75

3.6K 293 33
                                    

Jangan lupa vote!!
.
.
.


Sementara di rumah sakit masih menunggu dokter keluar dari ruang oprasi tempat wei ying berada, lanzhan terus mondar mandir di depan pintu dengan air mata mengalir, keadaannya sudah sangat menyedihkan, baju berantakan dengan bekas darah wei ying menodai kemeja birunya, mata bengkak karna terlalu lama menanggisi istrinya yang belum tau keadaanya di dalam sana. Jantungnya terasa mau lepas dari tempatnya dan terus berusaha berfikir positif bahwa istrinya akan baik baik saja, sementara mama saren tak kalah menyedihkan. Wanita itu menatap anaknya dengan air mata mengalir, wanita paruh bayah itu tidak bisa membayangkan akan jadi seperti apa kehidupan anaknya apabila menantunya sampai tidak tertolong, tetapi wanita itu langsung menggelengkan kepalanya menyingkirkan pikiran negatif itu.
Derap langkah kaki menggema di lorong rumah sakit membuat lanzhan dan mamanya menoleh, dengan penuh amarah lanzhan mendekati ayah mertuanya.
"Kenapa kau membawa wanita itu kerumahku ayahhhhh" seru lanzhan mencengkram kerah baju mertuanya. Sopan santunya hilang karna frustasi dengan keadaanya saat ini. Sementara ayah jiyang hanya bisa terdiam tidak tau mau berbicara apa.

"KENAPA AYAH MEMBAWA SUMBER KEMATIAN ISTRIKU KERUMAHKU AYAH MERTUAAAAA!!" seru lanzhan hendak memukul ayah jiyang tetapi di hentikan oleh ayah Qiren.
"Nak, tenang. Ini di rumah sakit! Mertuamu tidak tau kalau ini akan terjadi" ujar papa Qiren menahan tangan anaknya.

"TIDAKKK!! ITU SALAHNYA!! APA YANG HARUSKU LAKUKAN PAA HIKSSS WEI YING HIKS AKU TIDAK TAU BAGAIMANA KEADAANYA SEKARANG HIKS" seru lanzhan memeluk papanya.

Air mata semua orang mengalir tanpa di cegah melihat kerapuhan seorang lanzhan, bahkan para perawat yang lewat di sana menatap iba pada tuan muda Lan itu.
Dokter yang menangani wei ying keluar dari ruangan oprasi setelah dua jam lamanya dengan raut wajah lelah yang tidak bersemangat sedikitpun. Lanzhan yang dan semua orang di sana mendekati dokter itu dengan perasaan berdebar.
"Bagaimana? Apa istriku selamat?" Tanya lanzhan menatap dokter itu penuh harap.
"Terjadi pendarahan yang hebat pada perut nyonya muda, benturan di kepala dan banyak memerlukan kantong darah. Kami baru bisa menghentikan pendarahannya setelah dua jam, saat ini saya mendatangi anda untuk mengatakan bahwa kemungkinan besar hanya bayinya yang bisa di selamatkan karna ko_"

Bug

Satu pukulan melayang mengenai rahang dokter itu yang di berikan oleh lanzhan, mata lanzhan menatap tajam kearah dokter itu. Papa Qiren berusaha menahan anaknya agar tidak kembali melayangkan pukulan pada dokter itu.
"Nak tenang" ujar mama saren sembari terisak.

"TIDAKK!!! ITU TIDAK BOLEH TERJADI!! KAU HARUS MENYELAMATKAN KEDUANYA!! WEI YING TIDAK BOLEH MENINGGALKANKU HIKS TIDAK BOLEHHHH!!!" amuk lanzhan memberontak dari pelukan papanya.

Ayah jiyang bersimpuh didepan dokter itu dengan air mata mengalir, dengan segera dokter itu membangunkannya.
"Jangan melakukan itu tuan" ujar dokter itu.
"Kumohon selamatkan putraku dokter, aku akan memberikan apapun padamu hiks tolong ampuni orang tua ini dokter" ujar ayah jiyang kembali bersimpuh.

"Detak jantung nyonya muda sangat lemah, saya sudah melakukan berbagai cara yang terbaik tetapi tetap tidak ada perubahan tuan. Bahkan kondisinya semakin melemah" ujar dokter itu dan lagi lagi mendapatkan pukulan dari lanzhan.

Bug

"TIDAKK! KAU DI PEKERJAKAN OLEH RUMAH SAKIT INI BUKAN UNTUK MEMAKAN GAJI BUTAAA!! MASUK DAN SELAMATKAN ISTRIKU!! KAU HARUS MEMBUATNYA SEHAT KEMBALI!!" seru lanzhan menggoyangkan kerah baju dokter itu frustasi.

