🍁 84. In 1593

588 80 104
                                    

Akhir Mei, 1593.

Hujan di akhir musim semi turun sangat deras malam itu. Suasana Istana Raja begitu lengang tanpa siapapun disana. Sebagian besar pelayan dan dayang istana ditahan di penjara bawah tanah. Sementara hanya prajurit di bawah kekuasaan klan Bae yang berjaga di sekitar Istana Raja.

Kemudian, seorang Pengawal Raja masuk ke sebuah ruangan yang cukup gelap. Pengawal itu terdiam melihat Raja nya, yakni Raja Hwanjong yang tengah melamun di sudut ruangan. Sang Raja seperti kehilangan harapan dan tujuan.

“Jeonha..” Pengawal itu mendekati Raja dan membungkuk hormat.

Raja Hwanjong mengalihkan tatapannya ke arah pengawal pribadinya itu, Jung Hwa.

“Jeonha, ini belum terlambat.” Hwa berusaha meyakinkan Raja Hwanjong dan meminta tuannya itu untuk bertahan.

Raja Hwanjong menghela napas. Ia menutup kedua matanya. “Apa lagi yang ingin kita lakukan sekarang? Pemberontak itu berhasil mengalahkan pasukan kita. Seluruh istana juga berpihak pada klan Bae. Bahkan kini.. Mereka mengawasi pergerakanku selama 24 jam penuh.”

Hwa menelan ludah. Ia menundukkan kepala dengan perasaan yang campur aduk. “Apakah tidak ada jalan keluar lagi?”

“Tinggal menunggu waktu mereka akan datang kesini dan membuat kekacauan.” Raja Hwanjong menatap ke sudut ruangan. “Bagaimanapun aku harus melindungi Jungjeon.”

Raja Hwanjong mengingat wajah Ratu Seohye yang tengah mengandung anak pertama mereka. Wanita itu mungkin juga ketakutan di istananya sendiri. Sampai saat ini, ia tidak bisa melindungi Ratu nya dengan benar.

Pemberontakan para pejabat dan bangsawan klan Bae dengan penguasa Joseon telah berlangsung sejak 10 tahun terakhir. Tepatnya pada masa pemerintahan ayahnya, yakni Raja Seongjong di tahun 1583. Mereka memberontak karena ketidakpuasan dengan kebijakan dan peraturan yang dibuat oleh penguasa saat itu. Raja Hwanjong yang mengadopsi kebijakan dari Raja sebelumnya, tetap mengikuti aturan dan hanya sedikit kebijakan yang berubah.

3 tahun menjabat sebagai pemimpin Joseon, Raja Hwanjong tidak lagi bisa menghentikan pemberontakan itu. Hingga peristiwa ini pun terjadi. Pasukan Raja Hwanjong kalah telak oleh pasukan di bawah kekuasaan Bae Inbeom. Kini mereka menyekap Istana Raja dan tidak membiarkan Raja Hwanjong keluar dari istananya.

“Hwa, hukuman apa yang akan diterima Jungjeon jika aku mati?” Raja Hwanjong menatap Hwa dengan lekat.

Hwa menatap Raja Hwanjong dengan sendu. “Pengasingan yang jaraknya cukup jauh dari ibu kota, Jeonha.”

Raja Hwanjong mengangguk. Ia termenung sekali lagi. “Peristiwa ini tidak akan menyelamatkanku lagi. Tapi setidaknya Jungjeon dan anakku masih bisa hidup.”

“Jeonha..”

“Hwa, aku memberikan perintah padamu.”

Pengawal Raja itu seketika berdiri tegak.

“Saat peristiwa mengerikan itu terjadi, kau harus melarikan diri. Pastikan Jungjeon dan anakku hidup dengan baik di tempat perasingan. Jangan sampai..” Sorot mata Raja berubah tajam. “Bae Inbeom menyentuh mereka.”

Hwa menggigit bibir dalamnya. Matanya berkaca-kaca, tapi ia harus melakukan perintah sang Raja. Lantas ia membungkuk hormat dengan tulus.

“Saya akan melaksanakan perintah Anda, Jeonha.”

***

Sementara itu, di sebuah rumah cukup besar, tepatnya di kediaman Pangeran Yeok, tiga orang tengah berkumpul di ruangan yang luas. Mereka adalah Pangeran Yeok, Bae Inbeom, serta Bae Hyejung (istri Pangeran Yeok).

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang