Akhir Juli, 1619.
Suara gemericik air yang tenang terdengar pelan saat seorang dayang menaburkan aroma bunga mawar merah ke sebuah bak berukuran sedang. Sementara dayang lainnya menuangkan air hangat ke dalam bak tersebut dan memeriksa suhunya agar tetap nyaman digunakan. Begitupun wewangian bunga yang menyebar di seluruh ruangan ikut melengkapi suasana disana.
Yoona hanya bisa diam ketika salah seorang dayang membantunya untuk membersihkan diri. Salah satu lengannya diusap dengan halus oleh dayang tersebut. Yoona berusaha duduk dengan tenang di dalam bak dan mencoba menikmati aliran air hangat yang menyentuh kulit tubuhnya.
Setelah cukup lama menghabiskan waktu untuk membersihkan diri, Yoona diarahkan untuk kembali ke ruangan pribadinya, tempat istirahatnya selama di Istana Hwawon. Beberapa dayang membawa tiga kotak berukuran sedang. Mereka membuka kotak tersebut dan ternyata itu berisi hanbok berwarna pastel yang terbuat dari kain sutra mewah, dengan jeogori berwarna ungu lembut dan chima berwarna biru tua. Adapun kotak lainnya berisi aksesoris baju dan rambut yang beragam. Sementara kotak lainnya berisi sepatu.
Para dayang itu juga membantu Yoona dalam berpakaian. Setelah selesai, dua orang dayang menata rambut Yoona di depan cermin. Rambut hitam panjangnya dikepang cantik dengan ditambahkan berbagai aksesoris yang mahal. Wajahnya pun dipoles dengan riasan sederhana tapi tetap menonjolkan kecantikan dan keanggunan seorang Lim Yoona.
"Agasshi.." seorang dayang memberikan kotak kecil dan membukanya.
Yoona tertegun. Itu adalah cincin giok yang sempat diberikan oleh Raja saat melamarnya tahun lalu.
"Jeonha meminta Anda untuk memakainya."
Sebenarnya Yoona sedikit risih dengan ucapan formal dayang itu padanya. Biasanya ia yang selalu bersikap formal pada siapapun, tapi sekarang berbeda.
Yoona mengambil cincin giok itu. Ia terdiam sejenak. Setiap saat ia selalu berusaha agar hatinya benar-benar menerima semua ini, termasuk menerima segala sesuatu yang kemungkinan terjadi di masa depan. Jika Yoona benar-benar memakai cincin itu, artinya ia tidak bisa ragu lagi dengan hatinya.
Yoona menghela napas sambil menutup mata. Kemudian menyematkan cincin itu di salah satu jarinya. Benar. Ini adalah keputusannya. Tidak ada yang perlu disesali lagi.
***
Raja Wonjong menyesap tehnya dengan pelan sambil terus memikirkan keputusan Yoona. Tentu saja Raja merasa senang mendengar keputusan itu, tapi ada sedikit perasaan takut jika ternyata gadis itu terpaksa menerimanya. Ia tidak ingin menjalani cinta dalam keterpaksaan. Kebahagiaan orang yang dicintainya juga menjadi prioritasnya.
Raja tau dari tatapan gadis itu, Yoona memiliki rasa yang sama dengannya. Hanya saja dia belum memahami alasan gadis itu terus menolaknya. Mungkin hidup dengan Raja tidak seperti kehidupan wanita pada umumnya. Tapi ia berjanji tidak akan membuat Yoona merasa kesepian atau merasa terbuang saat mereka bersama.
"Jeonha, Han Jiyoon-ssi sudah ada disini." suara Kasim Choi yang mengumumkan keberadaan gadis itu sedikit mengalihkan lamunannya.
Tak lama, Raja melihat Yoona yang telah memakai hanbok dan aksesoris pilihannya tengah menghampirinya. Gadis itu membungkukkan badan dengan hormat. Sekilas Raja bisa melihat Yoona membawa sebuah kotak di salah satu tangannya.
Setelah Yoona memberikan penghormatan, ia duduk di depan Raja dengan sebuah meja kecil sebagai penghalangnya. Di atas meja itu terdapat beberapa kudapan dan teh hangat yang sudah disajikan. Malam semakin larut dan suasana Istana Hwawon sudah cukup sepi. Raja juga sudah menggunakan jubah tidurnya dengan ukiran naga di area dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓
Fanfiction[HISTORICAL-TRANSMIGRATION-MELODRAMA] Lim Yoona merupakan seorang fashion designer hanbok yang sedang naik daun di kalangan fashionista dan pecinta pakaian tradisional Korea. Ia telah mengeluarkan banyak karya yang menakjubkan, salah satunya busana...