Dokter itu kembali masuk kedalam ruang oprasi, lanzhan memukulkan kepalanya pada dinding rumah sakit membuat semua orang histeris.
"Jangan lakukan itu nak, mama mohon jangan hiks jangan sakiti dirimu hikss" ujar mama saren dengan tangisan histeris.
"TIDAKK!! AKU TIDAK BISA HIDUP TANPA WEI YING HIKS! MAAA LANZHAN HARUS MELAKUKAN APAA HIKS" seru lanzhan kembali membenturkan kepalanya hingga mengeluarkan darah.

"Lanzhan!!! Hentikan!! Wei ying pasti akan sedih melihatmu seperti ini" tegur Papa Qiren dengan air mata mengalir.
"Kalau wei ying bersedih dia harus kembali untuk menghentikan lanzhan paa!! Suruh dia kembali paaa hikss" pekik lanzhan frustasi.

30 menit berlalu dokter yang menanggani wei ying kembali dengan wajah panik membuat semua semua orang yang ada di sana ketakutan terutama lanzhan.
"Bagaimana? Kau menyelamatkannya bukan? KENAPA KAU MEMASANG WAJAH SEPERTI ITU!!" seru lanzhan.
"Kami sudah mengeluarkan bayinya walaupun sedikit lemah, tetapi detak jantung nyonya muda semakin melambat" ujar dokter itu membuat semua orang semakin histeris terutama lanzhan. Pria itu dengan keras memukul pintu oprasi itu hingga pecah, kemudian masuk kedalam untuk menemui istrinya.

Air mata lanzhan mengalir dengan nafas memburu melihat tubuh istrinya yang terpasang alat alat rumah sakit begitu banyak.
"HIKS WEI YING HIKSS KAU SUDAH BERJANJI TIDAK AKAN MENINGGALKKAN AKU SAYANG. KAU TIDAK BOLEH WEI YING! APA YANG HARUS KULAKUKAN KALAU KAU MENINGGALKANKU SAYANG" Ujar lanzhan memeluk tubuh istrinya.

Dapat lanzhan dengar dari monitor detak jantung istrinya sangat lemah, ia meraung menanggisi tubuh istrinya. Darah dari kepalanya lanzhan mengenai baju rawat istrinya.
"Kumohon sayang jangan melakukan ini padaku dan anak kita, apa yang akan ku katakan pada anak kita saat di menanyakan mamanya hiks. Dia terlalu kecil untuk kehilangan mamanya sayang hiks" lirih lanzhan.

Para perawat yang masih ada di sana menanggis melihat tanggisan dan jeritan dari lanzhan yang kehilangan istrinya, mereka tidak pernah melihat seseorang begitu histeris saat kehilangan.
Para orang tua masuk kedalam dengan air mata mengalir diikuti oleh dokter tadi.
"Kami harus segera melepaskan alat bantu pernafasan nyonya muda sekarang" ujar dokter itu dengan berat hati.
"Maksud anda apa dokter?" Tanya bibi sarah bingung.

"Detak jantung nyonya muda masih ada itu karna bantuan alat pernafasan yang menempel di tubuhnya, jadi ada baiknya kita segera melepaskan alat itu agar tidak menyiksa tubuhnya" ujar dokter itu membuat semua keluarga Wei ying histeris.

Lanzhan menatap bengong wajah istrinya setalah mendengarkan penjelasan dokter, hatinya sudah sangat lelah menanggis. Orang yang selalu mengerti dirinya diambil paksa oleh tuhan.
"Tidak!! Jangan lakukan itu dokter, kumohon. Putra ku masih membutuhkannya" ujar ayah jiyang hesteris.

"Apa yang harus kulakukan wei ying? Apa yang harus ku katakan pada anak kita yang lemah itu" bisik lanzhan terisak.
"Jangan pernah ada yang berani melepaskan alat itu pada tubuh istriku jika tidak ingin mati di tanganku" ujar lanzhan menatap tajam dokter yang hendak mencabut alat pernafasan istrinya.

Beberapa saat kemudian salah satu perawat mengatakan kalau bayi wei ying sudah melewati masa kritisnya, lanzhan yang mendengar itu segera berlari menuju ruangan anaknya. Senyumnya terbit melihat bayi mungil yang ada dalam tabung bayi itu, air mata lanzhan mengalir deras melihat kemiripan anaknya dengan wei ying. Wajah putranya sangat cantik, kulit putih susu, bulu mata lentik walupun mata itu terpejam dan yang paling berkesan adalah titik hitam di bawah bibir putranya sangat terlihat manis di mata lanzhan. Para perawat yang ada di sana terkejut saat lanzhan menggendong bayi kecil itu meninggalkan ruangan rawat bayi menuju ruangan oprasi tempat istrinya tertidur
Orang tua lanzhan dan juga mertuanya yang ada di sana ikut terkejut melihat lanzhan membawa bayinya keruangan oprasi karna bayi kecil itu baru saja melewati masa kritis. Lanzhan merebahkan tubuh kecil putranya di samping wei ying dengan air mata mengalir.

CINTA DAN GENGSI (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang