VOL. [2] - 14 - Kalau Bakwan Coak

38 7 10
                                    

A/N - Akhirnya kelar juga. Ini secepat2nya saya. Masih pd sakit, tiap hr bersihin muntah 🤢 Rada panjangan nih, biar pd seneng. Thanks udh nungguin 🙇🏻‍♀️ Enjoy ❤️
- Kahala -

Andi tidak mengantisipasi tindakan Bimo; dia yakin Jaka pun tidak.

Dua detik dia tercengang, sebelum refleks mendorong Bimo keras menjauhi Jaka. Dia memasang badan di antara kedua lelaki itu; menyamping, agar keduanya bisa dimonitornya dengan mudah, serta memungkinkan respons cepat jika dibutuhkan.

"Bim!" bentaknya, suara yang jarang sekali digunakannya. Menyadari itu, segera ia kendalikan napasnya, juga agar pacu jantungnya memelan.

Kepanikan adalah musuh terburuk.

"Well, dia udah sepakat, 'kan?" jawab Bimo dengan nada sekalem ekspresinya; dia hendak maju lagi ke arah Jaka.

"Diem di situ, Bim," kata Andi yang bersuara lebih tenang, diperkuat oleh isyarat tangannya. Dia beralih kepada Jaka, yang tampak mengernyit memandang pisau yang menancap di tengah-tengah perutnya.

Setidaknya, lelaki itu terlihat masih syok; kemungkinan rasa sakit masih diblok oleh otaknya.

Bilah itu terhujam hingga ke pangkalnya; berarti, Bimo serius.

Cairan gelap terlihat mulai pelan merembesi kaus kelabunya di sekitar pinggiran bilah itu.

"Apa-apaan ...," akhirnya Jaka berucap, jelas tersirat kebingungan di suaranya. Meskipun begitu, matanya kini kembali dingin dan berfokus, lurus menatap Bimo, lalu Andi berganti-gantian. "Sialan. Kalian ... berkomplot?" Perlahan dia mundur ke arah keluar. Wajahnya meringis-ringis dengan tiap gerakan kakinya.

"Sori, Jaka," ucap Bimo, berusaha maju kembali. "Ini cara paling cepet."

"Ini ngelanggar aturan kita, Bim!" tegur Andi, mendelik singkat ke Bimo, dan kembali ke Jaka. Dia melihat rembesan darah mulai meningkat. "Jaka, lo harus duduk, Bro."

"'Bro' 'pale lo! Mundur!" gertak Jaka, disusul erangan tertahan, sebelum tersedak disusul muntahan cairan merah terang dari mulutnya.

"Sialan, Bim! Lambungnya kena!" Andi sigap menangkap dan memapah Jaka tepat ketika lelaki itu terhuyung lemas.

Merah terang .... Aorta-nya?

(Aorta - arteri besar vertikal di dalam rongga perut; membawa darah beroksigen)

"Sori," sahut Bimo sembari menyipit. "Sebentar juga kelar, kok, Jaka." Dia maju membantu Andi.

Andi dan Bimo merebahkan Jaka di lantai busa keras gimnasium.

"Heh, mau ... ngapain?" tanya Jaka susah payah disela-sela rintihannya; menepis tangan Andi dan Bimo. Wajahnya sudah memucat dan berkeringat dingin.

Bimo tersenyum tipis, tangannya menggenggam pegangan pisau itu; membuat Jaka menjerit. Mata tajamnya melirik Andi, ekspresinya berubah serius.

Andi mengangguk singkat.

Pisau itu dicabut Bimo.

* * *

Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang