🍁 53. The Total Solar Eclipse

481 71 42
                                    

Pertengahan Oktober, 1619.

Isu-isu tidak sedap terus menyebar, baik itu di dalam istana maupun luar istana selama dua minggu terakhir ini. Isu mengenai peramalan terjadinya gerhana matahari total serta masyarakat yang menganggap bahwa ini pertanda datangnya keburukan semakin menimbulkan kekhawatiran. Isu ini menyebar dengan cepat seolah ada sekelompok orang yang sengaja melakukannya. Padahal sebelumnya, fenomena ini bukan pertama kali terjadi. Kekhawatiran dan keresahan masyarakat tentunya ada. Tapi baru kali ini, fenomena alam dikaitkan dengan manusia yang membawa malapetaka.

Hal ini tentu membuat Raja geram. Awalnya Raja membiarkan ini terjadi, karena sudah hal biasa masyarakat menunjukkan keresahan mereka. Tapi kali ini benar-benar keterlaluan.

"Bagaimana bisa rakyat berpikir buruk tentang fenomena ini? Bukankah sebelumnya sudah pernah terjadi hal yang sama dan tidak ada hal apapun yang terjadi bukan?" Raja tak habis pikir dengan ini semua. Salah satu tangannya memijat kepalanya dengan pelan.

"Ye Jeonha, mungkin kali ini rasa khawatir mereka lebih tinggi. Apalagi mereka selalu mengaitkan dengan kedatangan Sukwon Mama ke istana, Jeonha." Kasim Choi menjawab pertanyaan Raja dengan sopan dan hati-hati, terutama saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Itulah yang aku bingungkan, Kasim Choi. Bisa-bisanya mereka berpikir begitu. Padahal Departemen Perbintangan sudah memberitahu terkait ini sejak lama karena mengacu pada kalender Tiongkok. Bagaimana mungkin ini ada kaitannya dengan Han Sukwon?" Raja meletakan kedua tangannya di meja dan tatapannya menerawang jauh, seperti memikirkan sesuatu.

Kasim Choi berdehem sebentar lalu menyerahkan setumpuk kertas pada Raja. "Jeonha, masyarakat membuat ini sebagai bentuk protes terkait kebijakan Anda."

Raja mengambil salah satu kertas lalu membacanya. Tak lama kemudian, ia membulatkan mata. "Apa maksudmu, Kasim Choi? Petisi untuk menurunkan tahta Han Sukwon?"

"Ye Jeonha. Sepertinya kekhawatiran masyarakat semakin tinggi sampai mereka membuat petisi semacam ini." Kasim Choi menundukkan kepala.

Raja membaca semua petisi itu dengan cepat. Isinya sama. Mereka meminta Raja untuk segera menurunkan tahta Selir Han dengan alasan agar malapetaka atau keburukan tidak terjadi pada mereka.

Raja meletakkan kertas itu dengan kasar, lalu mendengus kesal. "Tidak masuk akal! Semua petisi itu dibuat dan ditandatangani oleh kebanyakan orang bangsawan. Kebodohan macam apa ini?"

Kasim Choi tidak berani menjawab ataupun menatap Raja. Saat ini Raja sangat marah. Biasanya jika marah, Raja hanya diam dan menunjukkan ekspresi datar. Lain halnya sekarang. Mungkin sang Raja sangat geram dengan isu yang tersebar di masyarakat.

"Bagaimana dengan Han Sukwon? Pastikan dia tidak mendengar tentang ini."

Kasim Choi menatap Raja dengan ragu. "Jeonha, mohon maaf sepertinya Sukwon Mama sudah mengetahui ini juga."

Raja menatap Kasim Choi dengan tajam. "Lalu bagaimana reaksinya?"

"Saya dengar Han Sukwon mencoba mengatasi ini bersama orang-orang kepercayaannya. Tapi isu ini menyebar terlalu kuat, Jeonha."

Raja menghembuskan napas dengan keras, lalu membuang wajah ke arah lain. Ia khawatir Selir Han memikirkan hal lain ketika mendengar pengajuan petisi ini. Sepertinya Raja perlu mengunjungi Selir Han untuk memastikan keadaannya.

***

Selir Han mencoba untuk berpikir keras terkait isu yang terjadi di istana dan di masyarakat. Sudah dua minggu ia bersama orang-orang kepercayaannya mengatasi semua ini, tapi tidak ada hasil yang berarti. Selir Han tidak terima dituduh tentang sesuatu yang bukan salahnya. Apalagi ini hanya sekedar mitos dan kepercayaan saja.

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang