VOL. [2] - 33 - Petai Bakar

39 6 14
                                    

A/N - Apa kabar? Molornya keterlaluan, nih. Maafin saya, ya 🙇🏻‍♀️. Rempong, krn mendadak keluarga hrs pindah domisili ribuan km jauhnya, dikit bgt wkt buat nulis.

Moga2 masih nungguin. Makasih, ya. Enjoy ♥️
4 K words

- Kahala -
____________

Sumi sempat meragukan penglihatannya, sampai lupa bernapas; mematung di muka garasi luar sebuah rumah. Mustahil halusinasi efek sengatan matahari, sebab tengah hari itu, mendung langit Jakarta Utara.

Di seberang luar pagar rumah itu, berdiri lelaki tegap berbrewok tipis, di sisi mobil sedan biru gelap kehitaman metalik.

Kenapa dia di sini? Bagaimana bisa di sini??

"Bang Andi?" Dia yakin lelaki itu menangkap keheranan dalam sapaannya. "Ngapain di sini?"

Andi tersenyum tipis, sedikit memunculkan lesung pipitnya. "Bimo ngirim aku jemput kamu pulang, Non."

Sial. Masih saja suara dalam itu melonjakkan hati.

"Bimo, kan, nggak tau aku di sini, Bang." Sumi menyipit, berusaha menenangkan diri. "Abang tau dari mana?" Baterai ponselnya habis pagi tadi, tak lama setelah pesan teks aneh itu; jadi tak mungkin melalui lacak ponsel, 'kan?

"GPS taksi yang kamu tumpangin tadi."
(Global Positioning System - sistem navigasi geolokasi berbasis satelit)

"Tetep nggak masuk akal, gimana bisa tau aku naik taksi itu? Aku berhentiin di jalan raya, bukan pesen; bayar juga tunai. Lagian, kenapa jadi Abang yang kemari?" cecar Sumi.

Dia sadar bereaksi defensif, sebab ... seperti tepergok rasanya. Apakah karena video itu lagi? Masa Andi tahu dirinya menemukan petunjuk dari Bapak? Padahal, baru kemarin, dan hanya dirinyalah yang tahu.

Namun, keberadaannya sampai bisa terlacak di rumah berpapan pengenal di dinding beton pagarnya.

Alih-alih menjawab, Andi membukakan pintu penumpang belakang. "Ayo, aku anter kamu pulang." Menghampiri Sumi, tangannya terulur ke arah kurungan portabel plastik Gajah tentengannya—sibuk mengeong-ngeong. "Bimo harusnya udah di rumah."

Suaminya sudah pulang? Saat tengah hari?

Sumi mundur selangkah, menggeleng. "Makasih, Bang, tapi aku bisa pulang sendiri."

Terpaksa dia mengurungkan rencananya, untuk ke lokasi berikutnya.

"Naik apa?" Andi bertanya kalem. "Harus taksi atau rideshare mobil, 'kan?"
(layanan seperti taksi perseorangan berbasis aplikasi)

Betul. Tak ada transportasi umum dari Jakarta yang menyambung ke sana. "Kenapa emangnya? Aku biasa begitu, kok."

"Sekota nggak ada yang beroperasi sejak jam sembilan seperempat, Non."

"Hah? Gimana bisa?"

"Kamu sempet baca SMS aneh jam 8.08?" tanya Andi, seraya merogoh ponsel dari saku.

Dahi Sumi mengerut. "Kok ... Abang tau aku nerima SMS aneh?"

"Ini, 'kan?" Pesan teks panjang terpampang di layar ketika Andi menyodorkan ponselnya ke Sumi.

"Lho, Abang juga dapet?" Menerima ponsel Andi, kerutan dahi Sumi mendalam; terlebih lagi ketika membaca pesan teks itu.

Persis dengan yang diterimanya hampir empat jam yang lalu.

Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang