VOL. [2] - 6 - Terciprat Minyak Panas

36 6 4
                                    

A/N - Yang masih setia ngikutin, makasih, ya. Kalian luar biasa; tahan banting! Enjoy 💜
- Kahala -
_______________

Hilang segala kedongkolan terkait cekcok dengan Ibu begitu mendengar yang disampaikannya.

"Masa iya, sih, Bu? Bentar, bentar, Sumi coba, ya?"

"Tapi Ibu bentar lagi, nih," sahut Ibu dari seberang panggilan.

"Sebentar, Bu. Sumi telepon lagi abis ini."

Ujung-ujung jemari Sumi yang masih gemetaran mendingin ketika mengetikkan nama pada aplikasi kontak ponselnya.

Kontak yang muncul diteleponnya.

Mula koneksi.

Angkat .... plis, angkat ....

"Nomor yang Anda tuju--"

Sama sekali tak ada nada sambung.

Dimatikannya, lalu dicoba kembali.

Masih sama.

Sumi mencoba beberapa kali lagi, sebelum menelepon Ibu.

"Bener, kan, rak iso, Nduk?" Ibu langsung berkata ketika tersambung. "Dari sore si Mbah pulang, udah rak iso. Ibu tadinya ngira si Mbah lupa nyolokin lagi. Tapi nggak pernah sampai berhari-hari."
(nggak bisa)

Mulas Sumi memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Sudah tiga hari yang lalu.

Kenapa dia sendiri tak terpikir untuk memantau? "Terus, Ibu nggak ada nomor tetangga Mbah?"

"Embuh. Terakhir Ibu pulang kampung dulu, kan, belum ada telepon. Rumah si Mbah, kan, kepisah di bukit; Ibu nggak tau tetangganya masih sama atau nggak."
(Nggak tau)

"Kalo gitu Sumi ikut, Bu! Ibu tunggu di situ; Sumi nyusul, nih, ke Gamb--"

"Ngapain? Kelamaan, Nduk!"

"Ya udah, nggak 'pa-'pa Sumi nyusul nanti ke Semarang juga hari ini," desak Sumi.

Ibu berdecak. "Dikandani angel (dibilangin susah)! Udah; biar Ibu. Urus bojomu (suamimu)."

Denting pengumuman familiar dari seberang sambungan menjeda mereka.

"Yo wis, sepure dateng, yo, Nduk. Ibu kabari pas sampe Semarang."
(Ya udah, keretanya datang, ya)

"Nggih (iya). Beneran kabarin, ya, Bu; hati-hat--"

Sambungan diputus sebelum Sumi menyelesaikan omongannya. Ditatapnya layar ponsel yang gelap.

Pikirannya ... sulit terfokus. Terlalu banyak yang terjadi sejak pagi tadi. Warungnya. Bimo. Gosip karyawati barusan. Sekarang ... Mbah Ti.

Penerangan toilet menjadi silau sekali. Seperti terhimpit paru-parunya; sumpek sekali toilet ini.

Keluar. Sekarang.

Sumi merangsek keluar kubikal dan toilet wanita; langkahnya pada karpet tebal seperti mengawang.

Pintu kaca buram ganda Buana Prasta Consulting tinggal lima meter di hadapannya.

Dia berhenti.

Ditatapnya muka kantor yang berkali-kali dimasukinya saat magang dulu.

Jantungnya berdentam-dentam keras.

Teringat olehnya tatapan-tatapan itu.

Dingin merayapi ke seluruh tangannya.

Terngiang cemooh dan tuduhan karyawati tadi.

Juga ... kejadian di ruangan dia.

Kakinya menapak mundur.

Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang