Awal Desember, 1617.
Selama 24 tahun kehidupannya, tak pernah ada sesuatu yang menarik bagi Raja Wonjong. Sejak lahir, hidupnya selalu diatur oleh sejumlah tradisi, protokol, dan tata cara yang telah ada sejak lama dalam kerajaan. Ia tidak dibebaskan untuk mengekspresikan sesuatu dan diharuskan untuk mengikuti semuanya berdasarkan sistem yang ada. Hal itu juga diperkuat dengan tuntutan serta didikan keras dari kedua orang tuanya. Jika ia melanggar, maka menjadi kesalahan yang sangat besar bagi seorang pewaris tahta. Hal itulah yang membuat hatinya begitu dingin, sulit tersentuh dan ia tumbuh menjadi seseorang yang individualis.
Namun lain halnya dengan hari ini. Tidak. Lebih tepatnya malam ini.
Pertemuan tidak sengaja dengan seorang gadis yang tak dikenalnya, entah kenapa membuat hati Raja Wonjong sedikit menghangat. Perasaan ini begitu positif dan mendebarkan. Sebenarnya ini aneh karena sebelumnya ia tidak merasakan hal serupa.
Rasanya ini bukan hanya soal penampilan fisik. Meski gadis yang memperkenalkan dirinya sebagai Han Jiyoon itu memiliki fitur wajah yang lembut, mata besar, hidung kecil dan bibir yang tipis, itu tak lantas membuat Raja Wonjong merasa tertarik. Ia sudah sangat sering bertemu dengan gadis yang memiliki fisik hampir sama dengan Jiyoon di istana. Namun Jiyoon memiliki hal yang sangat menarik dibanding gadis pada umumnya. Ia memiliki senyum indah dengan mata yang bersinar cerah serta aura positif yang membuatnya nyaman.
Terlalu cepat jika Raja Wonjong mengatakan rasa ketertarikan ini sesuatu yang lebih. Yang jelas, ia menikmati momentum malam ini.
"Kenapa?" Yoona yang masih berada disamping Raja Wonjong merasa sedikit kebingungan karena pria itu hanya diam dan terus memandangnya. Ia ragu, takut ada sesuatu hal yang salah dari dirinya.
Raja Wonjong hanya tersenyum tipis dan menggeleng. Ia mengalihkan matanya ke depan. Dari kejauhan, bisa dilihat Kasim Choi yang sedang menunggunya di tempat yang sedikit sepi juga. Untunglah Kasim Choi tidak menghampiri dan memaksanya untuk pulang.
Raja Wonjong mengalihkan tatapannya lagi ke arah Yoona. "Oh iya, jangan terlalu percaya pada orang."
Yoona ikut menoleh. "Ya?"
"Kau bilang percaya bahwa aku orang yang baik, padahal kita baru bertemu." jelas Raja Wonjong.
“Memangnya kenapa? Ada yang salah?”
“Bagaimana jika aku menjahatimu?”
Yoona menatap Raja Wonjong dengan seksama. Dia berpikir sebentar, lalu menjawab “Tidak masalah. Aku percaya pada seseorang atau tidak, itu menjadi urusanku. Sedangkan orang lain yang menjahatiku, itu bukan urusanku.”
Raja Wonjong terdiam mendengar ucapan Yoona.
“Tanggung jawabku hanya ada pada diriku. Sedangkan yang diluar diriku itu bukan tanggung jawabku. Lagipula aku tidak mempercayaimu sepenuhnya Naeuri. Aku hanya percaya Anda bisa memperbaiki segala kejahatan yang terjadi di sekitar kita, karena tugasmu memang begitu kan?”
Raja Wonjong menatap Yoona dengan sedikit tersenyum. “Ya. Itu memang tugasku.”
Selama beberapa menit mereka hanya terdiam dengan pandangan ke arah lalu lalang orang yang sedang menikmati festival. Tidak ada percakapan diantara keduanya. Hanya hembusan angin dingin yang perlahan menerpa wajah mereka. Tapi kemudian Yoona terpikir sesuatu. Ia menoleh ke samping.
“Naeuri, apa hanya itu saja?”
Raja Wonjong ikut menoleh dan menaikkan alis, mempertanyakan maksud Yoona.
“Maksudku, apa aku tidak di bawa ke kantor penyelidikan atau semacamnya untuk dimintai keterangan? Bukannya karena itu Anda membawaku kesini?” Yoona sedikit kebingungan. Tadi saat ia ingin pergi, pria ini memintanya untuk bersaksi atas kejadian tadi. Tapi sekarang, kenapa hanya ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST FIGHT [COMPLETE] ✓
Fanfiction[HISTORICAL-TRANSMIGRATION-MELODRAMA] Lim Yoona merupakan seorang fashion designer hanbok yang sedang naik daun di kalangan fashionista dan pecinta pakaian tradisional Korea. Ia telah mengeluarkan banyak karya yang menakjubkan, salah satunya busana...