🍁 85. Fear

542 80 55
                                    

Pertengahan April, 1622.

Suasana malam di pertengahan musim semi terasa begitu menegangkan. Kedua dayang Selir Yoo dan Yeon merasa khawatir sekaligus cemas saat Selir Yoo mulai menunjukan tanda-tanda melahirkan sejak siang tadi. Mereka semakin khawatir saat tabib perempuan mengabarkan bahwa Selir Yoo akan melahirkan di malam harinya.

Terbuktilah sekarang. Dibantu oleh dua orang tabib perempuan, Selir Yoo mencoba mengejan sambil memegang erat tali putih yang dilingkarkan ke langit-langit kayu. Ia juga menggigit sebuah kain kecil agar tidak berteriak dan mengeluarkan energi berlebihan. Keringat keluar dengan deras dari sisi-sisi dahinya. Rambutnya yang diikat sederhana terasa basah karena Selir Yoo harus mengerahkan kekuatannya.

“Mama..” Dayang Bong bergumam khawatir. Ia menyeka keringat Selir Yoo dengan hati-hati sambil membisikkan kata-kata penyemangat.

Sebenarnya ini menjadi momen kedua kalinya bagi Dayang Bong saat menemani dan melihat langsung proses melahirkan Selir Yoo. Tapi entah dulu atau sekarang, rasa khawatirnya masih sangat sama. Melihat Selir Yoo menahan rasa sakit yang luar biasa membuatnya ikut takut juga.

“Yoo Bin Mama, jangan berhenti mengejan..” salah satu tabib mengingatkan Selir Yoo dengan khawatir. Sangat berbahaya jika wanita itu kelelahan atau pingsan saat proses melahirkan seperti ini.

“Mama.. Yoo Bin Mama..” Dayang Bong berbisik cemas. Ia sedikit mengguncang lengan Selir Yoo agar tetap sadar.

Suara Dayang Bong dan kedua tabibnya silih berganti membangunkan Selir Yoo yang tampak kelelahan. Mata wanita itu cukup sayu dan bulir keringat turun dengan derasnya.

Sementara di luar rumah, Jungeun dan Yeon tak henti-hentinya berharap hal-hal baik untuk Selir Yoo. Mereka juga khawatir dan ketakutan. Mungkin bisa dikatakan proses melahirkan Selir Yoo sekarang jauh lebih menegangkan karena tidak ada jaminan keselamatan dan kesehatan untuk wanita itu dan bayinya. Sangat berbeda dengan di istana. Segala kebutuhan dan perawatan sangat menjamin Selir Yoo agar proses melahirkannya berjalan dengan baik.

Perlu beberapa menit untuk Jungeun dan Yeon mendengar suara tangisan bayi yang cukup nyaring. Jarak antara tempat mereka berdiri dengan kamar Selir Yoo cukup dekat sehingga mereka bisa memastikan bahwa Selir Yoo telah melahirkan.

“Mama.. Bayinya lahir dengan sehat.”

Samar-samar suara tabib terdengar dari kamar Selir Yoo. Jungeun dan Yeon saling menatap satu sama lain. Mata keduanya berkaca-kaca dan hati mereka terasa begitu lega mendengarnya.

Beberapa menit kemudian, Dayang Bong keluar dari kamar Selir Yoo dan wajahnya tampak menahan haru. “Yoo Bin Mama.. Melahirkan bayi perempuan.”

Tanpa sadar Jungeun mengeluarkan air mata. Ia menangkup kedua tangan untuk mengucapkan rasa terima kasih dalam hatinya. Sementara Yeon menggigit bibir bagian dalam. Ia bahagia sekaligus juga khawatir. Memikirkan bagaimana kehidupan Selir Yoo dan kedua anaknya nanti membuat Yeon tidak bisa tenang lagi seperti sebelumnya.

***

3 hari kemudian, Sekretaris Hong dan Jongdae kembali mengunjungi kediaman Selir Yoo. Mereka sengaja berkunjung atas inisiatif pribadi setelah mengetahui Selir Yoo melahirkan. Tak hanya itu, ada hal lain juga yang memang ingin disampaikan pada wanita itu.

Sekretaris Hong, Jongdae dan Yeon duduk di sebuah ruangan kecil milik Selir Yoo. Diam-diam mereka tersenyum melihat Pangeran yang tampak mendekati Selir Yoo. Anak berusia 20 bulan itu selalu menempel pada ibunya, meski kini sang ibu sedang menggendong bayi perempuan yang baru lahir 3 hari lalu.

“Sepertinya Wangja Mama cemburu. Dia tidak ingin berpisah dengan ibunya.” Jongdae sedikit menanggapi tingkah Pangeran yang menggemaskan.

Selir Yoo tersenyum. Ia menggendong putrinya di lengan kiri, sementara tangan kanannya memeluk Pangeran yang bersandar padanya. “Joon memang lebih sering dekat denganku akhir-akhir ini.”

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang