🍁 80. Curse and Hex

515 73 104
                                    

Akhir Februari, 1622.

Barisan orang-orang berseragam serba hitam berkumpul dengan rapi di tengah malam seperti ini. Mereka mengenakan masker wajah dan ikat kepala berwarna hitam. Di bagian sisi kiri ikat kepalanya tercetak lambang naga kecil berwarna keemasan. Hanya mata mereka yang terlihat, sementara seluruh tubuhnya terbalut pakaian. Di samping kiri masing-masing orang tergantung pedang yang tajam.

Tak lama dari itu, seorang pria bertubuh tegap dengan baju besi yang kokoh berjalan gagah menuju kumpulan orang tersebut. Ia juga mengenakan masker kain dan ikat kepala berlambang naga. Sementara pedangnya dipegang erat di tangan kanannya.

Mereka berkumpul di sebuah gua yang sangat luas. Ada banyak obor di setiap sisinya sehingga gua itu tidak gelap gulita. Puluhan penjaga mengelilingi kumpulan itu.

Ratusan orang yang ada disana membungkuk hormat saat pria berbaju besi berdiri di atas bebatuan. Siapapun bisa melihat keberadaan pria gagah dan tegas itu.

“Selamat datang, Daegam.” Serentak seluruh orang memberi penghormatan mereka.

Pria itu tidak menjawab. Ia hanya menatap sekitar, kemudian tatapannya lurus ke depan. “Bagaimana situasi di luar, terutama di istana?”

Salah seorang melangkah ke depan. “Daegam, situasi di istana masih tergolong aman. Para pejabat masih melakukan aktivitasnya, begitupun dengan Penasihat Bae dan Raja.”

Kemudian orang di barisan paling depan ikut melangkah mendekati pria yang mereka sebut sebagai Ketua. “Daegam, kami mendapat informasi bahwa salah seorang selir kerajaan tinggal di Jeongseon, tepatnya di Gunung Taebaek.”

Perubahan raut wajah pria itu terlihat jelas saat mendengar kabar tersebut. “Selir? Benarkah begitu?”

“Ye, Daegam. Dia adalah Selir Agung Kerajaan yang dikeluarkan dari istana karena dituduh sebagai pengkhianat.”

Sang Ketua terdiam. Ia mencoba mencerna semua informasi itu. Kemudian pria itu menatap lurus ke ratusan orang di hadapannya. “Dengarkan perintahku! Tetap waspada dimanapun kalian berada. Pantau keadaan lingkungan, terutama lingkungan di istana.” Ia memicingkan mata sebelum kembali bersuara. “Awasi juga setiap pergerakan Selir Agung itu. Mungkin kita bisa manfaatkan dia untuk keuntungan dan tujuan besar kita.”

Seluruh orang disana membungkuk hormat dan siap menjalankan perintah dari sang Ketua. Sementara pria itu hanya diam dan menatap lurus dengan mata tajamnya. Ia bergumam pelan dalam hatinya.

“Raja, Penasihat Bae, Ibu Suri.. Sebentar lagi.. semua akan berakhir untuk kalian.”

***

Di belahan Joseon yang lain, tepatnya di Hanyang, Ratu dan kedua dayangnya duduk di sebuah ruangan yang redup. Ada sebuah altar dengan banyak lilin dan patung kecil yang mengelilingi ruangan itu. Aroma kemenyan dan dupa berbaur menjadi satu, menciptakan suasana yang khas. Tak lupa di hadapan mereka juga duduk seorang wanita bermata tajam. Dia adalah seorang shaman (dukun) yang biasa melakukan ritual teluh.

“Ada sesuatu yang harus Anda ketahui lebih dulu.” Shaman itu berbicara memperingati. “Teluh ini akan membunuh. Tapi jika gagal.. Teluh ini akan berbalik menyerang pengirimnya.”

Ratu menelan ludah, begitupun dengan kedua dayang yang ada di samping kiri dan kanannya.

“Apakah Anda akan tetap melakukannya?”

“Apa itu sering terjadi?” Ratu memastikannya lebih dulu.

“Tidak terlalu, kecuali jika orang yang terkena teluh sangat kuat.”

Ratu terdiam sejenak, kemudian ia menganggukkan kepala. “Aku tidak peduli. Aku ingin dia segera mati.”

Setelahnya, Jungmin memberikan sebuah kertas pada Shaman tersebut. Itu adalah riwayat hidup Selir Yoo.

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang