Lanzhan menarik tangan wei ying dan mengajaknya ketaman halaman rumah.
Ia pun menghempaskan tangan wei ying dengan begitu kasar, entahlah apa yang ada di pikiran lanzhan hingga ia begitu tidak menyukai wei ying ,padahal sebelumnya lanzhan tidak pernah sekasar ini pada seseorang.
"Sakit" teriak wei ying seraya memegang pergelangan tangannya yang membekas akibat tarikan tangan lanzhan.
"Ada apa kau mengajakku kemari?"tanya wei ying membuat lanzhan langsung mengapit kedua pipi wei ying dengan tangannya.
"Aku hanya ingin memperingatkanmu kau jangan terlalu senang dulu di nikahkan denganku, aku pasti akan membuatmu hidup seperti di neraka!"seru lanzhan penuh penekanan, seakan ada kebencian dikedua bola mata itu. Mendengar kata kata lanzhan yang menyatakan bahwa menganggap wei ying senang menikah dengannya, membuat wei ying begitu murka.
"Lepaskan !!!"teriak wei ying seraya menepis kasar tangan lanzhan dari pipinya.
"Kau bilang apa barusan? Kau bilang aku senang?" Tanya wei ying, namun lanzhan diam saja dan memandang wei ying dengan tatapan sinisnya terlihat jelas garis garis halus mengerat di tengah dahinya. Wei ying mendorong tubuh lanzhan sekeras mungkin hingga lanzhan hendak terjatuh dari pertahannanya.
"Hanya orang gila yang senang menikah dengan orang sakit jiwa sepertimu. Kau ingin membuat hidupku seperti di neraka? Coba saja kau pikir aku takut?" Seru wei ying seraya menunjuk lanzhan dengan telunjuknya. Saking kesalnya dia dengan laki laki yang ada di hadapannya saat ini hingga ia sudah tidak bisa menahan emosinya."Lanzhan jangan kau pikir keterdiamanku selama ini menandakan kau bisa seenaknya saja menindasku! Bahkan aku sebenarnya juga tidak sudi menikah denganmu" tambah wei ying.
"Kalau kau tidak sudi lalu kenapa kau menerima pernikahan ini!" Seru lanzhan namun wei ying hanya diam saja. Ia tidak bisa menjelaskan alasan kenapa dirinya mau menerima di nikahkan dengan lanzhan.Ia menerima pernikahan ini semata mata hanya karna tidak ingin yanli pergi dari rumah meninggalkan ia dan ayahnya.
"Kenapa kau diam? Kau tidak bisa menjawab? Atau kau sudah tau kalau orang tuaku ialah orang kaya makanya kau mau menikah denganku hah?" Teriak lanzhan seraya mencengkram erat bahu wei ying. Wei ying memberontak hingga tangan lanzhan terlepas dari bahunya.
"Aku terpaksa melakukannya!" Saut wei ying."Sungguh lucu sekali alasanmu, terpaksa agar bisa menjadi orang kaya begitukan? Kenapa kau tidak jual diri saja? Itu lebih memudahkanmu untuk mendapatkan uang bukan?" Ucap lanzhan dengan mengeraskan suaranya.
Plakkkkk
"Berani sekali kau menamparku!" Teriak lanzhan geram. Ia hendak mengangkat tangannya namun lanzhan berusaha menahannya.
"Kenapa memangnya? Kau mau menamparku juga? Coba saja kau lakukan!" Ujar wei ying.
"Lanzhan..tamparanku barusan tidak ada apa apanya dengan tamparan dari setiap perkataanmu yang aku dengar selama ini" tambah wei ying."Dengar baik baik! Aku bukan orang yang gila harta atau uang seperti itu! Aku bisa mencari uang sendiri dari hasil jerih payahku tanpa bergantung kepada orang lain, dan bahkan setelah menikah denganmu aku tidak akan sudi menggunakan uang ataupun fasilitas dari keluargamu!" Seru wei ying berbalik badan dan meninggalkan lanzhan, wei ying memejamkan matanya dengan perasaan terluka hingga air matanya ikut mengalir karna pejaman mata itu.
Wei ying dengan cepat menghapus air matanya dan masuk kembali kedalam rumah. Berpura pura tidak terjadi apa apa.
"Sayang..apa sudah berbicara dengan lanzhan?" Tanya nyonya saren.
"Sudah tante, wei permisi kembali ke kamar ya soalnya ada pekerjaan yang harus wei selesaikan. Om dan tante hati hati dijalan" ujar wei ying tersenyum pada tuan Qiren dan nyonya saren seraya menaiki tangga, lanzhan kembali masuk ke dalam rumah menemui orang tuanya dan om jiyang. Kedua matanya memperhatikan wei ying yang sedang menaiki tangga dengan geram.
"Aku sudah tau sifat aslimu, kau liat saja nanti!" Gumam lanzhan kemudian mengajak mama dan papa nya untuk pulang dan berpamitan kepada om jiyang dan bibi sarah.Ayah jiyang dan bibi sarah mengantarkan kepulangan mereka sampai kedepan rumah. Setelah ayah jiyang melihat keluarga sahabatnya tersebut pulang, ia mengajak adiknya untuk masuk kembali ke dalam rumah.
"Akhirnya, kakak bisa melihat salah satu anak kakak menikah bahkan dengan anak sahabat kakak sendiri" ucap ayah jiyang pada bibi sarah. Bibi sarah dapat melihat pancaran kebahagian dari wajah ayah jiyang.
"Tapi A'ying sepertinya tertekan kak" ucap bibi sarah.
"Jika pernikahan karna perjodohan jika awalnya mereka merasa tertekan seperti itu, tetapi nanti jika sudah menikah nantu mereka akan sama sama terbiasa" jelas ayah jiyang seraya mendahului adiknya. Karna ia tidak ingin memperpanjang pembicaraanya dengan adiknya tersebut, yang ujungnya akan menimbulkan perdebatan.Bibi sarah hanya menggelang gelengkan kepalanya melihat kakaknya yang terlalu memaksakan kehendaknya.
Sementara wei ying yang sedang berada di kamar melentangkan tubuhnya diatas tempat tidur dengan air mata mengalir.TIM UKE GAK BOLEH TERSAKITI AKU TUH PENGEN BANGET RACUNIN LANZHAN.Ia menyesali perkataanya yang di rasa begitu kasar tadi, padahal wei ying tidak pernah berbicara seperti itu pada orang lain. Sebelumnya, bahkan menampar seseorang bukan sikap atau sejarah hidup nya, lanzhan adalah satu satunya orang yang pernah di tampar.
Wei ying seolah keluar dari zona jati dirinya dan hari ini yang ia rasakan seakan bukanlah dirinya tapi orang lain.
"Ibu...wei lelah hidup begini, kenapa wei harus hidup seperti ini? Wei benar benar lelah" ucap wei ying meraya memejamkan matanya kembali.