41

3.6K 297 9
                                    

Wei ying berjalan sembari memperhatikan tangannya yang di genggam erat oleh lanzhan.
'Apa kepalanya tadi habis terbentur hingga mau menggenggam tanganku?" Batin wei ying

Lanzhan mengajak wei ying berkeliling swiss seharian penuh, wei ying nampak senang karna ia tidak pernah pergi tranveiling kemanapun. Ia lebih suka berdiam diri dikamar sambil membuat design atau melakukan hal hal yang ia sukai. Memang pernah wei ying berpergian ke luar kota, tapi itu hanya untuk menghadiri acara penting yang menyangkut pekerjaannya, tidak seperti liburan seperti sekarang ini.

Lanzhan mengajak wei ying membeli roti yang terlihat ada di seberang jalan sana. Ditoko roti itu, lanzhan dan wei ying membeli beberapa potong roti kemudian duduk dikursi yang ada di halaman bangunan itu sembari istrirahat.
Lanzhan memperhatikan istrinya yang tengah memakan roti sembari matanya yang tidak berhenti berdecak kagum melihat pemandangan disekitar sana.

"Seperti tidak pernah jalan jalan saja" ucap lanzhan terkekeh menatap gemas wei ying kemudian mengeluarkan ponselnya dan memotret wei ying secara diam diam yang tengah fokus menghabiskan rotinya.
"Lanzhan, apa yang kau lakukan?" Tegur wei ying menatap lanzhan yang mengarahkan ponsel kearahnya.
"Eh, tidak" gugup lanzhan hampir ketahuan mengambil foto. Bisa malu dia kalau ketahuan mengambil foto istrinya.
"Lanzhan, ternyata liburan sungguh menyenangkan, rasanya beban pikiranku sedikit menghilang" ujar wei ying senang.
"Memangnya kau memiliki beban apa?" Tanya lanzhan bingung.
"Beban menikah denganmu" ceplos wei ying begitu saja.
"Apa kau bilang! Coba ulangi!" Ujar lanzhan menarik pipi wei ying kesal.
"Aduh, aduh aku cuma bercanda" kilah wei ying melepaskan cubitan tangan lanzhan.
"Kalau memang benar iya tidak apa apa, palingan saat di hotel nanti aku akan memakanmu hingga habis sampai tidak bisa berjalan" seru lanzhan
"Eh, tidak lanzhan aku hanya bercanda. Kenapa kau begitu menyeramkan hehe" ucap wei ying seraya menggelayuti tangan lanzhan.
"Hmm, apa kau tidak pernah berlibur?" Tanya lanzhan mengusap keringat di dahi istrinya.
"Iya" singkat wei ying
"Pantas saja"
"Pantas apanya?" Bingung wei ying
"Kampungan!" Seru lanzhan membuat wei ying cemberut. Lanzhan yang melihat itu jadi gemas sendiri.

"Lain kali aku akan mangajakmu liburan setiap bulan biar kau tidak kampungan" ujar lanzhan
"Setiap bulan? Benarkah? Janji?" Ujar wei ying menaikan satu kelingkingnya mengajak lanzhan untuk berjanji.
"Iya, dasar cerewet" ucap lanzhan mengaitkan kelingkingnya.

Lanzhan dan wei ying berjalan bergandengan mencari kafe terdekat karna sudah waktunya makan malam. Disekitar sana banyak sekali cafe klasik tapi ada salah satu cafe yang membuat lanzhan tertarik untuk mengunjunginya. Di cafe itu lanzhan dan wei ying memesan makanan, mereka duduk saling berhadapan bak orang tengah pacaran.

"Pemandangannya sangat bagus" ujar wei ying tersenyum mentap sekitaran cafe. Tapi tiba tiba senyum pemuda manis itu redup.
"Kenapa?" Tanya wei ying yang pandangannya tidak lepas dari wajah manis istrinya.
"Seandainya ibu dan yanli ada disini pasti mereka sangat senang" ujar wei ying menahan air matanya agar tidak menetes.
"Kau merindukan ibumu?" Tanya lanzhan menatap wei ying
"Sangat" singkat wei ying.
"Ibumu selalu di hatimu jadi jangan sedih" hibur lanzhan mengelus kepala wei ying. Wei ying yang dielus kepalanya menjadi salting dengan jantung dak dik dug.

CINTA DAN GENGSI (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang