🍁 28. Welcome Event

528 83 25
                                    

Pertengahan Juni, 1618.

Suasana hening yang penuh kejutan membuat ruangan terasa lebih sepi dari beberapa waktu sebelumnya. Interaksi yang awalnya mulai mencair kini terasa canggung kembali. Hanya hembusan napas masing-masing yang terdengar oleh indra pendengaran mereka. Sentuhan hangat di punggung tangan juga terasa menjalar hingga ke inti hati.

Yoona mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba menetralisir perasaannya yang mulai tak menentu. Ia menatap Raja Wonjong yang kini menatapnya begitu dalam. Tangan pria itu masih memegang punggung tangannya. Yoona ingin sekali mengeluarkan suara, tapi otaknya tidak bisa berpikir dengan baik. Otaknya seolah dibekukan begitu saja hingga Yoona tidak tau harus seperti apa.

“Jiyoon-a..” Raja Wonjong meremas tangan Yoona yang masih digenggamnya.

Sejujurnya Yoona merasa tersengat dengan sentuhan itu, tapi ia tidak ingin mengatakannya. Ia hendak menarik tangannya dari genggaman Raja tapi tak diizinkan. Mereka saling tatap sejenak.

“Jeonha..” Yoona berkata lirih. Ia menggigit bibir bawahnya karena merasa gugup.

“Aku tau, kau pasti terkejut mendengar ini.” Raja mengatakan apa yang Yoona rasakan. 

Tentu saja Yoona terkejut. Tidak pernah ia berpikir Raja akan mengatakan hal itu padanya. Apalagi ketika ia baru masuk ke istana. Yoona tidak tau apa yang dia rasakan, tapi yang jelas keterkejutan dan kebingungan lebih mendominasi dirinya.

“Jeonha.. Aku tau ini tidak sopan, tapi aku tidak tau harus menjawab apa.” Yoona merasa bersalah ketika mengatakan itu. Tapi ia tidak bisa berpura-pura atau mengatakan kebohongan.

“Tidak masalah. Aku tidak memaksamu untuk menjawabnya. Aku hanya mengatakan apa yang aku rasakan.” Raja Wonjong menampakkan senyum tipisnya. Entah kenapa Yoona merasa tenang melihat senyuman itu. Tidak seperti saat mereka bertemu pertama kali, sepertinya Raja sulit sekali untuk tersenyum.

Yoona menarik tangannya dengan sopan. Bukan karena ia tidak mau atau berlaku lancang dan menolak Raja, hanya saja ia takut tidak bisa mengontrol hati. Untunglah kali ini Raja melepaskannya.

Sebenarnya Yoona bukan orang yang gampang terpengaruh oleh pesona laki-laki. Sebagai seorang independent woman yang fokus utamanya dalam berkarir, ia cenderung tidak memperhatikan pria yang mendekatinya. Di era modern, tidak terhitung berapa banyak pria yang memberikan perhatian lebih atau mengutarakan isi hatinya kepada Yoona, entah itu klien, rekan kerja, teman kuliah, ataupun salah satu kolega dari ayah dan kakak laki-lakinya. Tapi tidak satupun dari mereka yang mampu membuat jantung Yoona berdebar, apalagi hanya dengan kata-kata dan sentuhan ringan seperti tadi. Yoona juga pernah beberapa kali menjalin hubungan dengan pria sehingga ia tidak awam dengan hubungan romantis. Tapi sekali lagi, tidak ada yang membuatnya gugup atau canggung hanya dengan tatapan matanya.

Ini benar-benar aneh. Diam-diam Yoona meraba area dadanya sambil menghirup napas dengan benar, mencoba meredakan jantungnya yang berdegup cepat.

Sementara Raja sendiri tidak menyangka bahwa dia mengatakan itu. Awalnya memang dia akan menemui Jiyoon karena setelah sekian bulan mereka sulit sekali untuk bertemu. Saat Jiyoon diangkat menjadi pegawai istana, ini menjadi sebuah keajaiban karena tidak sembarangan orang bisa diangkat menjadi pegawai istana. Ada banyak syarat, ketentuan dan hal-hal yang harus diperhatikan agar bisa lolos sebagai pegawai istana. Apalagi orang-orang yang bekerja dan tinggal di dalam istana, kebanyakan dari mereka telah dididik dan dilatih sejak usia muda, yakni sekitar usia 7-10 tahun. Sementara Jiyoon, usianya di pertengahan 20 saat memasuki istana. Itulah kenapa Raja merasa ini sebuah keajaiban. Apalagi keputusan ini memang diambil langsung oleh Ibu Suri. 

Saat Raja mendengar keputusan itu, tidak ada yang dirasakan selain perasaan senang. Lingkungan pertemuannya dengan Jiyoon semakin mengerucut. Ada alasan untuk Raja agar bisa bertemu gadis itu lebih sering. Raja tidak perlu mempertanyakan atau meyakinkan hatinya kembali. Sejak pertemuan mereka 6 bulan lalu di festival musim dingin dan beberapa pertemuan selanjutnya yang tidak disengaja, Raja semakin yakin dengan perasaannya. Interaksi mereka dan kenyamanan yang dirasakan Raja meski hanya melihat Jiyoon membuatnya merasa tenang. Ia tidak pernah ingin tersenyum atau tertawa, tapi ketika bersama Jiyoon, ia ingin melakukan itu. Raja tidak suka banyak berbicara, tapi jika bersama Jiyoon, tak masalah jika Raja harus mendengar dan menanggapinya seharian penuh. Hal-hal sederhana inilah yang membuat Raja tidak ragu lagi akan perasaannya. Mungkin karena itu juga, Raja akhirnya mengatakan apa yang dirasakan tanpa banyak berpikir karena pada dasarnya Raja bukanlah orang yang sulit mengambil keputusan. Ia termasuk orang yang konsisten dan bertanggung jawab atas pilihannya.

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang