VOL. [2] - 24 - Lapar Mata

45 8 12
                                    

A/N - Done! Jangan lupa napas selama baca. Kl lg ga kuat tegang, saran sy nunggu smpe numpuk 2-3 bab dulu.
Enjoy 💛
- Kahala -
_________

Napas Jaka tertahan.

Di hadapannya, di dalam lift, berdiri Lastri; anggun bersanggul dalam balutan kebaya brokat biru langit, berpadan kain batik cokelat muda bercorak kembang-kembang merah jambu dan biru.

Sepasang mata indah berias elegan balik memandangnya kalem.

Rahang sang agen yang tadi mengencang kini menggantung kendur. Bola matanya sampai mengering, karena mengejap pun dia tahan; seolah menolak melewati momen ini barang sedetik pun.

Lastrinya.

Tak salah lagi, ini Last—

"Jak?" Suara serak-serak basah Bimo menamparnya kembali ke realita. Pewaris berjas itu menaikkan sebelah alis.

Jaka mengedip-ngedip cepat. "Sori." Dia berdehem, tersenyum datar meminta maaf. Lebih baik jujur, daripada memicu kecenderungan teritorial Bimo. "Gue kira ... Lastri."

Ah; Sumi memandangnya iba.

"Oh, sorry, man." Bimo keluar lift menghampirinya, disusul menepuk-nepuk pundaknya sambil tersenyum maklum. "Mirip banget?"

Jaka hanya sanggup mengangguk kecil. "Yok," ajaknya sembari mengecek arloji kembali; 19.34. "Tinggal nunggu Andi."

"What?" Bimo mengernyit. "Tumben dia belakangan? Nggak barengan sama bos lo?"
(Apa)

"Sejak kemaren dia nolak dijemput." Jaka mempersilakan mereka mengikutinya. "Gue juga heran, Andi kalo nggak awal, ya on-time."
(tepat waktu)

Jaka menahan diri dari mencuri pandang ke Sumi, dan memilih berjalan di depan pasangan itu.

Kenapa Sumi berdandan begitu malam ini? Hanya akan mengundang pelecehan verbal yang lebih parah dari Tjahjo. Kemarin-kemarin dengan tampilan sehari-hari saja diperlakukan tak sepantasnya ....

Apa dia mau mengingatkan Tjahjo tentang warung bakwannya? Untuk apa?

Namun, ada yang berbeda pada Sumi barusan, entah apa.

Tiga menit berlalu sejak Jaka mengawal Bimo dan Sumi masuk dan menunggu dengan atasannya di ruang duduk unit interogasi. Alat penerima audio di kupingnya berkeresek kecil.

"KERIS-DUA—ini MAKARA—GANTI," suara pria bergaung di telinga Jaka.

Jaka mengaktifkan mikrofon kecil di kerahnya. "Makara—ini Keris-Dua—GANTI," responsnya pelan sambil berpandangan dengan Pak Karman; agen senior itu turut menyimak transmisi tersebut melalui earpiece-nya sendiri.

Jaka mengecek arloji taktis hitamnya: 19.40.

"KERIS-DUA—ini MAKARA," lapor suara itu lagi. "WAKTU Satu-sembilan-empat-kosong-tujuh-Zainal—PRIORITAS—INFO—
KERIS Masuk Sarung—
BREAK—
ENDE-TIMOR-AMBON Satu-sembilan-empat-tiga-tujuh-Zainal
BREAK—
GANTI."

(7-Zainal / WIB = zona waktu bumi GMT "Zulu" + 7 jam; kodifikasi lokal "Z" = Zainal)

(ETA - Estimated Time of Arrival, estimasi waktu ketibaan)

"Makara—ini Keris-Dua—
Randu—
BREAK—
Solo-Bandung—
BREAK—
HABIS," Jaka menutup sesi transmisi radio, lalu permisi kepada Pak Karman dan suami istri itu untuk ke ruang depan.

Miss Bakwan & 3 Men [Romantic Suspense & Thriller - 𝔻𝕌𝕆𝕃𝕆𝔾𝕀]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang