71

3K 277 33
                                    

JANGAN LUPA VOTE!!
.
.
.

Sementara di rumah wei ying tengah berkutat dengan alat gambarnya, merasa bosan diam sejak tadi pemuda hamil itu akhirnya memilih menggambar. Pekerjaannya di boutique sudah di ambil alih oleh meymey, wei ying merasa haus menoleh kearah gelas tetapi airnya sudah habis. Dengan pelan ia turun kebawah untuk mengambil air, semenjak kehamilannya ini pemuda itu lebih sering kehausan entah faktor apa.
Sampai di dapur wei ying duduk menuangkan air putih kegelasnya, setelah minum wei ying menuju ruang tamu mencari bibinya. Dapat ia lihat bibinya yang tengah asik menonton tv, dengan pelan mendekat kearah sana, bibi sarah yang melihat ponakannya langsung membantunya duduk.
"Ada apa A'ying? Kenapa tidak istirahat" ujar bibi sarah.
"A'ying tadi haus jadi kebawah untuk minum. Yanli kemana bibi?" Tanya wei ying.

Belum sempat bibi sarah menjawab, yanli datang dari arah luar dengan air mata mengalir membuat bibi sarah dan wei ying khwatir dengan segera mendekat.

"Yanli ada apa? Kenapa menanggis?" Tanya wei ying mendekati adiknya. Tetapi bukannya menjawab yanli malah menatap tajam kakaknya kemudian mendorong tubuh wei ying cukup keras. Untungnya bibi sarah segera menahan tubuh ponakannya yang hampir jatuh kelantai.

"YANLI!!" tegur bibi sarah.
"Kenapa kamu mendorong kakakmu! Dia sedang hamil, bagaimana kalau tidak ada bibi di sini menahannya" ujar bibi sarah.
"KAKAK PANTAS MENDAPATKANNYA!! HIDUPKU HANCUR KARNA KAKAK" seru yanli berlari menuju kamarnya mengabaikan teguran dari bibinya.

Bibi sarah dan wei ying tidak bisa untuk tidak terkejut mendengarkan seruan yanli, dengan pelan bibi sarah menuntun ponakannya untuk duduk.
"Apa ada yang sakit A'ying?" Tanya bibi sarah khawatir memeriksa tubuh ponakannya.
"Tidak apa bibi, ada apa dengan yanli? Apa A'ying membuat kesalahan" tanya wei ying bingung.
"Sudahlah, nanti biar bibi yang bicara dengannya. Ayo bibi antar kekamar" ajak bibi sarah.

Wei ying tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya tentang prilaku adiknya yang dengan tega mendorongnya. Hati wei ying semakin resah, akhir akhir ini memang sikap yanli sering sinis dan ketus padanya. Sementara bibi sarah juga merasakan hal yang sama, setelah mengantarkan wei ying kekamarnya ia mendatangi kamar yanli.

Tok tok tok

Lama ia mengetuk pintu tetapi tidak ada tanda tanda bahwa pintu itu akan terbuka, dengan pelan bibi sarah masuk kedalam kamar ponakannya, bisa bibi sarah liat yanli yang tidur telungkup sembari terisak di ranjang kamarnya. Bibi sarah mendekat tidak lupa menutup pintu, kamar yanli kedap suara jadi pembicaraan mereka tidak akan terdengar.
"Ada apa sayang" tanya bibi sarah mengelus rambut panjang ponakannya.
"Jika ada masalah cerita sama bibi sayang" ujar bibi sarah kembali saat yanli tidak menjawab pertanyaannya.
"Bibi dan ayah selalu menyayangi kakak, kalian tidak pernah menyayangiku" ujar yanli menatap bibinya.
"Apa yang kau bicarakan yanli? Kami menyayangimu" ujar bibi sarah.
"TIDAK! Kalau memang bibi dan ayah menyayangiku, kalian tidak akan membuatku terluka seperti ini" ujar yanli menatap tajam bibinya.

Bibi sarah tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan oleh ponakannya, sementara yanli menatap sinis bibi nya.
"Jika kalian memang menyayangiku kenapa kalian menikahkan kakak dengan lanzhan" seru yanli membuat bibi sarah terkejut.
"Apa maksudmu yanli?" Tanya bibi sarah lirih, ia mulai takut dengan apa yang ada di pikirannya.
"Aku mencintai lanzhan bibi, aku ingin menikah dengan lanzhan! AKU MENC_"

PLAKKKK

Belum selesai yanli menyelesaikan ucapannya tangan bibi sarah sudah mendarat sempurna di pipi yanli, nafas bibi sarah memburu dengan tatapan tidak percaya. Yanli mematung merasakan panas tamparan dari bibinya, air mata wanita itu mengalir.
"Kenapa kau mengatakan itu!!!" Seru bibi sarah menguncang bahu ponakannya.
"Bibi benar benar tidak menyangka kau bisa berbicara seperti itu yanli" seru bibi sarah.

"AKU BERBICARA SEBENARNYA BIBI!! Aku dan lanzhan saling mencintai!! Apa yang salah dari ucapanku! Dari awal lanzhan memang milikku" seru yanli melepaskan tangan bibi nya dari bahunya.

"YANLII!!!" seru bibi sarah.
"Dari awal kau yang menolak perjodohan itu dan meyodorkan kakakmu untuk menikahi lanzhan!! Ingat itu, sadarlah! Lanzhan sudah bahagia bersama kakakmu" seru bibi sarah keluar dari kamar ponakannnya.

