Akhir Desember, 1617.
Keramaian pasar tak ada henti-hentinya meski suhu udara cukup rendah dan angin dingin berhembus kencang sejak tadi. Diantara banyaknya orang, ada penjual yang menjajakan jualannya dan pembeli yang terus menawar dengan harga murah. Mereka bernegosiasi untuk menentukan harga yang sesuai tentang barang atau makanan yang mereka jual dan beli.
Namun berbeda halnya dengan seorang pria yang tengah mengamati sekitar pasar. Ia duduk di depan sebuah rumah kosong di ujung gang, sedikit jauh dari kelompok orang yang tengah melakukan proses transaksi. Di dekatnya seorang pria paruh baya sedang berdiri dan ikut mengamati keadaan itu.
"Sepertinya semuanya tampak aman, Jeonha." pria paruh baya yang tidak lain adalah Kasim Choi mengutarakan pendapatnya terkait pengamatan mereka siang ini.
"Kenapa kau menyimpulkan begitu Kasim Choi?" pria yang sedang duduk itu, yakni Raja Wonjong masih fokus memperhatikan ke area pasar.
"Bukannya semuanya tampak aman Jeonha? Tidak ada masalah, tidak ada pencurian dan keributan."
Mereka sudah mengamati tempat itu sekitar 2 jam. Memang tidak ada masalah apapun dan semuanya tampak lancar seperti biasanya. Namun Raja Wonjong tidak ingin lengah. Dia tidak ingin kasus kecurangan bahan pangan yang dilakukan oleh Pejabat Regional itu terulang lagi. Apalagi pasar yang mereka kunjungi ini merupakan pasar terbesar di Hanyang, sekaligus di Joseon. Segala transaksi dalam dan luar negeri sering terjadi disini.
"Kita tidak bisa menyimpulkan sesuatu hanya dengan penglihatan saja." Raja Wonjong membalasnya lalu segera beranjak berdiri.
"Jeonha kita mau kemana? Apakah kunjungan ini sudah selesai?" Kasim Choi bertanya heran.
"Tidak. Kita akan melakukan kunjungan yang sebenarnya."
"Jeonha, ini masih siang. Saya khawatir orang-orang akan mengenali Anda."
Raja Wonjong berbalik menatap Kasim Choi. "Tidak akan, selama kau tetap menyamar dan tidak melakukan hal yang mencurigakan." lalu pergi dari depan rumah kosong itu menuju ke area pasar.
Kasim Choi yang sedikit khawatir tidak bisa berbuat apapun. Ia hanya bisa mengikuti Raja dari belakang sambil melihat sekitar, memastikan para pengawal masih berada di sekitar mereka. Setidaknya ia dan para pengawal harus tetap berjaga untuk melindungi keamanan Raja.
***
Yoona memperhatikan dengan takjub proses pembuatan kain sutra menggunakan tenas. Alat itu mungkin tergolong sederhana dan sangat tradisional bagi Yoona yang sudah mengenal mesin tenun yang lebih canggih di era modern. Namun baru kali ini Yoona bisa melihat alat itu bekerja dengan tangan manusia secara langsung. Hampir semua pekerja yang menenun kain disini laki-laki. Mereka mengerjakannya dengan sangat cekatan dan teliti.
Hari ini Yoona mengunjungi salah seorang Pengrajin Khusus yang biasa membuat kain-kain dengan kualitas bagus. Pengrajin itu juga menyediakan berbagai bahan mentah yang biasa digunakan untuk membuat pakaian. Kata Penjahit Jung, pengrajin ini sudah jadi pemasok utama untuk keperluan pakaian keluarga kerajaan. Ia juga sering menjadi perantara untuk proses transaksi masalah perkainan, baik itu di dalam maupun di luar negeri.
Itulah kenapa Yoona ada disini. Ia diminta oleh Penjahit Jung untuk menemui pengrajin itu agar ia memesankan benang emas dan perak. Benang itu akan Yoona gunakan untuk membuat sulaman di jubah pernikahan Raja dan Ratu. Lokasi tempat ini berada di tengah ibukota Hanyang, tepatnya berada di pasar terbesar di kota tersebut.
Saat ini Yoona sedang menunggu kedatangan pengrajin bernama Joo Cheolmin sambil memperhatikan orang-orang yang sedang bekerja. Mungkin disana ada sekitar 20 orang pekerja yang sedang menenun.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓
Fanfiction[HISTORICAL-TRANSMIGRATION-MELODRAMA] Lim Yoona merupakan seorang fashion designer hanbok yang sedang naik daun di kalangan fashionista dan pecinta pakaian tradisional Korea. Ia telah mengeluarkan banyak karya yang menakjubkan, salah satunya busana...