Jangan lupa vote!!
.
.
.Saat ini lanzhan sedang menyuapi istrinya bubur, mata pria itu terus menatap wei ying dengan raut wajah bahagia. Sementara wei ying menatap suaminya sembari memikirkan apa yang di ucapkan adiknya sebelum ia terjatuh.
"Kenapa sayang? Apa yang kamu pikirkan hmm?" Tanya lanzhan menggenggam tangan istrinya.
"Apa kamu mencintai yan_"
"Wei ying! Sudah beribu kali aku mengatakan padamu kalau aku mencintaimu! Sangat, apa kau tidak tau betapa gilanya aku saat dokter itu mengatakan kalau kamu tidak bisa di selamatkan? Tolong jangan ragukan perasaan ku sayang" ujar lanzhan dengan mata memerah mengingat kejadian semalam membuatnya begitu trauma.
"Lanzhan jangan menanggis, aku percaya sangat percaya padamu" ujar wei ying berkaca kaca.Cup
Satu ciuman di diberikan oleh lanzhan pada bibir pucar istrinya membuat wei ying tersenyum, tetapi acara mesra mesra itu di hentikan oleh tangisan kencang bayi mungil di dalam box samping. Lanzhan dengan panik mendekati putranya kemudian perlahan menggendongnya, dan anehnya saat sudah berada di gendongan ayahnya bayi mungil itu malah tersenyum menatap wajah ayahnya.
"Ey kenapa jadi tersenyum seperti itu hmm? Apa kamu senang di gendong ayah?" Ujar lanzhan menoel pipi besar anaknya.Wei ying menatap haru pemandangan itu, kebahagianya sudah lengkap sekarang. Lanzhan mendekat kearah wei ying memperlihatkan wajah cantik anaknya.
"Lihatlah, dia sangat mirip denganmu. Bahkan seluruh wajahnya tidak ada menyamaiku" ujar lanzhan pura pura merajuk.
"Tapi dia suka berada di dekatmu lanzhan" lirih wei ying mengelus kepala anaknya lembut.
"Tentu saja, dia kan anakku yang paling pintar. Jadi ayo berikan nama yang indah pada putra cantik kita" ujar lanzhan senang.
"Bagaimana kalau namanya xiao zhan?" Tanya wei ying menatap suaminya.
"Bagus, Lan Xiao Zhan" tambah lanzhan mencium pipi merah anaknya gemas dan di sambut kekehan lucu anaknya.
"Aku dari tadi bertanya tanya kenapa dengan keningmu lanzhan?" Tanya wei ying.
"Bukan apa apa, jangan di pikirkan sayang" ujar lanzhan.Lanzhan membaringkan putranya di pangkuan istrinya dengan pelan, bayi mungil itu menggerakkan kepalan tangannya kedada wei ying membuat lanzhan tersenyum.
"Sepertinya dia haus, biar ku panggilkan perawat dulu" ujar lanzhan keluar.Setelah kepergian lanzhan, wei ying menatap putranya yang menatapnya berkedip kedip lucu. Lihatlah betapa manisnya bayi mungilnya ini, siapa pun yang melihat pasti akan terpesona.
"Lucunya, mama ingin sekali mencubit pipimu sayang" ujar wei ying gemas.Cukup lama wei ying menunggu kedatangan suaminya, hingga terdengar suara pintu terbuka memperlihatkan mertuanya yang datang dengan raut wajah bahagia. Mama saren yang melihat menantunya sudah sadar dengan senang mendekat kemudian memeluk tubuh wei ying sembari terisak.
"Terimakasih sudah kembali sayang, mama benar benar tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau sampai kamu meninggalkan kami" bisik mama saren.
"Jangan menanggis ma, semuanya sudah baik baik saja sekarang. Dan wei berterimakasih atas doa kalian semua yang membuat wei bisa bertahan sampai sekarang" ujar wei ying mengelus punggung mertuanya lembut.Mama saren melepaskan pelukannya kemudian menatap cucunya yang tampak tidak terganggu dengan tangisannya. Tangannya terulur menyentuh pipi cucunya yang merah itu dengan gemas, sementara Papa Qiren menatap keduanya dengan tersenyum. Walaupun Papa Qiren tidak banyak berbicara tetapi wei ying tau kalau mertuanya itu ikut senang melihatnya sehat.
"Oh ya, mana lanzhan sayang?" Tanya mama saren yang sejak tadi tidak melihat keberadaan anaknya.
"Lanzhan sedang mencari susu untuk xiaoxiao ma" jawab wei ying sembari memperbaiki posisi gendongan bayinya.
"Xiaoxiao?" Bingung mama saren.
"Aku dan lanzhan sepakat memberinya nama xiao zhan, Lan xiao zhan dan panggilan sayangnya Xiaoxiao" ujar wei ying menjelaskan.
"Wah nama yang cantik sekali, apa boleh mama menggendongnya?" Tanya mama saren penuh harap.Wei ying mengiyakannya membuat mama saren berbinar, dengan pelan ia mengambil cucunya agar tubuh bayi itu tidak sakit. Papa Qiren segera mendekat untuk melihat cucu pertamanya, bayi mungil itu menatap lucu oma dan opa nya. Tiba tiba bibir bayi itu melengkung membuat mama saren dan juga Papa Qiren bingung, tanpa di duga tangisan xiaoxiao kecil menggema di ruangan itu membuat mama saren panik begitupun Papa Qiren.
Mama saren mencoba menimang nimang cucunya tetapi bayi mungil itu seakan tidak menghiraukannya, tangisan nya malah semakin keras membuat wajah bayi xiaoxiao itu memerah. Mama saren hendak mengembalikan cucunya kepada wei ying tetapi terhenti karna mendengar suara pintu terbuka kencang.
"Ada apa? Kenapa xiaoxiao menanggis" panik lanzhan mendekat dengan menenteng susu di tangannya.
"Sepertinya dia sangat haus lanzhan" ujar wei ying.Lanzhan segara memberikan susu itu pada mamanya, tetapi tangisan bayi mungil itu tidak berhenti bahkan susu yang disodorkan oleh oma nya di tolak membuat mama saren bingung. Dengan pelan lanzhan mengambil anaknya dari gendongan mamanya, dan ajaibnya bayi mungil itu langsung terdiam setelah menatap wajah ayahnya.
Dengan lembut lanzhan memasukkan dot susu itu kemulut mungil anaknya, mereka semua di buat gemas dengan cara bayi mungil itu yang dengan rakus menyedot susu yang diberikan oleh ayahnya. Bahkan ada yang keluar dari mulut mungilnya saking rakusnya bayi itu menyusu.
"Sepertinya xiaoxiao sangat menyukai mu nak" ujar Papa Qiren yang sejak tadi menyaksikan kejadian di depannya.
"Tentu saja, siapa yang bisa menolak pesona ayah xiaoxiao hm" ujar lanzhan bangga membuat mereka semua geleng geleng kepala.Tangan mungil bayi xiaoxiao bergerak gerak keatas dengan mulutnya tanpa henti menyedot susunya membuat semua orang yang menatapnya memekik gemas. Mama saren hendak menoel pipi cucunya langsung di hentikan oleh lanzhan.
"Mama hanya ingin menyentuhnya sedikit nak, kenapa pelit sekali" ujar mama saren kesal.
"Pipinya bisa sakit ma! Lihatlah pipinya sudah merah" ujar lanzhan overprotektif.