Yanli menatap kepergian bibinya dengan perasaan marah, tangannya terkepal kuat dengan nafas memburu.
"Aku akan tetap mengambil milikku" gumam yanli menghapus air matanya kasar.

Sementara bibi sarah yang baru keluar dari kamar yanli merasakan perasaan khawatir pada hubungan wei ying dan juga lanzhan. Apalagi mengingat bahwa lanzhan dulu juga mencintai ponakannya yanli membuat pikiran negatif mulai menjalar di otak bibi sarah.
"Apa yang harus ku lakukan" gumam bibi sarah menuju kamarnya.

**Malam harinya lanzhan pulang dengan keadaan sangat lelah, pekerjaan di kantor sangat banyak. Tetapi saat hendak naik kearah tangga lanzhan berpapasan dengan bibi sarah.
"Bibi belum tidur?" Tanya lanzhan menoleh jam nya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Belum, kamu lembur nak?" Tanya bibi sarah.
"Iya bik, pekerjaan dikantor sangat padat. Kalau begitu lanzhan kekamar dulu bik" ujar lanzhan hendak melanjutkan langkahnya tetapi di tahan oleh bibi sarah.
"Apakah bisa bibi berbicara denganmu nak?" Tanya bibi sarah hati hati.

Lanzhan sedikit bingung melihat raut wajah serius bibi sarah karna tidak biasanya wanita ini seperti ini. Walaupun dirinya merasa lelah tetapi lanzhan mengiyakan ajakan bibi istrinya ini. Dan di sinilah mereka berdua, di meja makan. Bibi sarah menatap lekat wajah menantunya ini dengan perasaan was was, sementara lanzhan merasa canggung karna tatapan menyelidik yang di berikan oleh bibi sarah.
"Ada apa bik? Tidak biasanya mengajakku berbicara serius" ujar lanzhan memecah kecanggunagannya.
"Apa kamu mencintai wei ying?" Tanya bibi sarah menatap lekat menantunya. Lanzhan sangat terkejut mendengarkan pertanyaan seperti itu dari bibi sarah.

"Walaupun lanzhan bukan pria baik, tetapi bibi harus percaya kalau lanzhan sangat mencintai wei ying. Memang dulu tidak, tetapi seiring berjalannya waktu lanzhan mulai menerima keberadaan wei ying bik. Lanzhan tidak berbohong, hidup lanzhan sudah di penuhi oleh wei ying apalagi sekarang kami akan memiliki anak" tutur lanzhan tersenyum tulus. Bibi sarah menatap mata lanzhan seolah mencari kebohongan disana, tetapi yang dilihat hanya pancaran kebahagiaan.

"Apa kamu masih mencintai yanli?" Tanya bibi sarah.

Deg

Jantung lanzhan berdetak kencang mendengarkan pertanyaan bibi sarah, ia bertanya tanya tentang apa yang terjadi disini hingga bibi sarah mempertanyakan hal seperti itu.
"Apa maksud bibi? Kenapa bertanya seperti itu" ujar lanzhan menatap bibi sarah lekat.
"Bibi hanya ingin memastikan" lirih bibi sarah.
"Bibi tidak ingin wei ying terluka terlalu dalam, anak itu sudah cukup terluka selama ini. Tadi pagi bibi bertengkar dengan yanli, dan anak itu mengamuk mengatakan ingin menikah bersamamu. Bibi takut itu terjadi karna dulu kamu mencintai yanli bukan? Sejak dulu wei ying terus mengalah untuk adiknya, apa yang di inginkan yanli selalu terpenuhi tetapi tidak dengan wei ying karna yanli pasti akan menanggis dan merengek mengambil paksa milik kakaknya. Hal itu sudah sering di lakukan oleh kakak jiyang karna saat lahir yanli sakit sakitan hingga kakak jiyang dan kakak ipar bersumpah akan memberikan apapun yang di inginkan yanli yang terpenting yanli sehat. Sebelum kakak ipar meninggal ia sempat berpesan pada A' ying agar terus menyayangi yanli, itu sebabnya A' ying selalu menyayangi dan mengalah pada adiknya" ujar bibi sarah.

Lanzhan mendengarkan semua penjelasan bibi sarah dengan baik.
"Mengamuk? Apa wei ying mendengarnya bik?" Tanya lanzhan khawatir istrinya menjadi banyak pikiran.
"Tidak, kami berbicara di kamar" ujar bibi sarah membuat lanzhan bernafas lega.
"Apa ayah mertua tidak menyayangi wei ying?" Tanya lanzhan
"Kakak jiyang sangat menyayangi A'ying tetapi karna sumpahnya ia lebih mendominan pada yanli dan itu sebabnya anak itu membangkang dan sangat keras kepala karna terlalu di manja" ujar bibi sarah.

"Bibi tidak ingin A'ying mengalah lagi nak, ia sudah cukup menderita selama ini. Bisakah bibi memohon padamu agar tidak meninggalkan ponakan bibi itu" ujar bibi sarah memohong dengan air mata mengalir.
"Bibi apa yang kamu lakukan, tidak perlu memohon seperti itu. Tanpa memohon pun lanzhan tidak akan meninggalkan wei ying, lanzhan sangat mencintainya bik" ujar lanzhan.

Bibi sarah mendengar itu berterima kasih sebanyak banyaknya, jikapun sampai hal yang ia pikirkan terjadi bibi sarah akan menjadi garda terdepan untuk membawa wei ying pergi sejauh jauhnya dari hidup lanzhan.

CINTA DAN GENGSI (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang