🍁 58.2 Revealed Evidence

388 74 26
                                    

Awal November, 1619.

Masih di malam yang sama...

Tetesan sisa air hujan yang turun dari atap-atap rumah serta angin yang berhembus menemani langkah kaki Selir Han. Genangan air dan tanah yang berlumpur ikut terciprat disekitar sepatu dan hanbok miliknya. Di depannya, Jongdae memandu perjalanan di malam yang gelap sambil membawa lampu gantung. Sementara di belakangnya, Dayang Bong ikut melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Baik Selir Han maupun Dayang Bong, mereka sama-sama menggunakan jangot untuk menutupi wajah. Sementara Jongdae memakai masker hitam.

Setelah mereka sampai di sebuah gubuk kecil di dekat hutan, Jongdae mengetuk pintu kayu itu. Disana muncul Yeon yang memakai masker yang sama seperti Jongdae.

"Sukwon Mama.."

"Dia ada di dalam?"

"Ye Mama."

Selir Han masuk ke gubuk itu bersama Dayang Bong. Sementara Yeon dan Jongdae berjaga di luar gubuk. Perlahan, ia melepaskan jangot nya dan memberikannya pada Dayang Bong. Suasana dalam gubuk tidak segelap yang dipikirkan. Ada beberapa obor di setiap sisi sebagai penerangan. Tak hanya itu, ia juga melihat ada seorang perempuan dengan tangan terikat tengah duduk sambil menopang dagunya di antara kedua lutut. Sepertinya orang itu belum menyadari keberadaan Selir Han karena matanya masih tertuju ke satu titik.

Dayang Bong berdehem untuk memancing atensi orang tersebut yang tak lain adalah Kim Boah. Orang yang sempat melarikan diri malam tadi ditemani Jungmin, dayang Ratu Joo Hyeon. Untunglah Yeon bisa mencegah pelarian itu, karena bagaimanapun orang inilah saksi sebenarnya atas kasus tersebut.

Boah mulai mengalihkan tatapannya ke arah Selir Han. Gadis itu terkejut saat melihat Selir Han berada di hadapannya. Meski saat ini Selir Han hanya memakai hanbok biasa dan binyeo yang terbuat dari perak, bukan emas, tapi karena satu dan lain hal, Boah langsung mengenalinya dengan baik.

"Ternyata benar, kau mengenalku." Selir Han bergumam lantas berjongkok di hadapan Boah.

"Sukwon Mama.." Boah berucap pelan tapi masih terdengar di telinga Selir Han. Perempuan itu langsung mengubah posisi duduknya.

"Ya. Ini aku. Sepertinya kita pernah bertemu saat aku masih menjadi pegawai di Kantor Pakaian Kerajaan."

Boah menelan ludah saat mendengar nada suara Selir Han yang rendah dan tajam.

"Kita tidak pernah saling mengenal, tapi sepertinya kau mengenalku dengan baik." Selir Han meneliti wajah Boah yang terlihat asing baginya.

Selama satu tahun menjadi pegawai di Kantor Pakaian Kerajaan, tidak membuatnya dekat dengan semua orang. Hanya beberapa saja yang dikenalnya sangat baik. Sementara sisanya tidak terlalu mengenali. Benarkah gadis ini berada di departemen yang sama dengannya? Tapi kenapa sangat asing sekali?

"Sukwon Mama, apa yang.. apa yang Anda lakukan.. disini?" Boah bertanya gugup.

Suaranya yang terdengar lebih jelas membuat Selir Han mengernyitkan dahi. Meski wajahnya begitu asing, tapi ia pernah mendengar suaranya. Kalau tidak salah suara itu pernah ia dengar saat dirinya dan Raja bersembunyi di ruangan Kantor Pakaian Kerajaan. Saat itu suasana tampak sepi dan sangat malam.

Selir Han menggelengkan kepalanya dengan pelan. Ini bukan saatnya untuk mengingat kejadian masa lalu.

"Seharusnya aku yang bertanya begitu. Untuk apa seorang pegawai istana keluar saat tengah malam begini? Bukankah itu sudah melanggar aturan?"

"Mama.. Maafkan saya.. Saya.." Boah diam sejenak. Dia bingung harus menjawab apa.

"Aku tidak ingin berbasa-basi."

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang