🍁 21. The Fraction

536 79 22
                                    

Akhir April, 1618.

Seorang lelaki muda dengan pakaian serba hitam berjalan cepat di sebuah jalan sepi nan gelap. Matanya selalu awas dan tajam meski lingkungan sekitar tampak gelap gulita. Langkah kakinya tidak menimbulkan suara sedikitpun. Wajahnya ditutupi masker kain hitam dengan pengikat kepala berwarna senada. Di samping tubuhnya, tersampir pedang tajam yang terbungkus oleh sarung kayu.

Saat sampai di sebuah rumah yang cukup besar, lelaki itu melompati tembok berukuran lebih dari 2 meter dengan mudahnya. Tak ada suara dari gerakan itu, seolah ia sudah sangat terbiasa melakukannya.

Kemudian ia memasuki rumah tersebut melalui celah pintu yang sedikit terbuka. Di ujung rumah ada sebuah ruangan dengan pencahayaan yang cukup terang. Sebelum masuk ke ruangan, lelaki muda itu mengetuknya lebih dulu.

Ketika pintu dibuka pelan, seorang pria paruh baya yang mengenakan po berwarna biru tua dengan jeongjagwan hitam tengah menulis sesuatu di atas kertas tipis. Matanya yang tajam membayang di antara pendaran lilin.

Lelaki muda bernama Seo Jin itu membungkukkan badannya hormat. Setelahnya, ia hanya berdiri di dekat pintu dan tidak berani duduk karena sang Tuan tidak menyuruhnya. 

Sementara Tuan yang dimaksud oleh Jin adalah Bae Inbeom atau yang sering dikenal sebagai Penasihat Bae. Seorang pejabat tinggi pemerintah yang sangat dipercayai oleh Raja terdahulu dan Ibu Suri Myeongseong. 

"Daegam.." Jin menyapa dengan nada lirih setelah masker hitamnya ia buka. Meski tubuhnya tinggi besar dan berotot, ia tidak akan pernah berani meninggikan suara atau berlaku tidak sopan pada Penasihat Bae.

Penasihat Bae hanya melirik Jin sekilas dari ekor matanya.

"Kali ini apa yang kau dapat?"

Jin terdiam sejenak. "Tidak ada, Daegam."

"Apa sesulit itu?"

"Ye Daegam. Tidak ada jejaknya sama sekali."

Penasihat Bae meletakkan kuas di tempatnya. Lalu menatap Jin dengan ekspresi datar.

"Dengar! Aku tidak ingin mendengar hal yang sama lagi. Jangan pernah kembali sebelum kau menemukan jejaknya. Jika dia sudah mati, bawa mayatnya ke hadapanku!" 

Lelaki muda itu mengangguk tegas. Ini akan menjadi pekerjaan berat dibanding apa yang ia pernah lakukan beberapa tahun lalu.

***

Kasim Choi menyerahkan setumpuk berkas pada Raja Wonjong. Sebelumnya sudah ada beberapa berkas lain di meja sang Raja. Kasim Choi tidak tahu apa yang sedang dikerjakan karena sedari pagi Raja Wonjong sangat fokus mengerjakan hal itu.

Kasim Choi tidak beranjak meski tugasnya dalam menyerahkan berkas sudah selesai. Ia justru diam di depan meja Raja Wonjong dan mengamatinya. Ia sedikit penasaran apa yang sedang dilakukan oleh Raja.

Sejak pagi tadi, Raja meminta Kasim Choi untuk mengumpulkan seluruh catatan dan identitas para pejabat tinggi pemerintah. Kasim Choi perlu menemui Sekretaris Kerajaan untuk mendapatkan berkas-berkas tersebut. Dibantu oleh Sekretaris tersebut, ia sudah bolak balik antara Kantor Arsip Kerajaan dan Istana Utama. 

Raja merasa ada orang yang sedang memperhatikannya. Ia mengangkat kepala dari kertas yang sedang ia baca.

"Kasim Choi, apa yang kau lakukan disini?"

Kasim Choi sedikit kaget mendengar suara berat Raja. Ia berdeham, "Jeonha, apakah Anda membutuhkan bantuan saya lagi?"

"Tidak."

"Apakah Anda membutuhkan informasi dari saya?"

"Tidak."

"Apakah--"

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang