A/N - Bab ini tegang, ya. Saran saya, nunggu rileks kl mau baca. Enjoy ❤️
- Kahala -
________________Sumi tercengang.
Salah pahamkah dia?
Dibacanya kalimat yang sama sekali lagi. Lalu, lagi. Tidak, pemahaman dia sudah betul.
Ditelitinya lagi pelan-pelan, tiap kata di bagian ketentuan-ketentuan kesepakatan. Tertera:
'1. PIHAK PERTAMA mengakui telah menerima uang tunai sebesar Rp. 873.000.000,- (delapan ratus tujuh puluh tiga juta Rupiah) secara bertahap dari PIHAK KEDUA, yang mana uang tersebut adalah hutang atau pinjaman.
2. PIHAK PERTAMA berjanji akan membayar lunas hutang uang tersebut kapan saja ia mampu hingga akhir masa tenggat 4 (empat) tahun terhitung sejak ditandatanginya perjanjian ini.'
Sumi melihat sudut kanan atas halaman pertama; tertanggal 8 April empat tahun yang lalu.
Badannya membeku.
Hari ini tanggal 17 Maret.
Tiga minggu lagi ...?
Dengan kepala mulai berkunang-kunang, Sumi lanjut membaca ketentuan-ketentuan perjanjian yang telah disepakati:
'3. PIHAK PERTAMA bersedia memberikan barang jaminan yakni berupa bangunan rumah tempat tinggal dan bidang tanah miliknya di ....'
Alamat yang tertera adalah rumah mereka.
Rumah ini.
Mata memburam, dan jantung kian berpacu, ia mulai baca melongkap-longkap; hanya melambat pada intisarinya.
'... kuasa kepada PIHAK KEDUA, untuk mengambil dan menguasai rumah dan tanah ....'
'... dalam rangka melunasi hutang PIHAK PERTAMA.'
Ketentuan selanjutnya membuatnya lemas.
'... wajib membayar bunga atas pinjaman ... 32 % (tiga puluh dua persen) per bulan hingga pelunasan ....'
'... yang dikenakan bunga ... sisa hutang yang belum dibayar ....'
Bodohnya dia; tentu saja berbunga! Orang semacam Tjahjo, memperkerjakan preman-preman sebagai bawahan; tentu saja akan mengambil untung ketika meminjamkan uang.
Sumi menilik lembaran kedua.
Apa ...?
Lekas ia mengecek lembar ketiga dan keempat.
Sekujur tubuhnya gemetaran sekarang. Sungguh ingin mati rasanya.
Tiap lembaran adalah perjanjian utang yang tertanggal tiap selang setahun. Hanya utang setelah Maret tahun lalu hingga belakangan yang belum dibuatkan perjanjiannya.
Semuanya dengan ketentuan serupa. Jaminan yang sama. Bunga yang sama. Tanggal jatuh tempo yang sama: tiga minggu lagi.
Namun, kenapa baru tahun ini jatuh temponya?
Sumi memeluk dirinya sendiri dengan jemarinya yang sedingin es; tetapi, tidak berpengaruh menenangkan gemetar kekalutan pikirannya; atau menghentikan kamarnya berputar-putar. Seolah-olah setiap sel tubuhnya pun paham akan krisis ini.
Pandangannya nyalang. Napasnya sesak.
Duh, Gusti ....
Apa yang harus dia lakukan?
* * *
"Oh, iya, betul. Ibumu baru nunjukin?" cibir Tjahjo sambil mengembuskan asap rokok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]
Romance[𝚅𝚘𝚕. 𝟷 𝙳𝙾𝙽𝙴] Mahasiswi UI, Sumi, dipaksa ibunya pakai kebaya, sanggulan, dan berdandan layaknya ke kondangan enam hari dalam seminggu. Itulah tradisi bisnis bakwan pusaka keluarganya terlepas panasnya Jakarta Timur. Hal yang kerap mengundan...