Awal Maret, 1622.
Yeon menatap sebuah mulut gua yang tertutup rimbunan pohon di setiap sisinya. Sekilas mungkin orang-orang tidak akan menyadari bahwa disana ada sebuah gua. Tak hanya itu, banyaknya pohon yang mengelilingi serta semak belukar dimana-mana, membuat siapapun tidak ingin melewati tempat itu. Lokasinya juga berada di puncak Gunung Seorak, sangat jauh dari pemukiman warga.
“Apa yang kau lihat?” Suara Hwa yang berada beberapa meter di depannya sedikit membuat fokus Yeon teralihkan. “Ikut aku!”
7 tahun berlalu dan Yeon masih merasakan nada sang ayah yang otoriter. Sebelum masuk ke dalam gua itu, Yeon menatap langit yang mulai cerah. Mereka baru sampai di sana setelah melakukan perjalanan selama berjam-jam lamanya.
Yeon masuk ke gua itu dan ia sedikit terkejut dengan banyaknya obor di beberapa sudut. Ini membuktikan bahwa gua itu tidak kosong. Melainkan memang sering digunakan. Tampilan luar di depan gua hanyalah kamuflase saja agar orang-orang tidak menyadari adanya kehidupan di sana.
Sejujurnya saat mereka melakukan perjalanan dari Gunung Hambaek ke Gunung Seorak, Yeon selalu bertanya-tanya. Apa yang terjadi? Kenapa ayahnya tiba-tiba muncul bersama orang-orang yang mengawasi Selir Yoo? Selama ini, ayahnya tinggal dimana? Bagaimana ibu angkat Selir Yoo? Dan segudang pertanyaan lainnya. Tapi Yeon coba tahan semua pertanyaan itu.
Hwa membawa Yeon pada sebuah ruangan yang lebih kecil di dalam gua itu. Tidak ada siapapun disana. Sementara di bagian sudut lain ada beberapa orang yang mengenakan pakaian dan ikat kepala senada seperti Hwa.
Hwa duduk di sebuah kursi kayu tanpa sandaran dengan meja kayu alami di hadapannya. Ia menatap Yeon. “Duduklah. Aku yakin ada banyak hal yang ingin kau tanyakan.”
Yeon menelan ludah. Ia duduk di kursi kayu depan ayahnya. Sorot mata ayahnya yang tajam dan dingin terasa menusuk. “Abeoji.. Apa yang terjadi?” Yeon langsung bertanya ke inti pembicaraan. Ia bahkan lupa menanyakan kabar ayahnya itu.
Hwa menghela napas. Ia sedikit mengalihkan tatapannya ke arah lain.
“Abeoji, bertahun-tahun aku mencari keberadaanmu. Tidak hanya di Hanyang dan Honam, aku bahkan mencarimu di seluruh Joseon.” Yeon mengerutkan dahi. “Tapi apa yang terjadi sekarang? Kau tiba-tiba muncul dalam kondisi seperti ini?”
“Ada banyak hal yang terjadi.” Hwa menatap sisi kiri Yeon, ia seperti mengingat kejadian lampau. “Aku tidak bisa menetap di satu tempat selama 7 tahun terakhir ini.”
Yeon semakin bingung dan heran. “Tapi apa yang Abeoji lakukan disini? Bersama mereka semua? Dan siapa mereka?” Kemudian Yeon teringat Selir Yoo. Ia seketika mengingat satu hal. “Lalu Ahjumma? Dimana Ahjumma?”
Hwa tau Ahjumma yang dimaksud adalah Dain. Tentu Yeon akan menanyakan wanita itu. Hwa hendak menjawab, tapi seseorang dari arah luar ruangan gua masuk ke sana.
Yeon langsung mengalihkannya ke arah orang tersebut dan seketika matanya membulat terkejut. Disana ada seorang wanita paruh baya mengenakan hanbok sederhana yang tengah membawa sebuah keranjang kecil. Tak hanya Yeon, wanita itu juga terkejut. Ia menjatuhkan keranjang kecil yang dibawanya sehingga isinya berhamburan keluar.
“Yeon..” Wanita itu berbisik pelan dengan mata membulat.
Yeon beranjak dari duduknya, lalu menghampiri wanita itu. “Ahjumma.. Kau masih hidup.”
Hwa menghela napas melihat interaksi keduanya. Ia tidak menyangka mereka akan dipertemukan secepat itu.
Wanita itu yang tidak lain adalah Dain mengalihkan tatapannya ke arah Hwa. “Daegam, apa yang terjadi?”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓
Fanfiction[HISTORICAL-TRANSMIGRATION-MELODRAMA] Lim Yoona merupakan seorang fashion designer hanbok yang sedang naik daun di kalangan fashionista dan pecinta pakaian tradisional Korea. Ia telah mengeluarkan banyak karya yang menakjubkan, salah satunya busana...