🍁 47. The Beginning

814 90 70
                                    

Awal September, 1619.

Suasana yang awalnya tampak aman dan terkendali seketika berubah saat Raja Wonjong mengutarakan niat dan keinginannya untuk melantik seorang selir di hadapan Ratu dan Ibu Suri. Tentu saja berita itu membuat keduanya terkejut, terutama Ratu yang entah kenapa merasa dikhianati. Padahal sejak awal Raja tidak pernah menjanjikan apapun pada wanita itu, selain mereka akan bekerja sama untuk meneruskan garis suksesi kerajaan.

Tadi pagi Raja mengundang Ratu dan Ibu Suri ke istananya dengan alasan ada sesuatu yang ingin disampaikan. Mereka tidak mengira bahwa hal inilah yang akan disampaikan oleh Raja. Selama ini tidak ada tanda-tanda Raja ingin melantik seorang selir, apalagi pewaris tahta sudah ada. Meski Ibu Suri pernah mendengar kabar burung bahwa Raja menyembunyikan hubungan dengan seseorang yang bukan dari kalangan bangsawan, tapi tetap saja ini terlalu mengejutkan karena Raja menyampaikan dengan terang-terangan.

Semuanya tampak diam dan mencoba mencerna setiap kata demi kata yang keluar dari mulut Raja beberapa waktu lalu.

"Jusang.. Apa kau serius mengatakan hal ini?" Ibu Suri yang lebih dulu sadar dengan situasi tersebut.

"Ye Eomma Mama." Raja menjawab tegas.

"Tapi kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Ini terlalu mendadak." Ibu Suri menuntut penjelasan. Sementara Ratu hanya terpaku. Ia masih tidak bisa menerima ini.

Raja menatap keduanya secara bergantian. "Mungkin aku menyampaikan ini secara mendadak pada kalian. Tapi aku sudah memiliki keinginan ini dari lama."

Ibu Suri hanya diam. Ini diluar perkiraannya. Ia kira Raja tidak memiliki niat seperti itu, mengingat Raja sering menyibukkan diri untuk kesejahteraan Joseon.

"Jungjeon.." kini Raja menatap Ratu dengan lekat. "Aku tau berita ini mengejutkanmu. Aku juga tidak pernah mengatakan apapun terkait hal ini padamu. Tapi.." sejenak Raja mengingat wajah Jiyoon. "Aku benar-benar serius saat mengatakan ini."

"Siapa dia, Jeonha? Apa yang membuat Anda begitu menginginkannya?" Ratu akhirnya bersuara meski suaranya agak tercekat.

Raja terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Kalian mengenalnya, terutama kau Eomma Mama. Kau pernah mengangkatnya sebagai pegawai istana di Kantor Pakaian Kerajaan."

Baik Ratu atau Ibu Suri tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Mendengar Raja ingin melantik seorang selir saja sudah membuat keduanya tidak bisa berkata-kata, ditambah informasi jika perempuan yang dimaksud adalah seorang pegawai istana yang mereka kenal.

"Jusang! Apa yang kau katakan? Kau ingin menjadikannya selir? Yang benar saja!" Ibu Suri seketika tidak bisa menerima maksud anaknya itu.

"Eomma Mama, aku benar-benar serius mengatakan ini."

"Jusang, aku tidak pernah menentang setiap keputusan yang kau ambil. Tapi lain halnya dengan ini. Kau pikir semudah itu mengangkatnya sebagai selir? Atas dasar apa?"

"Eomma Mama, mungkin kau belum tau tentang ini. Tapi Jiyoon adalah orang yang paling banyak berkontribusi dalam mengusut kasus penyelundupan dan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat di fraksi Noran."

Ibu Suri terdiam. Ia baru tau tentang ini. Begitu juga Ratu.

Ibu Suri merubah kembali ekspresi kagetnya menjadi lebih tegas. "Lalu kenapa? Apa hanya karena itu? Bukankah sudah pernah ku katakan, jika kau menginginkan seorang selir, aku akan akan mencari kandidat terbaik dari kalangan bangsawan. Bukan orang sepertinya!"

"Tapi aku tidak pernah menginginkan orang lain, Eomma Mama." sebisa mungkin Raja tetap menormalkan suaranya, karena bagaimanapun yang dia ajak bicara adalah ibunya sendiri.

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang