🍁 42.2 SAR Operation

409 80 20
                                    

Akhir Juni, 1619 (masih di hari yang sama).

Ratu menatap Jungmin dengan tatapan terkejut. Pelayan pribadinya itu membawa informasi dari mata-mata yang ditempatkannya di Kantor Pakaian Kerajaan. Meski Jiyoon sudah tidak ada di istana, pemantauan orang-orang disana tetaplah berjalan.

"Apalagi yang kau dapat?" Ratu bertanya pada Jungmin, sementara Dayang Yoon berada bersama mereka juga.

Beberapa waktu lalu, Jungmin memberikan informasi bahwa kondisi di Kantor Pakaian Kerajaan sedikit berbeda. Ada dua orang penyidik wanita yang mendatangi Penjahit Oh dan teman-teman dekat Jiyoon. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi itu terlihat seperti sesuatu yang sangat serius.

"Saya juga mendapat kabar bahwa Jeonha memanggil Penjahit Jung dan Kepala Penyidik Perempuan untuk datang ke istana nya."

Penjelasan Jungmin semakin membuat Ratu penasaran. Untuk apa Raja memanggil kedua orang itu menghadapnya? Apalagi Raja tidak pernah memanggil Kepala Penyidik Istana khusus Perempuan untuk menghadapnya.

Ratu kemudian menatap Dayang Yoon. "Kau sudah mendapat kabar dari Istana Raja, jam berapa bisa dikunjungi?"

Hari masih cukup sore dan Ratu berencana mengunjungi Istana Raja bersama calon Putra Mahkota, sekaligus mencari tahu alasan Raja memanggil dua orang tadi.

"Saya sudah mendapat kabar, Jungjeon Mama. Hanya saja Jeonha tidak bisa dikunjungi untuk hari ini. Menurut pelayannya, Jeonha sedang tidak bisa diganggu karena mengerjakan beberapa hal." Dayang Yoon menjelaskan.

Ratu terdiam sebentar. Itu artinya ia tidak bisa mengunjungi Raja.

"Jungmin.." Ratu memanggil gadis dihadapannya dengan suara tajam. "Tetap awasi orang-orang di Kantor Pakaian Kerajaan. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, beritahu aku."

"Ye Jungjeon Mama."

***

Yeon menatap Penjahit Jung dengan serius. Tatapannya penuh tekad dan siapapun sulit untuk mengendalikannya lagi. Kekhawatirannya pada keadaan Jiyoon dan peristiwa di masa lalu membuat pria itu semakin tidak tenang. Jika sesuatu terjadi lagi pada Jiyoon, entah apa yang akan terjadi ke depannya. Mungkin ia akan membenci dirinya sendiri.

"Aku harus pergi ke gunung utara Hanyang, Naeuri." Yeon mengatakan dengan tegas.

Beberapa menit lalu, Penjahit Jung baru saja sampai di Kantor Pakaian Kerajaan dan Yeon sudah memaksanya untuk berbicara empat mata.

"Jangan pergi ke sana, Yeon."

"Kenapa?" napas Yeon terengah-engah, antara menahan emosi dan kekhawatiran.

"Lebih baik kau pergi ke Dayanggwan, sesuai rencana awalmu." Penjahit Jung hendak beranjak dari tempat duduknya, tapi tertahan.

"Bagaimana bisa aku pergi ke Dayanggwan, Naeuri? Sedangkan ada kemungkinan Jiyoon masih di Hanyang. Tidak mungkin aku langsung pergi ke tempat yang jauh." Yeon tetap kukuh dengan keinginannya.

Penjahit Jung tidak menjawab.

"Atas izinmu atau tidak, aku akan tetap pergi ke gunung utara Hanyang." Yeon beranjak dari tempat duduknya lalu berbalik menuju pintu keluar. Namun belum sampai mencapai pintu, ucapan Penjahit Jung membuatnya menghentikan langkah.

"Itu perintah Jeonha. Kau mungkin bisa pergi tanpa izinku. Tapi kau tidak bisa membantah perintah seorang Raja."

Yeon berbalik kembali menatap Penjahit Jung.

"Jeonha?"

"Pergilah ke Dayanggwan sesuai dengan perintah. Ada rombongan pengawal Raja yang akan ikut menemanimu ke sana."

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang