VOL. [1] - 33 - Matang (Part 2)

53 7 7
                                    

Sumi mengangguk; berusaha terlihat tenang, meskipun hatinya waswas akan sikap Andi yang tak biasa.

"Di sini, malam itu, pas pertama kali kita jalan; kamu buka masa lalumu ke aku." Kedua telapak tangan Andi saling mengusap.

Gadis itu melipat bibirnya. Dia tak akan pernah lupa; malam di mana ia membuka memori yang telah  dikuburnya bertahun-tahun. Mengupas koreng luka lama yang masih basah.

"Kamu kasih kepercayaan ke aku; aku sangat hargai itu." Andi menegakkan duduknya; berputar menghadap Sumi.

Digenggamnya kedua tangan gadis itu.

Sorotan mata cokelat mudanya sangat intens; mencuri napas Sumi untuk sesaat. Sebegitunya efek Andi padanya sekarang.

Lelaki itu membisu lagi.

Embusan angin malam mengambil kesempatan membawa aroma kembang, dan sayup obrolan sekitar sebagai selingan.

"Sumi, aku akhir-akhir ini banyak mikir."

Kenapa tampang Andi serius sekali?

"Kita ... memang baru kenal sebentar." Lelaki itu menelan ludah. "Tapi, baru kali ini aku ngerasa begitu dekat sama seseorang. Begitu ...." Matanya memicing. "... hidup. Seolah-olah, kamu bangunin hatiku yang sudah mati."

Sumi mengkerutkan alis.

Apa maksudnya? Omongan Andi seperti teka-teki yang sulit dipecahkan.

"Akhir-akhir ini juga, aku perhatiin ada perubahan di sikap kamu." Andi meremas genggamannya lembut. "Perubahan, yang ngasi aku harapan. Bahwa, kini perasaanmu ... sama. Bener?" Tatapannya menelisik ke dalam mata Sumi. "Jawab aku jujur."

Jantung Sumi seperti naik ke leher. Perasaannya terhadap Andi?
Beranikah dia jujur menamainya?

"Aku ... juga suka sama Abang."

Nyatanya, ucapan itu mengalir dengan mudah; menyisakan kelegaan.

Rahang berbrewok tipis itu merekah tersenyum; memunculkan lesung pipitnya dengan sempurna. Dibawanya kedua tangan Sumi ke bibirnya seperti kala itu, dan diciumnya penuh perasaan.

Kehangatan meremang ke sepenjuru raga Sumi.

"Sumi, aku ... ingin serius dengan kamu. Pada waktunya nanti, kalau kamu bersedia," ucap Andi menatap gadis itu lurus-lurus.

Napas Sumi tertahan.

"Aku ingin nikahin kamu."

Gantian Sumi yang tersenyum lebar. Ah, kapan terakhir kali dia sebahagia ini? Dadanya membuncah penuh suka cita.

Tiada keraguan; hanya keyakinan. Apakah ini pertanda dia jodohnya?

"Selama ini, aku nggak banyak cerita tentang diriku sendiri. Kamu cuma tahu sedikit." Jakun Andi bergerak seiringnya menelan ludah lagi. "Tolong beri aku waktu. Ada yang harus kuberesin dulu, dan ...."

Sumi memiringkan kepala. Tak pernah dia lihat Andi nyaris terbata-bata begini.

"Dan satu hal yang kamu mesti tahu: masa laluku ... nggak indah." Sinar mata lelaki itu meredup. "Aku ...." ekspresinya masam; pandangannya diturunkan. "Aku nggak yakin kamu akan nerima aku setelah tahu. Juga, kenyataanku yang sekarang." Dia bergeleng pelan.

Apakah maksudnya keadaan keuangannya?

Namun, Sumi tahu makna tatapan itu; persis yang sering ditimbunnya ketika bertopeng.

Kepedihan.

Itukah kesamaan yang cepat mendekatkan mereka selama hampir tiga bulan ini?

Dua jiwa yang melewati pertarungan hidup serupa?

Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang