🍁 49. The Ladies

682 90 61
                                    

Awal September, 1619.

Yoona meremas kedua tangannya dengan cemas ketika ia berada di dalam tandu yang membawanya ke istana. Di luar tandu, ada banyak pengawal dan dayang yang mengiringinya. Suara langkah kaki yang bergesekan dengan tanah dan jalan setapak terdengar jelas di telinganya.

Saat-saat ini telah tiba. Ia tidak akan pernah bisa menolaknya lagi. Entahlah. Tapi semua yang direncanakan Yoona sejak ia terdampar di Joseon, tidak pernah berjalan lancar. Termasuk pencarian salah seorang pejabat pun sampai kini tidak menemukan titik terang. Begitupun keberadaan Dain dan Hwa yang entah dimana. Memilih untuk tinggal di istana sebagai seorang selir mungkin menjadi pilihan terkonyol di sepanjang hidupnya.

Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki yang didengarnya seketika berhenti. Yoona merasa tandu yang sedikit bergoyang itu kini sudah diturunkan perlahan-lahan. Ia tebak bahwa dirinya sudah sampai di istana. Tiba-tiba saja jantungnya berdebar dengan kencang dan keringat dingin keluar dari telapak tangannya.

Sebuah pintu kecil di bagian depan tandu terbuka. Perlahan Yoona mengeluarkan salah satu kakinya yang terbalut sepatu cantik. Dangui hanboknya berwarna biru cerah dengan chima berwarna biru tua. Rambutnya disanggul rapi dengan binyeo bunga plum. Di antara jemarinya tersemat cincin giok yang selalu dipakai sejak ia menerima lamaran Raja beberapa bulan lalu.

Yoona beranjak dari duduknya, kemudian berdiri dan menatap sekitar. Benar. Ia sudah berada di istana. Ia sudah kembali. Rasanya sudah cukup lama Yoona tidak datang ke tempat ini.

Di depan tandunya, ada Kasim Choi dan beberapa pelayan Raja tengah menyambutnya. Bahkan Yoona melihat Dayang Kim yang berada di barisan paling depan tengah tersenyum sambil menatapnya. Semua kasim dan dayang tersebut membungkukkan badan. Ini benar-benar aneh. Status sosialnya meningkat pesat.

"Mamanim, mohon maaf Jeonha belum bisa menyambut Anda. Beliau sedang menghadiri berbagai pertemuan penting hari ini." Kasim Choi menjelaskan ketika mata Yoona menelusuri area sekitar, seperti mencari seseorang.

Yoona mengerjap, lalu menganggukkan kepala dengan sedikit kaku.

"Sementara, Anda akan diantar ke sebuah paviliun sebelum nantinya menempati Istana Selir." Perkataan Kasim Choi setidaknya membuat tubuh Yoona merinding. Pria paruh baya itu menambahkan, "Hari ini, Anda akan diantar dan ditemani Dayang Kim."

Kasim Choi melirik Dayang Kim yang berada di belakangnya. Yoona menatap keduanya bergantian lalu tersenyum mengangguk. Tak lama dari itu, rombongan tersebut menuju sebuah paviliun yang disebutkan Kasim Choi sebagai tempat tinggal Yoona untuk sementara waktu.

Sementara di sisi yang lain, Penasihat Bae dan Ratu Joo Hyeon menyaksikan itu semua. Melihat bagaimana para pelayan Raja menyambut Yoona secara langsung, mereka bisa menebak seperti apa posisi wanita itu di kehidupan Raja. Meski Yoona tidak memiliki dukungan politik di pemerintahan, bukan tidak mungkin ia akan mempengaruhi keputusan Raja dalam ranah perpolitikan.

Ratu membenci kenyataan itu. Dan dia akan melakukan segala cara agar posisinya tidak pernah bergeser sedikitpun. Ia akan membuktikan bahwa keberadaan wanita itu tidak akan membuatnya terancam. Sedangkan Penasihat Bae merasakan hal yang sama. Ia akan memastikan bahwa wanita itu tidak pernah tau dalang lain dibalik kasus korupsi kemarin. Tentunya, ia juga lebih waspada. Karena sepertinya wanita itu bukanlah rakyat rendahan seperti bayangannya. Mungkin dia jauh lebih berbahaya dari apa yang dipikirkan.

***

Yoona berkali-kali membenahi tempat duduknya. Ia terlihat tidak nyaman. Dayang Kim yang melihat itu sedikit tersenyum, ia paham apa yang dirasakan oleh Yoona.

"Mamanim, apa Anda membutuhkan sesuatu?"

"Ye?" Yoona sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, lantas menggeleng. "Tidak. Aku tidak membutuhkan apapun."

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang