🍁 46. The Lady of High Rank

663 83 72
                                    

Akhir Juli, 1619.

Yoona bergerak dengan gelisah di tempatnya duduk. Ia sedikit merasa tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakan. Belum lagi para dayang terus menerus membungkuk hormat padanya. Yoona seperti bukan dirinya lagi jika diperlakukan seperti ini.

Sebenarnya memang sudah menjadi keharusan orang-orang bersikap menghormatinya. Kini statusnya bukan lagi rakyat rendahan, melainkan seorang Dayang Istimewa yang memang memiliki hubungan khusus dengan Raja. Dalam hirarki kerajaan, Dayang Istimewa berada dalam peringkat 5 atau posisinya berada di bawah Selir Junior Tingkat 4. Posisinya sekarang setara dengan para wanita istana yang bertugas di bawah anggota keluarga kerajaan atau kepala departemen tempat mereka ditugaskan. Hanya saja Yoona bukan salah satu diantara mereka. Yang membedakan adalah Yoona memiliki hubungan layaknya suami istri dengan Raja meski belum bisa dianggap sebagai anggota keluarga kerajaan.

Yoona sudah cukup memahami peringkat ini dalam hirarki kerajaan, tapi tetap saja rasanya kaku dan tidak nyaman ketika orang-orang berubah menghormatinya. Termasuk Yeon, yang kini duduk di hadapannya dengan mata terpaku pada wanita itu.

Kini Yoona mengenakan dangui hanbok berwarna biru muda dengan chima nya berwarna abu tua. Ada beberapa motif bunga berwarna putih yang terukir di bagian rok chima dan dangui nya. Rambut yang biasa dikepang ke bawah, sekarang digelungnya dengan rapi sebagai tanda bahwa dia bukan lagi gadis lajang. Sebuah binyeo yang terbuat dari perak berlambang bunga plum ikut melengkapi gelungan tersebut. Menurut dayang yang melayaninya, bunga plum menjadi lambang kesetiaan dan Raja menghadiahkan binyeo itu padanya. Tak hanya itu, ada pula cheopji yang tersemat di belahan tengah rambut agar kedua sisinya tetap rapi. Sebagai tambahan, ada dwikkoji berlambang bunga di antara gelungannya.

Yeon yang menyadari bahwa dirinya sudah tidak sopan lantas segera membungkukkan badan dengan hormat. Kini giliran Yoona yang terpaku dengan perilaku Yeon. Bisa-bisanya pria itu bersikap formal padanya.

"Mamanim.." Yeon menyapanya dengan hormat.

Yoona hendak membuka mulutnya, tapi tidak jadi. Ia tidak menyangka Yeon melakukan itu.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau bersikap begitu?" sedikitnya Yoona merasa sedih ketika orang-orang menjaga jarak darinya.

Yeon hanya tersenyum tipis sambil memandang Yoona. "Aku baru melihatmu seperti ini. Anda sangat cantik dan terlihat berbeda, Mamanim."

Yoona mendengus jengkel mendengar ucapan itu. Sekilas Yeon bisa melihat cincin giok yang tersemat di jemari Yoona. Sahabatnya itu sudah bukan lagi dari kalangannya. Ia berubah, baik secara status ataupun kedudukan.

"Anda bukan lagi Jiyoon yang dulu." Yeon mengucapkannya dengan pelan, takut melukai hati Yoona.

Bohong jika Yeon merasa baik-baik saja dan ia tidak sakit hati. Jauh dari lubuk hatinya, ia menyayangi Yoona lebih dari sahabat. Tapi tetap saja kebahagiaan wanita itu lebih utama. Selain Yeon yakin Raja benar-benar mencintai sahabatnya itu, pada kenyataannya Yoona juga merasakan hal yang sama pada Raja. Tidak mungkin kan dia harus menentangnya?

Yoona menatap Yeon dengan mata sedikit berkaca-kaca. "Tapi bukan berarti kau menjaga jarak dariku, Yeon. Bukan ini yang kuharapkan ketika aku memilih keputusan ini. Ku pikir kau tidak akan sama seperti dayang-dayang itu. Bagaimanapun kita tetap jadi sahabat."

Yeon mendekati Yoona dan menyentuh tangan gadis itu yang tergeletak di atas meja. "Benar. Anda tetap sahabatku. Itulah kenapa aku mengubah panggilan kita."

"Apa tidak bisa kau bersikap seperti dulu lagi? Sebelum aku memutuskan hal ini?"

Yeon meremas tangan Yoona. "Anda adalah Dayang Istimewa. Cepat atau lambat, Raja akan segera melantikmu menjadi Selir Kerajaan. Sopan santun dan etika harus diterapkan, bagaimanapun kondisinya. Anda juga harus bisa menyesuaikan diri dengan ini semua."

THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang