A/N - Pegangan; ada ketegangan. Saran saya: baca pas lg rileks. Enjoy 💙
- Kahala -
__________________"Ini ... ada apa?" Sumi mengedarkan pandangannya di dalam warung.
Trio parkit: Mila, Nur, dan Ria; serta Neng berdiri di sebelah meja jati tua besar warung; Mbok Mar duduk di salah satu kursinya. Di kepala meja duduk Ibu. Semuanya menoleh ke Sumi.
"Eh, Nduk," sapa Ibu yang meletakannya lembaran-lembaran cokelat yang dipengangnya. "Dateng hari ini? Sama Bimo?"
"Nggak, Bu; kerja." Dahi Sumi mengkerut melihat kondisi warung yang rapi dan bersih. "Kok, belom ngapa-ngapain?" Namun, ketika ia menangkap keseragaman ekspresi para karyawati, firasatnya tidak enak.
"Kan, tutup, Nduk," jawab Ibu dengan santai.
"Tutup gimana? Ini, kan, Rabu, Bu."
"Lha, maksud Ibu: tutup; rak jualan lagi."
(nggak)Hati Sumi mencelos hebat. Ibarat tersambar geledek, korslet pikirannya. "Hah??"
"Lha, emang bojomu ora bilang? Duh, bentar, ya; Ibu selesaiin pesangon dulu."
(suamimu nggak bilang)Tercengang-cengang, Sumi mematung. Segala pertanyaan dipaksa tertahan di ujung lidahnya. Tidak elok membahas hal ini di depan orang lain; terlebih-lebih bawahan.
Satu-satu diperhatikannya wajah para karyawati. Terkecuali Mbok Mar yang tak terbaca, keempat karyawati muda terlihat sedih. Kenapa tak terkesan panik?
Selesai Ibu membagikan amplop pesangon, mereka berpamitan bergantian dengan sang Nyonya, kemudian Sumi.
"Pamit, ya, Mbak. Semoga bahagia rumah tangganya." Mila cium tangan dengan Sumi.
"Iye, Kalo ketemu masih negor, 'kan, Mbak??" Nur nimbrung dengan ceria walau alis tersimpul.
Ria dan Neng masing-masing hanya memeluknya dalam diam.
Mbok Mar tersenyum padanya, lalu berjalan perlahan meninggalkan warung.
Sudah? Benar berakhir? Begini saja?
"Bu?? Ini apa-apaan; kenapa ditutup??" sembur Sumi setelah tinggal Ibu dan dirinya.
"Lha, nopo, ik? Bimo yang bilang ke Ibu kebutuhan duit kita dijamin kabeh; Ibu mau apa tinggal minta." Si Nyonya merapikan tatanan rapi rambutnya. "Ngapain masih capek-capek nyari? Piye, to, Nduk; kita sekarang keluarga Arjasoera, to?"
(memangnya kenapa; semua; gimana, sih)"Bu, masa Ibu gitu aja nutup warisan keluarga Bapak?" Sumi membeliak; dadanya mulai sesak. "Jerih payah Eyang Kung! Bukannya udah diserahin ke Sumi buat ngurus?"
"Ah, itu pas kemarin utang wae. Lagian juga masih sepi terus, to, Nduk?"
(aja)"Terus sama mereka semua tadi masa Ibu tega? Nasib orang! Mereka butuh kerjaan, Bu!"
Adik-adik Mila; Nur yang ingin masuk SMIP; anak Neng; cicilan motor untuk jualan ibunya Ria; Mbok Mar yang sebatang kara, hiburan dan pendapatannya hanya di sini.
"Bimo yang urus, kok!" Ibu menguap. "Kemarin suruhannya dateng, ngomong sama mereka. Nanti ditempatin satu-satu."
"Hah?" Sumi tercengang. Kenapa dia tidak diikutsertakan? "Mbok Mar juga?"
"Yo, ora; wis tuwa; meh gawe ing ngendi? Halah, Nduk, Nduk. Tinggal wisuda, tapi, kok, bloon." Ibu bedecak-decak.
(Ya, nggak; udah tua; mau kerja di mana)
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]
Romansa[𝚅𝚘𝚕. 𝟷 𝙳𝙾𝙽𝙴] Mahasiswi UI, Sumi, dipaksa ibunya pakai kebaya, sanggulan, dan berdandan layaknya ke kondangan enam hari dalam seminggu. Itulah tradisi bisnis bakwan pusaka keluarganya terlepas panasnya Jakarta Timur. Hal yang kerap mengundan...