67

3.1K 267 21
                                    

JANGAN LUPA VOTE!!

Pagi harinya wei ying dan lanzhan sudah bersiap untuk mengantar mama dan papa nya kebandara seperti yang semalam di bicarakan, sebenarnya lanzhan sempat melarang wei ying untuk ikut karna takut istrinya kelelahan tetapi wei ying menolak.
"Jaga diri kalian sayang, dan untuk menantu mama ini jangan melakukan hal hal yang membuatmu lelah!" Ujar mama saren memeluk menantunya.
"Iya maa, kabari wei kalau sudah sampai disana dan titip kan salam wei untuk nenek" ujar wei ying tersenyum.
"Baiklah, bolehkan mama mengatakan sesuatu?" Ujar mama saren penuh harap.
"Katakan saja ma" ujar lanzhan.
"Mama minta kau istirahat di rumah selama kehamilanmu nak, urusan boutique mu suruh saja orang kepercayaanmu. Mama tidak ingin kau kelelahan sayang" pinta mama saren mengelus kepala menanatunya.

Wei ying terdiam mendengar permintaan mertuannya, kemudian menatap suaminya yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan mereka.
"Tenang saja ma, lanzhan tidak akan membiarkan wei ying bekerja untuk sementara waktu sampai ia melahirkan" ujar lanzhan menengahi, wei ying hendak protes tetapi melihat tatapan tajam suaminya membuatnya bungkam.
"Baiklah papa dan mama berangkat, jangan menyakiti istrimu lanzhan" pinta papa Qiren sebelum masuk kedalam pesawat bersama istrinya.

Setelah kepergian orangtuanya lanzhan mengajak wei ying untuk mengunjungi mertuanya, di perjalanan wei ying tidak berbicara sedikitpun membuat lanzhan bingung.
"Kau keberatan dengan keputusanku?" Tanya lanzhan.
"Pekerjaanku di boutique sangat banyak lanzhan dan tidak bisa di tinggalka begitu saja" keluh wei ying
"Itulah yang tidak ku sukai, suruh saja si meymey itu mengurusnya! Kamu masih boleh menggambar di rumah sayang tetapi harus dalam waktu sebentar" tutur lanzhan.
"Baiklah" pasrah wei ying.

Sesampainya di rumah mertuanya mereka berdua berjalan masuk sembari bergandengan, yanli yang baru turun dari tangga melihat itu menatap mereka lekat.
'Kenapa kakak selalu beruntung dan selalu di sayangi oleh orang orang' batin yanli.

'Seharusnya aku yang berada di posisi itu, kalau bukan karna aku kakak tidak akan menikah dengan lanzhan' batin yanli melengos kembali kedalam kamar.

Wei ying dan lanzhan di sambut hangat oleh ayah jiyang, mereka berbincang di runag tamu dengan bibi sarah yang membawakan aneka cemilan kesukaan ponakannya. Sebenarnya niat lanzhan mengajak istrinya kemari karna ia akan pergi kekantor, tidak mungkin ia meninggalkan istrinya di rumah ya walaupun banyak pelayan di sana. Tetapi akan lebih bagus jika mertua dan bibi sarah yang menemani istrinya jadi ia tidak perlu khawatir.
"Ayah, bibi, aku menitipkan wei ying disini sebentar karna lanzhan harus berangkat ke kantor. Apakah tidak masalah?" Tanya lanzhan menatap mertuanya
"Kamu ini bicara apa nak tentu saja ayah tidak masalah. Ayah justru senang jika A'ying di sini" ujar ayah jiyang.
"Betul nak, apalagi A'ying sedang mengandung. Tidak baik jika dia di tinggal sendirian tanpa pengawasan, takutnya terjadi sesuatu yang buruk" ujar bibi sarah.
"Kalau begitu lanzhan berangkat dulu ayah, bik" pamit lanzhan kemudian tanpa malu mencium kening istrinya.

Wei ying yang di cium seperti itu menundukkan kepalanya malu, apalagi di depannya sedang ada ayah dan juga bibinya. Lanzhan yang melihat itu terkekeh setelah itu menyalimi mertuanya kemudian pergi.
"Ayo nak bibi antar kekamar" ujar bibi sarah.
"Bibi, A'ying cape jika terus di kamar. A'ying ingin memasak saja" ujar wei ying.
"Kamu harus banyak istirahat nak" ujar ayah jiyang.
"Nanti saja ayah, oh ya di mana yanli?" Tanya wei ying menatap sekitaran karna sejak tadi ia tidak melihat adiknya.
"Mungkin di kamar" jawab bibi sarah.
"Apa A' ying boleh menemui yanli ayah?" Tanya wei ying.
"Pergilah, sepertinya adikmu sedang ada masalah karna beberapa hari ini dia jarang keluar kamar" jelas ayah jiyang.

Wei ying mendengar itu segera pamit menuju kamar adiknya, sampai di depan kamar adiknya wei ying mengetuk pintu menunggu adiknya keluar.

Ceklek

Wei ying tersenyum menatap adiknya tetapi tidak dengan yanli, ia menatap kakaknya sinis.
"Kenapa kakak kemari" ujar yanli menatap wei ying dari atas hingga bawah kemudian berhenti di perut kakaknya.
"Jangan terus bersedih karna pria itu sayang, pria itu tidak pantas di tangisi olehmu" ujar wei ying hendak mengelus kepala adiknya tetapi yanli langsung menepis tangan kakaknya kasar.

"Ada apa dek?" Tanya wei ying kaget mendapatkan perlakuan kasar adiknya. Yanli memang sering melawannya tetapi anak ini tidak pernah sekalipun bermain fisik.
"INI SEMUA KARNA KAKAK!!!" seru yanli menatap tajam kakaknya.
"Apa yang kamu katakan dek?" Tanya wei ying bingung.

Yanli tidak mengubris pertanyaan wei ying dan malah membanting pintu kamarnya dengan kencang membuat wei ying terkejut. Mendengar suara gubrakan ayah jiyang dan bibi sarah dengan cepat naik keatas untuk melihat apa yang terjadi. Mereka takut terjadi sesuatu yang buruk pada wei ying.
"A'ying ada apa nak?" Tanya ayah jiyang memeriksa tubuh anaknya yang mematung.
"Mana yang sakit nak? Katakan pada ayah?" Tanya ayah jiyang lagi saat tidak menadapatkan jawaban dari anaknya.
"A'ying?" Panggil bibi sarah

"E_m..tidak apa ayah" ujar wei ying.
"Tadi bibi mendengar bunyi dubrakan kencang, apa yang terjadi?" Tanya bibi sarah.
"Tidak apa bibi, ayah. A'ying ingin kekamar dulu mau istirahat. Tiba tiba kepala A'ying pusing" ujar wei ying tersenyum pada ayah dan bibinya.

Ayah jiyang dan juga bibi sarah menatap punggung wei ying yang hampir menghilang. Mereka tau jika wei ying pasti menyembunyikan sesuatu pada mereka, kemudian menatap kearah pintu kamar yanli.

CINTA DAN GENGSI (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang