengangguk. "Aku tidak tau bagaimana masa lalumu, tapi aku tau kau orang yang baik. Kau juga pandai dan cerdas. Keberadaanmu disini membuatku senang." Suncheon tersenyum tulus lalu mengelus pundak Yoona.

Yoona tersenyum haru. Entah bagaimana perasaannya sekarang. Memang semenjak Suncheon memberikannya pekerjaan ini, ia tampak hidup dan memiliki semangat. Setidaknya pekerjaan ini membuatnya lebih termotivasi untuk bertahan di Dinasti Joseon.

"Terima kasih Samonim." Yoona berucap dengan tulus sambil menahan senyum haru.

***

"Eummmm ini enakkk!!!" Yoona berseru antusias ketika memasukkan jjigae atau sup kental ke dalam mulutnya.

Tadi sore Yeon membawa nasi, 2 bungkus jjigae, namul (sayuran panggang) dan tteok (kue beras). Katanya itu hidangan makan malam yang sengaja dibeli Yeon untuk disantap bersama dengan Yoona.

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang