32

3.2K 294 13
                                    

Lanzhan hanya diam saat mendengar semua perkataan yang keluar dari mulut wei ying.
"Kenapa kau diam?" Tanya wei ying
"Kau terlalu banyak bicara! Dan aku tidak menyukainya" seru lanzhan
"Lanzhan, aku sudah sangat lelah! Aku tidak tau harus menghadapimu seperti apa lagi" seru wei ying
"Memang itu yang aku inginkan, aku akan membuatmu tersiksa sendiri!" Seru lanzhan
"Kau hanya perlu mengikuti apa yang aku suka dan yang tidak aku sukai! Dan untuk malam ini kau harus ikut aku!" tambah lanzhan
"Tapi_"
"Keluar dari sini! Aku tidak suka mengulangi perkataanku!" Seru lanzhan sudah lelah bersandiwara dengan pernikahan bodohnya ini.

Wei ying keluar dari kamar dengan perasaan kesal, rasanya wei ying sudah tidak betah lagi tinggal bersama lanzhan. Ia pergi ke balkon atas dan duduk menyendiri, itu adalah kebiasaannya selama 2 minggu dirumah ini.
Wei ying melepas kacamatanya dan meletakkannya di meja depannya. Wei ying memejamkan matanya hingga terlihat air mata mengalir di pipi cabby nya.
"Ibu..." lirih wei ying

"Wei ying?" Panggil mama saren mendekati menantunya.
"Mama..." ucap wei ying sambil mengusap air matanya dan memakai kacamatanya kembali.
"Kau suka duduk di sini nak?" Tanya mama saren mengelus kepala menantunya.
"Iya, ma. Disini sangat sejuk" ucap wei ying sambil tersenyum.

"Nanti malam kau harus ikut acara itu" ucap mama saren
"Tapi ma_"
"Lanzhan mengajakmu, dan untuk bulan madunya bisa kita undur bulan depan yaa, karna lanzhan masih belum bisa meninggalkan pekerjaaannya" jelas mama saren tapi wei ying hanya terdiam.

Malam harinya wei ying duduk di meja rias dengan tangan tangan wanita paruh baya itu yang memberikan sedikit polesan pada wajah cantik menantunya. Wei ying menatap datar wajahnya di dalam cermin yang ada di depannya.
'Aku sungguh tidak tertarik bertemu mereka semua' batin wei ying

"Sayang, kenapa cemberut begitu? Ayo tersenyum. Kau sangat manis jika tersenyum nak" ucap mama saren dan menyuruh menantunya berdiri dan merapikan kemeja yang di pakai kan pada menatu cantiknya ini.
"Kau sangat cantik nak, mama saja heran bagaimana bisa laki laki bisa secantik ini! Mama sangat iri, lihatlah pipimu yang besar itu, lesung pipimu yang manis, alis tebal, kulit putih susu, dan jangan lupakan mole di bibirmu sangat seksiihhh. Waahhhhhhh mama sangat iri" heboh mama saren memuji menantunya yang amat sempurna itu

Memang benar apa yang di katakan nyonya saren, penampilan wei ying sangat sempurna dengan kemeja putih yang melekat di tubuh rampingnya, serta celana hitam yang pas tapi mencembung bagian belakang karna pantat bohay milik menantunya. Terlebih lagi wei ying tidak memakai kacamatanya karna nyonya saren sudah menggantinya dengan soflen minus.

Terdengar suara langkah kaki yanag masuk ke dalam kamar mama saren hingga membuat dua orang tersebut menoleh.
"Ma..."
"Mama tolong kancingkan lengan bajuku" teriak lanzhan dengan kedua mata nya yang sibuk mencoba memasang lengan kancing bajunya.
"Apa sih, jangan teriak teriak nak" ucap mama saren membuat lanzhan mengangkat kepalanya.
"Ini ma, to_" ucapan lanzhan terhenti karna melihat penampilan wei ying. Kedua mata beradu pandang dengan wei ying, namun wei ying lebih dulu membuang wajahnya acuh.
"Nak, ada apa?" Tanya mama saren
"Ehmmm, ma tolong kancingkan lengan kemeja ku" ucap lanzhan yang masih terus menantap wei ying tanpa henti.

"Wei" panggil mama saren, wei ying yang sudah paham pun mengiyakannya.

Wei ying mendekati lanzhan dan mulai memasangkan kancing lengan kemeja suaminya, kedua mata lanzhan tak pernah berhenti untuk menatap wajah cantik istrinya. Mama saren yang melihat reaksi lucu anaknya tersenyum puas.
"Sudah" ucap wei ying melepaskan pergelangan tangan suaminya.

"Bagaimana nak, istrimu sangat cantik bukan? Bahkan wanita pun kalah karna kecantikan menantu pilihan mama" ucap mama saren sambil terus memuji menantunya.

Lanzhan tidak menjawab pertanyaan mamanya, karna ia masih sibuk memperhatikan wei ying yang terus memalingkan wajah darinya.

CINTA DAN GENGSI (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang