Akhir Mei, 1622.
Entah kenapa Selir Yoo merasa hidupnya semakin berat. Ia mengira dengan keluar istana, hidupnya akan membaik dan jauh lebih tenang. Tapi kenyataannya berbeda. Sejak ia terkena teluh, diam-diam ia selalu merasa ketakutan. Mimpi buruk terkadang datang tiada henti. Bahkan setelah ia melahirkan, justru ketakutan itu semakin besar.
Mungkin Dayang Bong, Jungeun dan Yeon tidak mengetahui hal ini karena Selir Yoo lebih sering menyimpannya seorang diri. Tapi dalam hati dan pikirannya ia tidak pernah tenang. Jika bukan karena kedua anaknya, entah dia akan bertahan atau tidak.
Kedatangan Raja yang tiba-tiba seperti sekarang bukan karena dia terkejut. Tapi karena hal lain. Selir Yoo merasa selama ini tidak memiliki pegangan apapun. Diasingkan ke tempat terpencil, mengurus dua anak yang jaraknya berdekatan, serta ancaman dan bahaya yang datang tanpa terduga membuatnya semakin merasa tertekan. Bisa dibilang, ini menjadi titik terendah di hidupnya.
Setelah merasa sedikit tenang, Selir Yoo melepas pelukan Raja dari tubuhnya. Kemudian ia melangkah mundur seolah menciptakan jarak di antara mereka. Tanpa sadar, Raja mengerutkan dahi sedikit heran.
“Jiyoon-a..”
“Jeonha.. Maaf aku tiba-tiba tidak bisa mengendalikan diri.” Selir Yoo memegang kepalanya yang sedikit berdenyut.
“Kau tidak apa-apa?” Raja bertanya cemas. Ia hendak mendekati Selir Yoo, tapi wanita itu mundur selangkah lagi.
Raja semakin bertanya-tanya dengan sikap Selir Yoo. Wanita ini seolah menghindarinya dan tidak seperti biasanya. Dan hal itu membuat Raja merasa takut.
Sementara Selir Yoo sendiri tidak paham kenapa ia melakukan itu. Tubuhnya seolah tidak ingin berdekatan dengan Raja. Ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Entah kenapa tiba-tiba muncul rasa penyesalan yang besar jika melihat pria itu berdiri di hadapannya. Tapi dengan cepat, Selir Yoo mengenyahkan pikiran dan perasaan itu. Mungkin karena dia sedang kelelahan.
Tak lama dari itu, suara tangisan bayi memecah kesunyian di antara keduanya. Sementara para pelayan mereka sudah tidak ada di sana lagi.
Raja yang lebih dulu sadar segera masuk ke kamar Selir Yoo. Meski ruangan cukup gelap, tapi matanya yang tajam bisa mengetahui dimana letak bayinya yang tertidur. Dengan segera Raja menghampiri putrinya dan membawa bayi itu dalam gendongan.
Sementara Selir Yoo menyalakan beberapa lilin sehingga ruangan lebih terang dibanding sebelumnya. Ia menatap ke arah Raja yang dengan cekatan menenangkan putri mereka sedangkan tangan lain pria itu menepuk kaki Pangeran dengan pelan. Seketika Selir Yoo ingat saat Pangeran lahir 2 tahun lalu. Raja turut andil dalam mengurusnya. Pria itu tidak takut jika harus melakukan pekerjaan rumah tangga seperti itu.
Raja menatap Selir Yoo yang hanya berdiri. “Kau pasti kelelahan dan kesulitan mengurus mereka dalam kondisi seperti ini.”
Selir Yoo tidak menjawab. Ia hanya duduk di hadapan Raja dan tersenyum tipis. “Jeonha, kenapa Anda bisa datang ke sini? Tidak seharusnya Anda datang ke tempat ini.”
Setau Selir Yoo, Raja memang tidak diperbolehkan datang mengunjunginya lagi. Kejadian beberapa bulan lalu, saat Selir Yoo hampir sekarat, seharusnya menjadi kunjungan pertama dan terakhir kalinya.
“Aku tidak bisa menahan diri lagi.”
Selir Yoo mengerutkan kening. “Maksud, Anda?”
“Jiyoon-a.. Aku tidak bisa harus berpisah lebih lama lagi denganmu dan anak-anak.” Raja menatap Selir Yoo dengan sendu. “Tidak menemanimu saat melahirkan, sulit menemuimu dan membiarkanmu mengurus mereka seorang diri.” Raja menggelengkan kepala. “Ini membuat hatiku semakin tidak tenang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓
Fanfiction[HISTORICAL-TRANSMIGRATION-MELODRAMA] Lim Yoona merupakan seorang fashion designer hanbok yang sedang naik daun di kalangan fashionista dan pecinta pakaian tradisional Korea. Ia telah mengeluarkan banyak karya yang menakjubkan, salah satunya busana...