Awal Maret, 1623.
Hwa menoleh dengan sedikit terkejut ke arah Selir Yoo saat mendengar permintaan wanita itu beberapa detik lalu. Ia mengernyitkan dahi menatap perempuan itu.
"Anda yakin, Mama?"
Selir Yoo mengangguk dengan lugas. Ia menatap Hwa dengan senyuman tipis. "Ye Ahjussi. Aku sudah memikirkan ini sejak lama." Sekilas matanya menatap Pangeran dan Putri Yeonwoo yang tengah bermain di halaman rumah Gubernur Kang. Kedua anaknya itu dijaga oleh Dayang Bong dan Jungeun. "Aku pikir membawa mereka ke kuil akan memberikan sedikit ketenangan."
Gubernur Kang yang bergabung dengan keduanya mengangguk paham. Sementara Yeon dan Dain yang berada di sana hanya diam mendengarkan percakapan.
"Daegam, sepertinya tidak masalah jika Yoo Bin Mama pergi keluar rumah. Wangja Mama dan Ongju Agissi pasti membutuhkan suasana yang baru." Gubernur Kang menyetujui permintaan Selir Yoo.
Hwa mengalihkan tatapannya ke arah Gubernur Kang. "Tapi apakah aman jika mereka pergi keluar?"
"Anda tidak perlu khawatir, Daegam. Ada sebuah kuil di perbatasan Gunung Myohyang dan Gunung Puktae. Wilayah itu masih menjadi kekuasaan saya karena masih di area Hamgyong Utara. Jadi tidak ada yang bisa mengakses ke kuil itu kecuali atas perintahku."
Hwa mengangguk. Ia menatap Selir Yoo dengan lekat. "Tapi tetap saja saya tidak bisa membiarkan Anda jauh dari jangkauan kami."
Selir Yoo tersenyum tipis. "Tidak perlu mengkhawatirkan itu, Ahjussi. Lagipula Eomma dan Yeon akan ikut bersamaku juga."
"Begitukah?" Hwa menatap Dain dengan penasaran.
Wanita itu hanya bergumam. "Wangja dan Agissi membutuhkan tempat yang lebih tenang selama beberapa minggu ini, Daegam."
"Sepertinya ini bukan rencana yang buruk." Gubernur Kang ikut menanggapi. "Sementara kita pergi ke Pyongan beberapa hari lagi, Yoo Bin Mama dan anak-anak bisa pergi keluar juga. Jika disini, mungkin Mama akan merasa kesepian karena sebagian besar akan pergi ke Pyongan."
Hwa menghela napas. Meskipun ia sedikit ragu memberikan izin ini pada Selir Yoo, tapi ucapan Gubernur Kang dan Dain tidak ada salahnya juga. "Baiklah kalau begitu."
Jawaban itu setidaknya membuat Selir Yoo merasa lega.
"Tapi saya akan tetap memerintahkan orang-orang kepercayaanku untuk melindungi Mama selama perjalanan."
Selir Yoo mengangguk setuju. "Tidak masalah, Ahjussi."
Sekilas Selir Yoo menatap Yeon dan Dain diam-diam dari ekor matanya. Tidak ada yang berbicara atau apapun, tapi hanya dari tatapan saja, mereka tau apa yang harus dilakukan selanjutnya.
***
Tiga hari kemudian, Selir Yoo bersama rombongannya pergi menuju perbatasan Gunung Myohyang dan Gunung Paektu. Ada 2 kereta kuda dengan tandu yang tertutup tirai dan papan di setiap sisinya. Tandu itu akan membawa rombongan Selir Yoo ke lokasi tujuan. Salah satu kereta kuda dinaiki oleh Selir Yoo dan Putri Yeonwoo, sementara kereta kuda yang lain digunakan oleh Dain dan Pangeran. Tak hanya mereka, Yeon dan kedua dayang Selir Yoo juga ikut serta. Beberapa pelayan dan pengawal juga ikut mengiringi rombongan ini.
Sedangkan Hwa dan pasukannya akan pergi ke Pyongan beberapa jam lagi setelah rombongan Selir Yoo pergi. Butuh waktu sekitar 3 hari penuh agar Selir Yoo sampai di lokasi yang dituju. Tentunya ini akan menguras waktu dan tenaga mereka.
Di hari terakhir perjalanan menuju perbatasan, mereka sudah sampai di kawasan Gunung Paektu. Mungkin sekitar 2 jam lagi rombongan Selir Yoo sampai di lokasi. Suhu yang cukup dingin membuat Selir Yoo merapatkan selimut milik Putri Yeonwoo dengan nyaman. Anaknya itu baru saja tidur dan Selir Yoo merasa ini adalah momen yang tepat untuk menjalankan rencana yang sudah disusunnya selama seminggu terakhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓
Fanfiction[HISTORICAL-TRANSMIGRATION-MELODRAMA] Lim Yoona merupakan seorang fashion designer hanbok yang sedang naik daun di kalangan fashionista dan pecinta pakaian tradisional Korea. Ia telah mengeluarkan banyak karya yang menakjubkan, salah satunya busana...