VOL. [2] - 4 - Uap Mengepul-ngepul

34 5 0
                                    

Makasih yg nungguin. Lg byk yg hrs diurus; tp saya tetep berusaha secepat mgkn. Tau ada kalian yg baca, bikin saya push nulis trs. Enjoy ❤️
- Kahala -
_______________

Sumi memungut sesuatu dari ubin teras samping rumah. "Ini apaan, Bu??"

"Oh, dari Bimo. Baik, ya? Seneng banget Ibu!"

"Kapan ngasihnya?" Sumi mengernyit.

"Pas nunggu nganter Mbah; di Gambir. Sini; sini." Tangan Ibu mengisyaratkan meminta.

Dengan ragu, Sumi mengembalikan kartu plastik bertuliskan 'Visa Infinite' di sudut kanan bawahnya. Mual rasanya.

"Dia bilang, nggak, buat apa?" kulik Sumi, berusaha menjaga intonasinya tetap tenang.

"Katanya sesuka Ibu mau dibelanjain apa, Nduk." Mata Ibu berbinar-binar, sedikit menerawang seolah sedang merencanakan barang-barang yang akan dibelinya.

Setelah berpamitan dengan Ibu, Sumi bergegas kembali ke mobil. Bimo yang menunggu di luarnya tampak bingung melihat ekspresi istrinya saat membukakan pintu.

"Sayang, ada apa?" tanya Bimo sembari memasang sabuk pengaman.

Pelipisnya mengencang, Sumi bertanya, "Bim, kamu ngasi kartu kredit ke Ibu?"

"Iya; why?"

"Kok nggak nanya aku dulu?"

"Apa masalahnya?"

"Bim." Sumi berusaha melembutkan suaranya. "Kamu, kan, tau utang kemarin itu karena apa ...."

"Well, yeah; makanya aku kasi yang lokal." Bimo melajukan mobil. "Limit-nya kecil, kok."

"Visa Infinite? Emang berapa?

"Well." Bimo mengerem mengantisipasi ibu-ibu tak berhelm yang--tanpa lampu sinyal--meliukkan sepeda motor di depannya. "1 M."

"Hah? Bim!" protes Sumi.

"What?" Bimo meliriknya.

Itu.

Hanya sepersekian detik.

Namun, bawah sadar Sumi menangkapnya lagi; sesuatu di pandangan tajam itu yang langsung membuatnya menjepit bibirnya rapat. Wajahnya diputar menghadap depan; tangan terkepal di pangkuan.

Sikapnya tak luput dari perhatian Bimo. "Sayang? Kamu marah?"

Istrinya hanya bergeleng pelan; tanpa menoleh.

"Ehm, ada mau jalan kemana; atau mau balik ke hotel?"

"Terserah kamu," jawab Sumi halus.

Mereka mengantri di lampu merah perempatan besar.

"Hei." Bimo meraih ke kiri, menggenggam tangan Sumi yang terkepal. "Kamu marah; aku tahu." Lembut ditariknya jemari bercincin ganda itu ke bibirnya, lalu diciumnya. "Karena kartu kredit tadi?"

Walau hati campur-aduk, Sumi melunakkan wajahnya; melemaskan kepalannya.

"Salahnya di mana: aku mau nyenengin ibumu?" tanya Bimo.

Lampu perempatan berubah hijau.

Sumi menoleh; tersenyum sopan. "Nggak salah, Bim."

"Beneran?"

Dijawab anggukan oleh Sumi.

"Good." Bimo balas tersenyum; menyentuh dagu istrinya sekilas. "Oke; kita balik ke hotel."

Sumi mengangguk lagi; senyumnya makin mengembang.

Mudah baginya begitu.

* * *

Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang