A/N - Telat, nih. Serumah sakit; saya juga 🤧😷🤒 Makasih yg nungguin. Moga sehat2 ya! Enjoy 🧡
- Kahala -
__________"WHAT??"
"HAH??"
"APÉ??"
Bimo, Andi, dan Jaka menyeru bersamaan. Wajah ketiganya mengernyit sedemikian rupa; mulut ternganga.
Gajah merebahkan telinganya ke belakang; sungguh berisik.
"No no no. Impossible." Bimo bergeleng-geleng dengan lengan menyilang di dada. "Just ..., no." Dia melengos ke arah dinding kaca sambil mendengkus tawa.
"Maaf, Dok." Andi duduk melebar; satu tangan berkacak pada pahanya. "Anda ngawur," komentarnya datar.
"Kayaknya Dokter dah siap diantar pulang?" tanya Jaka, dengan ketenangan suara yang tampaknya dipaksakan.
Dok tertawa bergumam. "Begini, semakin cepat si Mbak sembuh, semakin jauh dari kesempatan bertambah parah. Jika itu sampai kejadian, lebih ekstensif lagi pemulihan yang dibutuhkan otaknya. Bukannya katanya kalian ... berlomba dengan waktu?"
"Apa jaminannya memori Miya pulih pakai cara ini?" Bimo menyipit.
"Nggak ada, Pak Bimo." Dok tersenyum tipis. "Tapi kita sudah lihat: keadaannya barusan memburuk; dia ngalami anterograde amnesia; yakni, otaknya tidak menyetor ingatan insiden malam ini—ingatan baru. Sehingga, semakin cepat pulih—walau tetap jangan dipaksa—semakin baik."
"Well, kalaupun mereka kunci kembalinya memori Miya, kenapa harus tinggal bareng?" Bimo menoleh lagi ke Dok; mata tajamnya bergolak.
"Maximum exposure, Pak Bimo; agar sebanyak-banyaknya dia menghabiskan waktu bersama kalian bertiga; bersamaan," jawab Dok. "Tujuan kita meningkatkan rasa aman dalam otaknya, agar berani keluar dari status quo."
(Paparan maksimal; kondisi sekarang yang dipertahankan)"'Sebanyak-banyaknya'? Dok, masa di mana pun saya bersama istri saya, ada mereka berdua? Makan, bersantai, dan sebagainya?"
"Nggak semua Pak," sanggah Dok, "kan, tetap ada waktu privat seperti malam hari dan menggunakan kamar mandi. Selain itu, saya akan instruksikan agar kalian melakukan sesi obrolan grup dengan topik berbeda setiap hari."
"Ehm, no. This is crazy." Bimo memejamkan mata dan memijat-mijat dahi di antara kedua alisnya.
(Ini gila)Pria berkumis berdehem. "Menurut saya, ini ide baik, Pak Bimo," komentarnya. "Jaka, laksanakan."
Jaka melotot menatap pimpinannya. "Pak!"
"Ini perintah," pria berkumis itu menjawab singkat.
"Gimana Bapak bisa ngira saya akan izinin agen ini stay di rumah saya? Setelah apa yang dia lakuin tadi ke istri saya?" Bimo mengangkat sebelah alis; memandang dingin ke Jaka, yang membalas serupa.
(tinggal sementara)Gajah mengerling Andi. Lelaki itu membisu; ekspresinya sulit ditebak.
"Nggak akan keulang lagi, Pak Bimo; saya jamin. Jadi, mohon Bapak pertimbangkan," pinta si pria berkumis, sebelum mendelik ke bawahannya. "Bener, nggak, Jak?" Ada nada mengancam di pertanyaan itu.
Jaka mengangguk kecil; bibirnya menjepit kaku.
"Bagaimana kalau kalian bertiga rundingkan dulu?" saran Dok setelah membaca jam dinding besar di ruangan. Tangannya menutupi mulutnya yang menguap.
Pria berkumis berdiri dari kursinya, dan menghampiri Andi. "Pak Andi, bisa bicara sebentar?" Tangannya mengisyaratkan ke bukaan ruang tengah yang mengarah ke ruang depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]
Romance[𝚅𝚘𝚕. 𝟷 𝙳𝙾𝙽𝙴] Mahasiswi UI, Sumi, dipaksa ibunya pakai kebaya, sanggulan, dan berdandan layaknya ke kondangan enam hari dalam seminggu. Itulah tradisi bisnis bakwan pusaka keluarganya terlepas panasnya Jakarta Timur. Hal yang kerap mengundan...