Pertengahan Juli, 1622.
Lebih dari seperempat abad hidup di dunia, Selir Yoo tidak pernah berpikir sedikitpun akan menjalani hidup sebagai Han Jiyoon dan mendapat informasi yang cukup mengejutkan mengenai asal usulnya. Di era modern, ia hidup sebagai wanita mandiri yang memiliki rencana jangka pendek maupun jangka panjang. Segalanya telah diatur dengan jelas dan ia tidak pernah suka dengan kejutan dalam hidupnya. Tapi sejak ia terdampar di era Joseon dan terpaksa hidup sebagai Han Jiyoon, segalanya berubah dengan sangat cepat.
Penjelasan Dain di malam itu masih sangat mengganggu pikirannya. Sejak ia pulang ke rumah di 2 pekan lalu, ia masih tidak mempercayai asal usul Han Jiyoon yang sebenarnya. Selama ini Selir Yoo memang menyangka isi kotak itu bukanlah sesuatu yang sembarangan, mengingat aksesoris itu hanya bisa dimiliki oleh anggota keluarga kerajaan saja. Tapi siapa yang menyangka bahwa Han Jiyoon ternyata putri sah dari penguasa Joseon sebelum Raja Seonjo?
Hal yang lebih mencengangkan dari kenyataan itu adalah bahwa ayah dan ibu kandung Jiyoon dibunuh oleh klan Bae dan Raja Seonjo. Tentu ini menjadi sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan. Jika seperti ini, bagaimana hubungannya dengan Raja Wonjong? Bagaimana dengan anak-anak dan bagaimana kelangsungan hidup mereka ke depannya?
Kemudian suara Dayang Bong dari luar kamar membuyarkan lamunannya. Dayangnya itu menggendong Putri Yeonwoo yang baru saja dimandikan. Sekilas Dayang Bong bisa melihat wajah Selir Yoo yang tampak cemas dan pucat sejak beberapa minggu terakhir ini. Ia dan Jungeun sudah tau apa yang dipikirkan wanita itu. Sejujurnya mereka juga terkejut mendapatkan fakta bahwa Selir Yoo ternyata keturunan sah dari Raja Hwanjong. Tapi sebagai dayang setia Selir Yoo, mereka sepakat tidak akan membuka informasi ini pada siapapun, termasuk Raja Wonjong yang kemungkinan besar belum mengetahui ini sama sekali.
Setelah menyerahkan Putri Yeonwoo pada gendongan Selir Yoo, Dayang Bong menatap wanita itu dengan khawatir. "Mama, apakah Anda membutuhkan sesuatu?"
Selir Yoo mengalihkan tatapannya ke arah Dayang Bong dan menggelengkan kepala. "Yeon, ada di luar?"
"Ye, Mama. Yeon sedang bersama Wangja Mama."
"Tolong panggilkan Yeon."
Dayang Bong mengangguk dan segera keluar dari kamarnya.
Tak lama dari itu, Yeon masuk ke kamar Selir Yoo. Pria itu hanya diam dan membungkukkan badan. Kemudian ia duduk di hadapan Selir Yoo yang tengah menatap Putri Yeonwoo sambil menepuk pantat bayi itu dengan pelan. Sementara Putri Yeonwoo yang baru berusia 3 bulan hanya menatap ibunya sambil mengoceh tiada henti.
"Mama.."
"Yeon, kau tau aku bukan tidak mempercayai Eomma." Selir Yoo belum mengalihkan tatapannya dari Putri Yeonwoo.
Sejak peristiwa malam itu, Selir Yoo tidak pernah lagi berbicara empat mata dengan Yeon. Ia butuh waktu sendiri untuk berpikir. Karena bagaimanapun asal usul Han Jiyoon mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan anak-anak. Jadi baru sekarang ia berani berbicara lagi dengan Yeon.
Yeon menatap Selir Yoo dengan sendu. "Awalnya saya juga tidak mempercayai ini semua."
Selir Yoo menatap Yeon dengan lekat. "Lantas sekarang apa yang membuatmu mempercayainya?"
Yeon menghela napas. "Isi kotak itu dan peristiwa 7 tahun lalu cukup membuat saya mempercayainya, Mama."
Dain juga sempat menceritakan peristiwa 7 tahun lalu. Tepatnya saat jiwa Lim Yoona terseret ke tubuh Han Jiyoon yang sudah meninggal. Ternyata saat ditemukan di danau Jiyoon dipastikan sudah tidak bernyawa, tapi mereka cukup terkejut ketika beberapa jam setelahnya Jiyoon yang mereka kenal bernapas kembali. Mereka menduga itu ulah Bae Inbeom yang sudah mengetahui keberadaan putri Raja Hwanjong. Pria tua itu menyuruh seseorang untuk membunuh Jiyoon di tengah hutan. Hingga kini Bae Inbeom menyangka bahwa keturunan Raja Hwanjong adalah laki-laki, bukan perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓
Fanfiction[HISTORICAL-TRANSMIGRATION-MELODRAMA] Lim Yoona merupakan seorang fashion designer hanbok yang sedang naik daun di kalangan fashionista dan pecinta pakaian tradisional Korea. Ia telah mengeluarkan banyak karya yang menakjubkan, salah satunya busana...