Akhir April, 1621.
Pohon sakura di beberapa lokasi istana mulai bermekaran dengan indah dan mengeluarkan harumnya yang khas. Suhu udara semakin menghangat seiring bergantinya minggu demi minggu. Burung-burung berkicau riang dan angsa liar menari di sekitar danau istana saat cuaca begitu cerah. Terlihat menyenangkan dan membahagiakan melihat kondisi alam seperti itu. Hanya saja itu tidak berlaku untuk Selir Yoo.
Di dekat paviliun belakang istananya, Selir Yoo menatap ke sebuah taman yang telah tumbuh berbagai bunga indah. Matanya tertuju lurus pada kupu-kupu yang mengelilingi area itu. Tapi berbeda dengan pikirannya yang entah kenapa tidak bisa fokus ke sana.
Beberapa minggu lalu, sejak Selir Yoo bertemu dan berbicara banyak hal dengan Sekretaris Hong, hatinya semakin tidak karuan. Ada banyak hal yang dia pikirkan selama ini. Alasan dia terseret ke masa lalu, kehidupan serba ganjil yang entah harus dijalaninya sampai kapan, teka-teki dan misteri yang belum terungkap semuanya, hingga kondisinya di masa depan yang entah bagaimana.
Begitupun dengan Sekretaris Hong. Kemarin pria paruh baya yang mengenalkan dirinya sebagai Seo Jinhwa itu mengatakan bahwa dia terbangun di tubuh Sekretaris Hong yang telah sekarat dan hampir mati. Menurut seorang tabib, Sekretaris Hong mengalami serangan jantung.
Karena alasan-alasan itulah mereka sepakat untuk mencari tau semuanya. Hanya saja, hingga kini pencarian kebenaran itu tidak pernah mendapat titik terang. Baik Sekretaris Hong maupun Selir Yoo, mereka percaya dengan terseretnya jiwa mereka ke masa lalu, ada hal yang harus mereka selesaikan di masa itu. Tapi Selir Yoo masih belum tau misi apa yang harus dia jalani saat ini.
"Yoo Bin Mama.." Dayang Bong memanggil Selir Yoo dari belakang tubuh wanita itu.
Selir Yoo sedikit tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara tersebut. Ia membalik tubuhnya dan melihat Dayang Bong serta Kasim Choi disana.
"Kasim Choi datang ingin menemui Anda, Mama." Dayang Bong mundur beberapa langkah dan mempersilahkan Kasim Choi untuk mendekati Selir Yoo.
Selir Yoo mengernyitkan dahi saat pria paruh baya itu tersenyum dan membungkukkan badannya dengan hormat. Ia bingung kenapa Kasim Choi menemuinya seorang diri. Biasanya selalu Raja yang datang padanya.
"Yoo Bin Mama, mohon maaf mengganggu Anda. Saya kesini karena ingin menyampaikan sesuatu."
Kasim Choi memberikan sebuah kain berwarna merah muda dengan gambar sakura di sekitarnya. Selir Yoo menatap Kasim Choi dengan pandangan bertanya.
"Jeonha memberikan ini untuk Anda, Mama."
"Jeonha?"
"Benar."
Selir Yoo membuka lipatan kain tersebut dan menemukan sebuah kalimat singkat disana.
'Rasanya menyenangkan jika menyaksikan mekarnya bunga sakura di Istana Hwawon.'
Selir Yoo menatap Kasim Choi lalu kain yang dipegangnya bergantian. "Jeonha memintaku kesana?"
Kasim Choi tersenyum. "Saya diminta untuk menjemput Anda sesuai dengan isi kalimat dalam surat itu, Mama."
Selir Yoo terdiam. Sebelumnya pria itu tidak pernah memintanya datang keluar istana seperti ini. Tapi sekarang, untuk apa Raja memintanya datang ke Istana Hwawon? Mungkin ini tidak aneh, tapi ia sedikit merasa heran. Hanya saja Selir Yoo tidak ingin banyak berpikir. Ia menatap Kasim Choi dan menganggukkan kepala.
"Aku akan kesana."
***
Selir Yoo telah sampai di Istana Hwawon siang itu. Ia keluar dari tandunya dibantu Dayang Bong dan Jungeun. Mereka menunggu Selir Yoo di dekat gerbang utama menuju istana tersebut. Sementara Selir Yoo masuk ke halaman istana yang telah ditumbuhi berbagai macam bunga yang mulai bermekaran. Beberapa pohon sakura juga sudah mekar di pertengahan musim semi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓
Fanfictie[HISTORICAL-TRANSMIGRATION-MELODRAMA] Lim Yoona merupakan seorang fashion designer hanbok yang sedang naik daun di kalangan fashionista dan pecinta pakaian tradisional Korea. Ia telah mengeluarkan banyak karya yang menakjubkan, salah satunya busana...