72

3.3K 297 10
                                    

JANGAN LUPA VOTE!
.
.

Setelah pembicaraannya dengan bibi sarah, lanzhan masuk kedalam kamar mendapati istrinya yang sudah pulas tertidur. Bibi sarah tidak mengatakan yanli mendorong wei ying karna takut urusannya runyam.
Lanzhan pergi kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, wei ying terbangun karna mendengarkan suara air di kamar mandi. Pemuda hamil itu menguap sambil mengucek matanya pelan, menatap sekitaran menemukan tas kerja lanzhan di meja.
"Lanzhan baru pulang" ujar wei ying bersandar di ranjang menunggu suaminya.

Ceklek

Hampir 15 menit lanzhan menyelesaikan acara mandinya, saat keluar dari kamar mandi pria itu mendapati wei ying yang tersuntuk suntuk bersandar di ranjang.
"Tidurlah, jangan menungguku sayang" ujar lanzhan mengambil pakiannya di lemari.
"Lanzhan" panggil wei ying terkejut saat suara lanzhan masuk ketelinganya. Dengan segera ia melebarkan matanya yang tertutup tadi.

Cup

Satu ciuman di daratkan ke dahi wei ying, kemudian melanjutkan sesi berpakainnya di hadapan istrinya tanpa malu.
"Kamu belum makan? Biar aku ambilkan" ujar wei ying hendak turun tetapi di tahan oleh lanzhan.
"Aku tidak lapar, ayo tidur hmm aku sangat lelah" ujar lanzhan merebahkan tubuhnya di samping wei ying.
"Makan dulu lanzhan, nanti perutmu sakit" ujar wei ying melepaskan pelukan suaminya.
"Besok pagi saja sayang, ayo tidurlah tidak baik ibu hamil begadang" ujar lanzhan mengeratkan pelukannya. Sesekali mengelus perut buncit istrinya untuk menyapa calon anaknya.

Pagi harinya lanzhan membangunkan wei ying untuk mengajaknya pulang kerumah, sejak pembicaraannya dengan bibi semalam hati lanzhan tidak nyaman tinggal di rumah mertuanya. Wei ying tidak menolak karna ia tipe tipe istri penurut, saat turun kebawah mereka berpapasan dengan ayah jiyang yang menatap mereka bingung.
"Kalian mau kemana pagi pagi begini?" Tanya ayah jiyang.
"Lanzhan dan wei ying akan pulang ayah, sekarang pekerjaan lanzhan sudah tidak menumpuk seperti sebelumnya" ujar lanzhan menjawab pertanyaan mertuanya.
"Tinggallah untuk sarapan nak" ujar bibi sarah.
"Tidak usah bibi, ayah. Lanzha buru buru mau mengambil sesuatu di kantor sebentar" ujar lanzhan berbohong, bibi sarah paham langsung menengahi.
"Baiklah, jangan lupa berkunjung kemari nak. Hati hati dijalan" ujar bibi sarah.

Wei ying curiga melihat tingkah suaminya yang seakan kurang nyaman tinggal di rumah ayahnya hingga berbohong seperti itu, tetapi ia memilih diam.
"Kalau begitu lanzhan dan wei ying pamit ayah, bibi" ujar lanzhan menyalimi tangan mertuanya.
"A'ying pergi ayah, bibi. Jaga kesehatan kalian" ujar wei ying memeluk ayahnya dan juga bibi sarah.
"Baiklah, jaga kesehatan kalian juga" ujar ayah jiyang pasrah.

Diperjalanan wei ying menatap suaminya dengan tatapan penuh tanda tanya, tadi lanzhan mengatakan akan mengambil sesuatu di perusahaan tetapi mereka sudah sampai dirumah saja.
"Tidak jadi mengambil barang di perusahaan" tanya wei ying saat lanzhan membukakannya pintu.
"Tidak, ayo masuk" ujar lanzhan.
"Aku lihat kamu seperti tidak nyaman di rumah ayah" ucap wei ying saat pinggangnya di rangkul oleh lanzhan.
"Perasaanmu saja, jangan berfikir yang tidak tidak sayang. Tidak baik untukmu dan anak kita" ujar lanzhan lembut.

Hari ini adalah kepulangan mama saren dan juga Papa Qiren ke Amerika, wei ying dengan wajah senang menyuruh para pelayan untuk membuat beberapa cemilan menyambut kedatangan mertuanya. Sebenarnya tadi ia mau turun langsung tetapi lanzhan melarangnya dan malah memarahi para pelayan disana.
Disinilah sekarang wei ying dan lanzhan berada, di ruang tamu dengan buah jeruk di tangannya. Entah mengapa wei ying sangat ingin memakan jeruk ditemani oleh suaminya.
"Lanzhan" panggil wei ying menoel pundak suaminya.
"Ada apa sayang?" Tanya lanzhan menatap wajah istrinya.
"Tolong kupaskan untukku" pinta wei ying dengan tersenyum imut.

Lanzhan yang melihat tingkah istrinya dengan cepat mengapit pipi buntal itu gemas. Semakin hari istrinya ini semakin berisi dan menggemaskan di matanya, dengan tega lanzhan menggigit pipi wei ying kencang membuat wei ying berteriak kesakitan.
"Akhhh,,, sakit lanzhan" rengek wei ying mencoba melepaskan pipinya dari gigitan suaminya.

