Akhir Agustus, 1618.
Waktu berjalan begitu cepat selama ini. Tak terasa musim panas sebentar lagi akan berakhir. Rasanya baru kemarin Yoona melihat bunga aster, mugunghwa dan melati saling bermekaran satu sama lain. Kini bunga-bunga itu semakin layu seiring berjalannya waktu.
Yoona sendiri menikmati waktu yang berjalan sambil termenung di sebuah paviliun kecil di belakang Kantor Pakaian Kerajaan. Hari sudah cukup sore dan matahari sebentar lagi akan terbenam dengan sendirinya. Pekerjaan Yoona sudah selesai dari beberapa jam lalu. Begitupun para pegawai yang lain. Bedanya, para pegawai lain lebih memilih berkumpul di dekat asrama tempat tinggal mereka. Sementara Yoona lebih memilih untuk menyendiri. Entah kenapa melamun di waktu senja membuat hatinya tenang dan pikirannya jauh lebih jernih.
Tak terasa sudah satu bulan berlalu sejak Raja melamarnya di Baegaksan. Sudah selama itu juga mereka tidak bertemu. Rencananya Yoona akan bertemu Raja kembali di awal bulan agustus kemarin, tapi karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, rencana itu terus tertunda.
Sebenarnya selama beberapa minggu ini Raja terus mengiriminya pesan melalui Kasim Choi secara diam-diam. Tapi ia takut ada orang yang mengetahuinya apalagi kondisi istana sedang dijaga ketat semenjak Ratu Joo Hyeon hamil. Karena itulah ia tidak membalas surat-surat itu. Selain itu juga Yoona semakin sibuk dengan pekerjaannya di tempat barunya kini.
Saat matanya sedang tertuju ke depan, seorang pria menghalangi pandangannya sambil tersenyum usil. Siapa lagi kalau bukan Yeon. Rasanya sudah lama juga Yoona tidak melihat pria itu.
"Akhir-akhir ini aku sering melihatmu melamun." Yeon berkata sambil menyandarkan tubuhnya ke tiang paviliun sambil menatap Yoona.
Gadis itu menghela napas. "Hanya pikiranmu saja."
"Kau pikir aku mempercayaimu?"
Yoona mendelik mendengar pertanyaan itu. Ia kembali cemberut.
"Kenapa? Kau ada masalah? Kau sakit?" Yeon bertanya beruntun.
Yoona menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya sedikit kelelahan Yeon. Ternyata hidup di istana jauh lebih sulit dari yang dibayangkan."
Yeon menatap Yoona. "Kau ingat janjiku kan? Kau bisa berlari bersamaku jika kau ingin menyerah."
"Memangnya bisa? Tidak semudah itu."
"Bisa. Aku siap menanggung semua resikonya." Yeon berucap mantap, tatapannya tertuju pada Yoona.
Yoona ikut menatap Yeon. Mata pria itu terlihat berbeda saat mengatakan itu. Seolah ia tidak main-main dan memang mengatakan yang sebenarnya.
Yoona mencairkan suasana dengan sedikit tertawa. "Yeon ada apa dengan tatapan matamu? Aneh sekali. Padahal kita tidak bertemu hanya beberapa minggu saja."
Tapi anehnya Yeon tidak menanggapi candaan Yoona. Ia hanya diam saja tanpa mengalihkan tatapannya dari gadis itu.
"Kau lebih berbeda akhir-akhir ini." perkataan Yeon membuat Yoona menelan ludah gugup. Ia mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Kau menyembunyikan sesuatu?"
Yeon pikir gadis di sampingnya ini lebih banyak diam daripada biasanya. Ia seperti memikirkan sesuatu hal yang berat. Awalnya Yeon tidak ingin menanyakan ini, tapi ternyata ia tidak bisa hanya diam saja.
Yoona sendiri bingung dengan perasaannya. Ia ingin menceritakan hubungannya dengan Raja tapi belum siap. Apa yang akan dipikirkan oleh Yeon jika tau tentang ini? Yoona tau Yeon bukan orang yang suka menghakimi orang lain dan dia pendengar yang cukup baik, tapi entah kenapa Yoona belum siap menceritakan ini.
Ketika mereka fokus dengan pikiran masing-masing, Penjahit Oh datang ke arah tempat mereka berada. Sontak Yoona dan Yeon langsung berdiri dan memberikan hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓
Fanfiction[HISTORICAL-TRANSMIGRATION-MELODRAMA] Lim Yoona merupakan seorang fashion designer hanbok yang sedang naik daun di kalangan fashionista dan pecinta pakaian tradisional Korea. Ia telah mengeluarkan banyak karya yang menakjubkan, salah satunya busana...