Pertengahan Mei, 1618.
Yoona berdiri dengan gugup dan sedikit canggung di belakang Penjahit Jung. Tangannya berkeringat dingin, jantungnya juga berdebar tak beraturan. Entah kenapa napasnya juga terasa lebih pendek. Bukan. Yoona tidak sakit atau semacamnya. Ia hanya merasa cemas karena sebentar lagi akan bertemu dengan salah satu anggota keluarga kerajaan yang sangat berpengaruh.
2 minggu lalu Penjahit Jung menyampaikan kabar bahwa Ibu Suri mempercayainya lagi untuk membuatkan hanbok. Di satu sisi ia merasa sedikit kecewa karena rencananya pulang ke Honam tertunda, tapi disisi lain ia juga sangat senang ketika mendengar kabar itu. Setelah membuat Myeongbok dan Jeokui untuk Raja dan Ratu, kali ini Yoona ingin mencoba membuat hanbok untuk Ibu Suri. Yoona yakin rancangan yang diminta ibu suri layaknya jubah seremonial yang pernah ia buat untuk Raja dan Ratu. Sebagai seorang Fashion Designer, terkadang kesempatan seperti ini sangat sulit untuk ia tolak.
Yoona menghela napas pelan. Saat ini, Yoona dan Penjahit Jung berada di depan Istana Ibu Suri. Ada banyak dayang yang berbaris rapi. Mereka menampakkan wajah serius dan tidak tersenyum sedikitpun. Jika Yoona menjadi salah satu di antara mereka, ia yakin tidak akan kuat. Menahan diri untuk diam selama beberapa menit saja sudah membuatnya jenuh.
"Daebi Mama sudah menunggu, Naeuri." seorang dayang mempersilahkan Penjahit Jung dan Yoona untuk masuk ke dalam Istana.
Sebelum masuk, Yoona menarik napas lebih dalam lagi, berusaha untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Lalu menghembuskannya dengan pelan. Ia lakukan hal itu berulang kali agar kegugupannya sedikit berkurang.
Mereka dibawa ke sebuah ruangan cukup luas. Disana sudah ada wanita paruh baya yang mengenakan dangui berwarna cerah dengan geumbak bergambar naga. Wanita itu memiliki garis wajah yang tegas dan mata tajam. Sekilas Yoona bisa melihat bahwa garis wajah dan mata itu diturunkan kepada putra semata wayangnya, Raja Wonjong.
Penjahit Jung kemudian memberi hormat, diikuti Yoona di belakangnya. Mereka duduk di hadapan Ibu Suri yang tengah menatap keduanya dengan ekspresi datar.
"Daebi Mama, saya membawa Han Jiyoon ke hadapan Anda." Penjahit Jung membuka percakapan di antara mereka.
"Baiklah. Akhirnya kita bertemu lagi." perkataan itu ditujukan langsung kepada Yoona.
Yoona menelan ludah sebelum menjawab, "Benar Daebi Mama."
"Kau tau apa tugasmu?" Ibu Suri langsung bertanya ke inti pembicaraan.
"Saya diminta untuk membuat pakaian untuk Anda, Mama."
Ibu Suri hanya mengangguk lalu mengalihkan tatapannya ke arah kanan. Disana ada beberapa tumpukan kain yang terlipat rapi.
"Kau pernah melihat kain itu?"
Yoona mengalihkan tatapannya ke arah tumpukan kain yang dimaksud Ibu Suri. Setau Yoona itu adalah kain sutra seokmyeongpo.
Selama ia bekerja di tempat usaha Nyonya Jung, ia tidak pernah membuat hanbok berkualitas tinggi karena target pasarnya dari kalangan menengah ke bawah. Hanya sebagian kecil pelanggan dari kalangan atas. Sehingga nyaris tidak pernah ia menggunakan kain tersebut saat di Joseon. Pertama kali dan satu-satunya adalah ketika ia membuat jubah untuk Raja dan Ratu. Saat ini, sutra seokmyeonpo hanya digunakan oleh anggota kerajaan dan keluarga bangsawan saja.
Tapi jika di era modern, justru sutra jenis tersebut cukup mudah didapatkan dan ketersediaannya lebih luas dibanding di zaman Joseon. Tak hanya untuk jubah tertentu saja, kain itu juga sering digunakan untuk berbagai jenis busana termasuk pakaian haute couture, gaun pengantin, dan pakaian mewah lainnya. Yoona sendiri sudah sering membuat semua busana tersebut dengan kain seokmyeongpo. Tentunya kain itu sudah tidak asing baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓
Fanfiction[HISTORICAL-TRANSMIGRATION-MELODRAMA] Lim Yoona merupakan seorang fashion designer hanbok yang sedang naik daun di kalangan fashionista dan pecinta pakaian tradisional Korea. Ia telah mengeluarkan banyak karya yang menakjubkan, salah satunya busana...