Cup

"Siapa suruh imut seperti itu" ujar lanzhan mencium bibir istrinya. Kemudian mengambil jeruk yang di sodorkan oleh istrinya, mengupasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah istrinya.
"Lihatlah, pipiku jadi merah karna gigitanmu" keluh wei ying memperlihatkan pipinya.

Lanzhan yang melihat itu segera mengelus pipi istrinya seolah menghilangkan bekas gigitannya. Melihat bibir istrinya yang mengerucut lanzhan langsung melumatnya gemas membuat wei ying memberontak.
"Emhhhh..lan..zhann....emhhhh"

"Jadi seperti ini cara menyambut kedatangan mama dan papa hmm" suara seseorang menghentikan aksi lanzhan dan juga wei ying.

"Mama" gugup wei ying dengan pipi merona.
"Ck, mama ini datang tidak lihat situasi" ketus lanzhan memberikan jeruk yang sudah di kupas untuk istrinya.

Puk

"Dasar anak nakal!" Ujar mama saren memukul kepala anaknya gemas, kemudian mendekati menatunya yang menunduk malu itu.
"Tidak perlu malu sayang, mama dan papa juga sering seperti itu" ujar mama saren membuat papa Qiren yang sejak tadi diam tersedak.
"HAHAHAHAH" tawa lanzhan pecah mendegarkan ucapan mamanya.

Setelah pembicaraan itu mereka semua pergi kemeja makan untuk menikmati hidangan yang sudah di siapkan oleh wei ying.
"Jadi bagaimana sayang, cucu mama tidak rewel bukan?" Tanya mama saren mengelus perut menantunya.
"Tidak ma, dia anak pintar" ujar wei ying tersenyum.
"Baguslah, cucu oma memang pintar. Nanti kalau sudah besar oma belikan motor besar ya" ujar mama saren mengelus perut menantunya.

Dug

Mama saren terkejut kemudian tersenyum senang, satu tendangan di rasakan setelah ia mengatakan akan memberikan motor pada cucunya.
"Wahhh cucuku sangat pintar, dia sudah bisa menendang pa" heboh mama saren, lanzhan yang mendengar itu segera mendekat menyingkirkan tangan mamanya.
"Apa yang kau lakukan nak, mama belum selesai" omel mama saren saat anaknya menyingkirkan tangan nya.
"Lanzhan juga mau merasakan tendangan anakku ma, ini tidak adil! Seharusnya aku yang pertama merasakan tendangan pertama anakku" ketus lanzhan mengelus perut istrinya.

Papa Qiren dan wei ying yang melihat perdebatan ibu dan anak itu menggelang kan kepalanya. Lanzhan fokus mengelus perut wei ying untuk merasakan tendangan anaknya tetapi pria itu mendengus karna tidak merasakannya.
"Kenapa tidak ada?" Kesal lanzhan
"Hahaha, itu tandanya anakmu tidak suka denganmu " ejek mama saren membuat lanzhan mendengus.
"Sayang, suruh dia bergerak" rengek lanzhan pada istrinya.

Wei ying tersenyum canggung melihat suaminya merengek seperti itu, perutnya sudah sangat geli karna elusan suaminya tetapi tetap di tahan agar tidak mengecewakan lanzhan.
"Ajak dia berbicara nak" ujar Papa Qiren menengahi. Lanzhan yang mendengarkan nasehat papanya langsung mengikuti.

"Baby ini ayah, ayo bergeraklah hmm" ujar lanzhan mengelus perut istrinya tetapi tetap tidak mendapatkan respon.
"Tidak mau, kenapa baby nya tidak bergerak" keluh lanzhan cemberut.

Papa Qiren langsung mendekat mengelus perut manantunya, tidak beberapa lama satu tendangan dirasakan pada telapak tangannya membuat Papa Qiren tersenyum haru.
"Dia menendang, anak pintar" ucap Papa Qiren.

"Hahahaha, benar benar dia tidak suka padamu lanzhan. Lihatlah papamu direspon begitu cepat" ejek mama saren tertawa kencang.

Lanzhan dengan kesal menepis tangan papanya, kemudian mencium perut wei ying membuat wei ying dan orang tuanya terkejut.
"Ayolah sayang, apa benar kamu tidak menyukai ayah?" Ujar lanzhan setelah mencium perut istrinya.

Tangan lanzhan kembali mengelus perut istrinya pelan, bibirnya melengkung kebawah saat anaknya lagi lagi tidak merespon. 2 menit lamanya lanzhan mengelus perut istrinya dengan di saksikan oleh orang tuanya.

Dug dug

Dua tendangan di rasakan oleh lanzhan pada telapak tangannya, bibirnya yang semula melengkung kebawah langsung tersenyum sempurna saking senangnya.
"Dia merespon sayang! Dia merespon ku, dia tidak membenciku" heboh lanzhan mencium perut istrinya berulang kali.
"Dia tidak mungkin membenci ayahnya lanzhan" ujar wei ying tersenyum.

Mama saren dan Papa Qiren tersenyum haru menatap anaknya yang kegirangan hanya dengan merasakan tendangan sang buah hati. Sementara wei ying mengelus kepala lanzhan sayang dengan mata berkaca kaca, ia merasa senang bisa melihat kebahagiaan untuk suaminya serta mertuanya.
"Aku sangat senang, sangat! Aku mencintaimu dan anak kita" ujar lanzhan memeluk tubuh berisi wei ying tanpa malu kalau ada mama dan papanya disana.

CINTA DAN GENGSI (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang