Akhir Juni, 1619.
Kediaman pasangan Jung terasa lebih ramai pagi ini dibanding hari-hari sebelumnya. Seluruh pelayan tampak sibuk mencari keberadaan Jiyoon yang tidak ada di sana. Sementara Nyonya Jung tampak hilir mudik di depan rumah yang biasa ditempati Jiyoon.
Ini masih cukup pagi dan biasanya Nyonya Jung akan memanggil Jiyoon untuk bersih-bersih atau mengajaknya memasak sarapan bersama. Mereka cukup sering melakukan itu, terutama ketika Jiyoon masih tinggal bersamanya. Hanya saja, saat Nyonya Jung pergi ke kamar Jiyoon, gadis itu tidak ada. Awalnya Nyonya Jung berpikir jika Jiyoon sudah bangun lebih dulu, tapi saat dirinya mencari keberadaan Jiyoon dimanapun, Nyonya Jung tidak menemukannya. Sekarang pun ia meminta seluruh pelayan untuk memeriksa semua rumahnya.
Tiba-tiba salah seorang pria paruh baya menghampirinya. Ia adalah salah satu pelayan setia pasangan Jung selama ini.
“Samonim, saya dan yang lainnya sudah mencari Jiyoon-ssi di seluruh rumah ini, tapi kami tidak menemukannya.”
“Benarkah? Apa kalian tidak melihatnya sedikitpun tadi malam?” Nyonya Jung bertanya khawatir.
“Tidak, Samonim.”
Nyonya Jung semakin gelisah mendengar itu. Ia tampak meremas kedua tangannya. Hawa dingin di pagi hari bahkan tidak ia rasakan karena bingung mencari keberadaan Jiyoon.
“Selain itu, saya juga tidak melihat kuda milik Jiyoon-ssi, Samonim. Apa mungkin dia pergi ke suatu tempat?” pelayan itu menambahkan informasi.
Nyonya Jung tampak berpikir sejenak, kemana anak itu pergi di tengah malam tadi?
Tak lama dari itu, pintu gerbang kayu di area depan terbuka. Penjahit Jung dan Yeon kembali dari istana lebih pagi. Mereka tampak heran saat melihat semua orang sibuk di pagi hari. Memang biasanya kediaman mereka selalu sibuk, tapi kali ini kesibukan itu terasa berbeda.
Penjahit Jung menghampiri Nyonya Jung yang menampakkan ekspresi bingung, cemas dan khawatir.
“Ada apa ini? Kenapa wajahmu seperti itu, Buin?”
Nyonya Jung menatap suaminya. “Aku tidak menemukan Jiyoon pagi ini, Sobangnim. Bahkan semua pelayan tidak bisa menemukannya. Kuda yang biasa dipakai Jiyoon juga tidak ada.”
“Apa maksud Anda, Samonim? Kudanya pun tidak ada?” Yeon langsung bertanya saat mendengar penjelasan Nyonya Jung.
“Mungkin dia pergi ke suatu tempat.” Penjahit Jung mencoba menenangkan.
“Tidak mungkin, Sobangnim. Kau tau bagaimana Jiyoon. Ia tidak akan pernah pergi ke suatu tempat tanpa meminta izin lebih dulu. Apalagi dia pergi tengah malam tadi.”
Mereka semua sama-sama terdiam dan mencoba memikirkan kemana sekiranya Jiyoon pergi.
“Naeuri, Samonim, aku akan pergi mencarinya.”
Tanpa menunggu jawaban dari pasangan Jung, Yeon langsung pergi meninggalkan mereka. Keduanya juga tidak menghalangi Yeon yang berniat mencari Jiyoon.
Penjahit Jung memanggil semua pelayannya dan memerintahkan mereka untuk ikut mencari Jiyoon.
“Cari keberadaan Jiyoon di sekitar rumah ini dan tanyakan juga pada orang-orang di luar.”
***
Raja Wonjong berjalan dengan cepat menuju istana pribadinya saat mendengar dari Kasim Choi bahwa Woojin kembali datang menemuinya. Untunglah dia baru selesai melakukan pertemuan rutinan dengan para pejabat saat mendengar kabar itu. Raja berharap ada kabar baik mengenai keberadaan Jiyoon, karena ini sudah terhitung lebih dari 10 jam sejak Jiyoon dilaporkan menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓
Fanfiction[HISTORICAL-TRANSMIGRATION-MELODRAMA] Lim Yoona merupakan seorang fashion designer hanbok yang sedang naik daun di kalangan fashionista dan pecinta pakaian tradisional Korea. Ia telah mengeluarkan banyak karya yang menakjubkan, salah satunya busana...